Thursday, August 26, 2004

Birthday

Your Birthdate: August 26

You lucked out the the skills to succeed in almost any arena.
Put you in almost any business or classroom, and you'll rise to the top.
You're driven and intense, but you also know when to kick back and cooperate.
Your ability to adapt to almost any situation is part of what's going to make you a success.

Your strength: Your attention to detail

Your weakness: You can be a little too proud of your successes

Your power color: Turquoise

Your power symbol: Arrow pointing up

Your power month: August


Heyyy... My birthday is today but my party is not today. I will share my birthday party with Andre Stroo, Boris Simanjuntak and Icamarica on September 4 at Embassy Club Jakarta feat. DJ Naro. ALL NIGHT LONG!

You can also come to our post 'birthday party' party in Lantai 3. You know where it is...

Please come and have fun with us!

Friday, May 28, 2004

Color






Green



You are a very calm and contemplative person. Others are drawn to your peaceful, nurturing nature.




Find out your color at Quiz Me!


Monday, March 08, 2004

KARMA

"Bila umurku panjang, kelak ku kan datang. Untuk buktikan. Satu balas kan kau jelang..." (Edwin/Kikan)-Cokelat-Rasa Baru(Repackage)

Waktu gw ikut yoga, Didi Jyotipraba selalu mengajarkan. Apa pun yang kita lakukan akan kita dapatkan bayaran atau ganjarannya pada kehidupan selanjutnya. Ganjaran itu namanya karma. Hal ini tentu saja karena Didi mempercayai konsep next life. Tentu saja, gw juga percaya itu, terutama setelah pengajaran Didi yang begitu membekas.
Tapi ternyata kian gw temukan bahwa bayaran itu tidak selalu datang di kehidupan yang akan datang, Didi.
Semakin lama gw sadari, kadang-kadang bayaran itu selalu datang, agar selalu jadi pelajaran bagi kita dalam satu masa kehidupan ini. Berbagai aspek baik dan buruk terjadi dalam hidup sebagai bayaran dari apa yang kita lakukan pada kehidupan saat ini. Mungkin justru itu artinya hidup. Bagaimana cara kita terus menerus membayar keburukan yang kita lakukan, sehingga semua impas dan kita tinggal menerima ganjaran atas perilaku baik kita.
Rantai keburukan itu tidak akan pernah berakhir, sebelum berhasil kita tebus dengan pelajaran yang membuat kita tidak akan pernah berbuat keburukan itu lagi. Mungkin rantai kebaikan juga bisa putus, kalau suatu waktu kebaikan itu kita putus sendiri juga dengan kejahatan kita. Semoga hal kedua ini selalu dijauhkan dari kita.
Akhirnya soal dosa dan pahala mentok di sini. Akhirnya lebih penting menyadari bahwa apapun hal buruk yang kita lakukan akan segera kita bayar. Maka bayarlah setunai mungkin. Petiklah pelajaran sebanyak mungkin. Karena seperti kata Celine Dion,"It's all coming back to me..."

Ngomong-ngomong gw jadi pingin nonton film Hukum Karma yang diperankan Marissa Haque waktu masih muda banget. Dalem gak ya maksud Hukum Karma di film itu? Ada yang udah pernah nonton?

Kembali soal yoga, sebenarnya sejak tinggal di Jakarta gw udah lama kehilangan kontak dengan kelompok yoga Ananda Marga ini. Tapi beberapa hari yang lalu gw search ternyata ada kontaknya di internet. Mungkin ada yang tertarik, bisa coba klik ke sini:

Persatuan Ananda Marga Indonesia

Kalo gw sih rekomen banget deh, karena waktu gw masih aktif hasilnya positif banget. Kalo gak jauh dan dah berhasil mengikis rasa malas ini, kali gw akan ikut dr awal lagi.

Thursday, February 19, 2004

MY BEST FRIEND'S WEDDING

I say a little pray for you...

Masih inget judul di atas? Beberapa tahun yang lalu, pernah ada film yang berjudul gitu. Komedi romantis biasa, yang main Julia Roberts dan Cameron Diaz. Film itu kemaren diputar lagi di Lativi. Kayaknya sih masih dalam rangka Valentine. Soalnya di Indosiar juga ada Four Wedding and A Funeral. Gw sih lebih suka film kedua ini.

Lha, lantas ada apa dengan judul-judul film itu plus valentine? Penting gitu??

Well, normally gw gak terlalu give a shit with those valentine craps. Memang ada sejarah panjangnya sampai orang mengenal dan merayakan St. Valentine's Day yang sering disebut sebagai Hari Kasih Sayang. Tapi bagi gw, selama ini Valentine gak lebih dari sekedar jargon marketing aja. Makanya gw gak mau terlibat dalam tetek-bengek Valentine itu. Bagi gw, kalo menggunakan istilahnya Peter, "It's so basi...". Tapi sumpah lo bukan karena tahun ini gw lagi gak punya pacar makanya males. Tiap tahun juga gitu. Meningan gw riang gembira dan mencintai semua orang aja setiap saat. Walaupun hal itu gak semudah menuliskannya.
Tapi Valentine 2004 ini memang jadi penting. Karena apa? Karena hari itu Ucok dan Selly finally nikah. Terus emangnya kenapa? Well, pertama tentu saja karena Ucok itu sahabat gw. Bisa dibilang sahabat terdekat gw saat ini, walaupun kaya'nya kami punya kesepakatan yang berbeda tentang cara bersahabat dari orang lain. Chief aja sampe bingung ngeliat bentuk hubungannya. Sahabat tapi kalo lagi ngumpul kerjanya saling bentak-bentakan dan saling mengganggu melulu hehehe... Tapi kalo lagi dipisahin, kaya'nya jadi kurang kerjaan gitu. Kalo kata Chairil Anwar sih jadi 'mati iseng sendiri'. Habis bentak-bentakan langsung pergi makan bakso bareng atau terkekeh-kekeh bareng ngomongin seks. Kalau lagi ada salah satu yang pusing karena berbagai sebab, yang lain selalu berusaha ngeback-up. Walaupun kalo dihitung-hitung, kaya'nya Ucok lebih sering ngeback-up gw daripada sebaliknya. Pokoknya so far... asik deh persahabatan kami...Nah jadi jelas kan kenapa harus My Best Friend's Wedding dan kenapa harus Valentine. tapi sumpah lo hari, itu gak berjalan seperti di filmnya. Gw gak lantas jadi Julia Roberts yang licik dan penuh intrik. Gak juga sama sekali jadi Rupert Everett.

Yap, karena hari itu Ucok dan Selly nikah...

Beberapa bulan sebelum nikah, kami sekantor seperti ikut countdown ke D-Day-nya. Pernah suatu ketika, kami sekantor menyiapkan sebuah Bachelor Party kejutan buat Ucok. Rapat pembahasan pesta kejutan itu menjadi rekor berbalas e-mail paling banyak dalam sejarah kami kerja di FHM. Rapatnya harus lewat e-mail supaya si Ucok gak curiga. Selesai penyusunan skenario, rencana pun siap dijalankan, lengkap dengan striptease segala. Sayang pada akhirnya, semua jalan mentok dan pesta kejutan itu gak jadi diadakan. Sayang juga sih...
Anyway, pokoknya kami semua ikut countdown ke acara pernikahan Ucok itu. Anak-anak cewe udah membahas mau pake apa di pesta nikahnya Ucok. Kita yang cowo-cowo juga coba membantu sebisanya. Pas sehari sebelumnya kita sempat membahas lagi, betapa gak kerasanya waktu berjalan, kayanya dulu masih lama banget, tau-tau udah dateng aja hari penting itu.
Gw sendiri ikut terlibat agak banyak, jadi stylish foto pre-marriednya dengan fotografer ETY, bikin beberapa doa nikahnya bagian yang penting-penting, ikut milihin lagu-lagu yang mau dimainin plus yang paling mengharukan adalah jadi Best Man dan saksinya Ucok ketika mengikrarkan cintanya di altar gereja, berjanji di hadapan Tuhan. Bayangin, dari ribuan orang temennya Ucok sejak kecil, dia memilih gw yang mendampinginya di hari terpenting itu. Apalagi Ucok menikah dengan cara Katolik, berarti ini akan jadi his first and his last marriage. Gw terharu banget. Thanx ya Cok!
Ini memang bukan pengalaman pertama gw jadi saksi nikah. Pertama kali nikahnya Wenni tahun lalu, terus nikahnya temen gw yang kawin lari itu. Jadi ini yang ketiga. Tapi dari ketiganya, ini sih yang jalannya paling normal dan mulus, kedua yang lain penuh masalah, bahkan sampai sekarang. Walaupun ketiganya sama berartinya dan sama pentingnya bagi gw. Gak nyangka juga, seorang gw bisa dipercaya jadi saksi nikah segitu sering, secara gw juga gak terlalu percaya ama institusi yang namanya pernikahan. Sampai sekarang gw masih gak ngerti bedanya, kumpul kebo 40 tahun dengan menikah, kecuali karena masalah hukum. Dalam kumpul kebo khan juga ada good sex dan complain kalo seks memburuk, juga ada pengertian dan komitmen, juga ada tarik ulur dalam komunikasinya. Malah kumpul kebo lebih simple dan immateril. Yah elemennya sama semua, kecuali secarik kertas pengesahan.
Balik ke pernikahan Ucok. Kebetulan malam sebelumnya, FHM pas ngadain FHM Reporter's Night Party di BC Bar. Kerasa banget kalo si Ucok takut banget kalo gw ketiduran gara-gara terlalu mabok di party itu. Jadi dia ngingetin gw terus untuk tetap sadar dan istirahat yang cukup. Dia mewajibkan gw udah jalan dari kos sejak jam 12.15, jadi bisa sampai di gereja tepat pada waktunya. Gw sendiri selalu berusaha menenangkan, walaupun gw juga gak terlalu yakin. Makanya waktu di BC Bar, gw gak minum alkohol setetes pun. Eh, kalo cocktail sih minum dikit, tapi yah gak berasa lah. Masalahnya, selesai di BC Bar rasanya masih pingin having fun terus, secara weekend pertama setelah gw pulang dari Aceh. Jadi rasanya butuh dikit push the limits. Selesai di BC Bar, jadinya gw lanjut ke Embassy ama Rich, Roy, Heruko dan Bebi. Anak-anak sih pada ngingetin supaya gw meningan istirahat daripada besok kacau. Tapi gimana ya, libido terlalu kuat menuntut. Kebetulan waktu di BC, gw dapet alat gembira dari si V. Biasanya, kalo kaya gitu gw lebih in-control dengan stamina. Jadi gw jalan aja ke Embassy dan di sana lanjut ke CO2 sampe jam 7.30 pagi. Waktu mau pulang, gw udah mikir, kalo gw pulang pilihannya cuma tidur, maka pasti bablas. Lagi pula, kayanya gw masih belum pingin tidur, kayanya masih pingin denger musik jedang-jedung terus, ya udah gw lanjut kuliah aja. Di sana dituntasin semua sampe jam 11.30 pagi, pulang langsung mandi dan berangkat ke tempat Ucok, sudah dalam keadaan segar kembali. Tepat pukul 12.15, gw sudah keluar kost, lalu nyari taksi di Plaza Indonesia.
Di Plaza Indonesia masalah mulai muncul, awalnya gw nyari Blue Bird, tapi koq ya gak ada sama sekali. Jangankan Blue Bird, taksi aja susah banget. Setelah beberapa belas menit menunggu, akhirnya gw naik taksi apa aja yang ada. Akhirnya dapetlah Batavia Taksi. Masalah pertama terpecahkan. Ternyata tak berhenti di sana, timbul masalah kedua. Gw belum pernah menginjak daerah Pulomas seumur hidup gw! Jadi pas supirnya nanya mau lewat Senen apa Casablanca, gw bingung berat, "eh iya lewat mana ya". Akhirnya diputusin lewat Senen. Sementara si supir kayanya pingin ngerjain melulu. Tapi time was running out. Gw mulai panik dan agak histeris. Gw telpon Christin, ternyata dia menyarankan lewat Jl. Pemuda. Wah kalo tau gitu ngapain macet-macet ke Senen. Gw dah sebel banget. Tapi mencoba untuk stay cool and clear, gw gak marah, gw malah ngobrol nanya tempat tinggal si supir. Ternyata dia tinggal di Pulo Gadung. Wah, berarti dia mestinya tahu dunk bahwa jalan terdekat ke Pulomas itu lewat Jl. Pemuda. Wah gw geram banget jadinya. Yah untung dia segera sadar bahwa gw mulai bete ama dia, jadi dia mulai ngebut banget. Sialnya sampe jalan Pemuda ada macet panjang. Si Ucok dah nelponin terus mencari gw. Gak lama abis itu, si Yanuar telpon juga bilang bahwa acara udah mulai, walaupun belum bagian yang dengan kehadiran saksi. Gw tambah histeris dan minta tolong banget ama supirnya. Rupanya si supir sadar bgt kalo gw gak boongan butuh buru-burunya, jadi dia nyelap-nyelip dan akhirnya berhasil sampai gereja beberapa menit sebelum saksi mulai dipanggil ke depan. Selamaaatttt....
Upacara sendiri berjalan lancar, sebelum maju ke depan, gw menengok sekeliling, gw baru sadar, gw ternyata orang paling item kulitnya di gereja itu, kecuali mungkin dibandingkan dengan pasturnya. Bahkan lebih item daripada si Bayu dan si Arab. Ama pastur sih agak-agak imbang lah. Pas maju, menunaikan tugas saksi dan kemudian Ucok pun mengucapkan janji. Tepat pukul 14.08 di HP gw, Ucok resmi menjadi suami Selly. Wah seru banget, satu lagi lelaki kehilangan bachelornya dan satu lagi wanita mendapat masternya hehehe...
Seusai upacara dalam tradisi Katolik, langsung upacara pencatatan di Catatan Sipil. Waktu disuruh ngeluarin KTP, gw langsung ngeluarin fotocopy SIM. Petuagasnya kaget, "Lha, saya lupa kasih tahu suruh bawa fotocopy KTP, ko ade sudah bawa fotocopynya?" Lha terang aja pak, ini udah ketiga kalinya, udah hapal kalo di catatan sipil sih. Abis itu petugas catatan sipil memotret kami. Herannya di sini, saksi ikut di foto untuk di catatan nikahnya. Kata si petugas, supaya mempelai tidak lupa bahwa pernikahannya ini berkat dukungan orang lain juga. Eh si Ucok langsung nyeletuk,"Wah, kalo orang satu ini punya tempat khusus di hidup saya pak, gak mungkin dilupakan lah". Dalam hati gw bete banget,"Sialan loe Cok, gak cukup apa, gw dipilih jadi saksi diantara ribuan teman-teman lo dari kecil untuk bikin gw terharu, pake diomongin begitu segala, bikin gw tambah terharu aja. Untung gw gak nangis" pikir gw. Habis catatan sipil, gw sempat istirahat sebentar di rumah Selly, yang mana belum gw lakukan sama sekali sejak Jum'at pagi pas berangkat kerja. Jadi berharga banget momen istirahatnya. Selesailah tugas gw dengan lancar. Gw pun dapat angpau pertama gw, isinya sih gak penting lah. Cuma amplopnya aja yang bikin gw seneng banget, soalnya amplop angpau beneran warna merah kayak di film-film yang gw bener-bener gak pernah liat aslinya sebelumnya. Sampai sekarang amplopnya masih gw simpen.
Malamnya pesta nikah di Menara Cordova Ancol, penuh dengan cewe-cewe cakep. Anak-anak pada dateng semua and everybody's happy. Gw pulang bareng anak-anak sekitar jam 10 malam dan langsung pulang terus tidur sampai besoknya jam 5 sore. Gak sekedar istirahat dari kelelahan fisik tapi juga dari beban mental yang membanggakan.

Sekali lagi selamat berbahagia bagi Ucok dan Selly, semoga perjalanan cinta kalian selalu berbuah hal-hal yang positif bagi kalian berdua dan keturunan kalian.

Gw sendiri langsung merencanakan menulis catatan ini, tapi gak ketemu judul yang bagus sampai kemaren malam setelah nonton lagi My Best Friend's Wedding, because it's really my best friend's wedding.

Monday, February 02, 2004

ACEH

Teman-teman, besok gw berangkat ke Aceh buat liputan. Mohon doa ya semoga asik-asik dan selamat aja disana. Doakan supaya kembali dengan selamat dan utuh...hehehe

Friday, January 23, 2004

BAUR

Hari ini hari raya Imlek, herannya hari ini panas banget. Gak kayak tahun kemaren yang basah banget. Tapi yah tidak apa-apa, mungkin ini tanda bahwa Tahun Monyet Kayu ini akan sangat dinamis. Orang mana mau keluar, jalan-jalan di cuaca hujan, meningan di rumah tidur atau menyeruput teh manis panas. Kalo hangat begini orang maunya main terus, jalan-jalan, kalau pun nongkrong paling juga di Starbucks menikmati Coffee Iced Shaken yang luar biasa lezatnya itu.
Anyway, catatan hari ini sama sekali bukan soal cuaca. Eh ada sedikit soal cuaca hati yang sepertinya lagi hijau segar terus nih beberapa hari ini. Biarpun kemaren deadline kelewat 2 hari tapi tetap segar, walaupun ada sedikit rasa sesal sih...aduh ngelantur terus nih.
Ngomongin Imlek, pikiran gw jadi kembali ke beberapa tahun ke belakang. Ketika kita masih dikendalikan Soeharto. Ketika itu, segala hal yang berbau China dilarang beredar. Hari Raya Imlek tidak boleh dirayakan. Barongsai yang ciamik itu tidak boleh dimainkan. Aksara dan bahasa China tidak boleh digunakan. Terbitan berbahasa China pun dibredel.Nama China harus diindonesiakan. Sampai masih banyak orang China yang masih disebut WNA padahal sudah menahun hidup di Indonesia. Orang China tidak boleh berpolitik. Konon pula, prosentase tembus UMPTN bagi etnis ini pun dipersempit. Alasannya: untuk menumbuhkan nasionalisme di kalangan warga keturunan tionghoa Indonesia. Program ini disebut pembauran. Lucunya alasan dan tindakan suka tidak nyambung, katanya mau berbaur tapi yang ada kok malah dibatasi? Katanya disuruh berbaur, tapi kok hak pribadinya berbeda dengan hak pribadi orang yang mengaku pribumi. Kewajiban juga beda.
Akhirnya zaman kegelapan itu berakhir sudah...meskipun masih samar-sama, fajar tampaknya siap menyingsing di negeri ini. Sejak zaman Gus Dur, semua hak yang selama ini dibendung akhirnya dibuka. Imlek boleh dirayakan lagi, Barongsai boleh kita tonton lagi. Alhasil di masa ini mungkin justru lebih gampang berbaur.
Kita memang sering terjebak dengan istilah persatuan. Atau mungkin persatuan itu sudah kata yang salah ketika digunakan untuk menjelaskan suatu komunitas. Bersatu adalah menjadi satu, tapi apa mungkin. Bahkan mobil satu seri yang sama dari satu pabrik yang sama bisa saja berbeda. Bersatu itu sebenarnya merujuk pada apa? Kenapa kemudian identitas yang diharamkan? Bukankah identitas itu suatu yang melekat pada kedirian seseorang.
Beberapa hari yang lalu gw baru nonton VCD yang judulnya Jangan Panggil Aku Cina, yang main Leony dan Teddy Syah. Dari judulnya saja gw udah bingung, kenapa gak mau dipanggil China? Kalau memang keturunan China ya gak apa-apa dunk dipanggil China. Film yang dulu diputer di FTV dalam rangka Imlek 2 tahun lalu itu, akhirnya kembali pada klise pembauran. Orang China itu sudah lama di Indonesia, jadi dia sudah orang Indonesia. Lah orang Batak juga sudah lama di Indonesia, kenapa gak ada masalah kalau dipanggil Batak?
Kembali ke masalah China, mendiang Yap Thiam Hien -- idola gw itu -- selalu menolak himbauan pemerintah untuk ganti nama. Dia juga tidak mau ganti nama anak-anaknya. Bagi dia memilih nama itu hak orang tua atau hak asasi manusia dan tidak ada hubungannya dengan sikap nasionalisme. Engkong pembela keadilan itu membuktikan bagaimana dia selalu membela nasib rakyat kecil sepanjang hidupnya. Engkong yang hebat itu pun selalu membela Hak Asasi Manusia yang sering dilanggar justru oleh orang-orang yang teriak persatuan itu. Rupanya menjadi Satu, telah jadi excuse yang hebat untuk menindas. Setelah semua perjuangannya siapa yang berani bilang Engkong Yap Thiam Hien itu tidak nasionalis. Anak-anaknya pun menikah dengan orang Jawa, orang Sumatra dan lain-lain.
Sebenarnya beda itu biasa, atau lebih tepat kalau beda itu justru perlu. Siapa bilang kita tidak bisa bersama kalau kita beda-beda. Indro Warkop bilang bahwa dia lebih setuju dengan istilah Bersama dan Kebersamaan. Istilah itu sudah mengandung nilai penerimaan atas perbedaan. Istilah Bersama dan Kebersamaan mengisyaratkan adanya sinergi. Gw setuju dengan Indro Warkop yang menggunakan istilah ini. Gw lebih sepakat kalau tugas kita itu untuk memahami identitas-identitas orang lain, hidup bersamanya dan kemudian mencapai hasil dari resultansi kekuatan masing-masing.
Imlek Tahun Lalu, gw ajak seorang teman menonton pertunjukan China Moon di Goethe. Efek nonton pertunjukan itu, dia yang tadinya gak mau ngaku bahwa dia China, akhirnya mau bilang bahwa dia China. Akhirnya dia percaya orang lain bisa mengerti, bahwa China itu hanya masalah identitas belaka, bahwa masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, dia akhirnya percaya bahwa orang sudah bisa terima hal-hal manusiawi begitu. Lebih penting lagi, dia pun bilang bahwa dia juga bangga menjadi China. Karena dia punya keunikan tradisi dan kebudayaan khas yang bisa dia serap kelebihannya. Akhir-akhir ini, gw liat dia sudah menggunakan namanya keluarga di akhir namanya. Jadi seperti Andy LAU, atau Christy CHUNG, begitu lah. Kalo atas pilihan sendiri, nama bagaimana aja ya gak pa-pa lah. Tadi pagi si Ucok juga SMS bahwa dia tersentuh dengan buku China Moon yang dibikin khusus dalam rangka pertunjukan itu. Katanya itu bikin dia tambah sayang dengan keluarganya. Bagus! Semoga semakin banyak yang menemui hal seperti itu.
Kesimpulannya, sejak menjadi keturunan China itu boleh ditunjukan lagi di Indonesia. Meskipun gw bukan sama sekali keturunan China (kalo pun gw ngeclaim begitu pasti diketawain orang), gw berhasil menemukan hal-hal baru yang memperkaya hidup gw dan melengkapi isi otak gw. Gw juga bisa melihat lebih banyak hal indah dalam hidup gw, seperti nonton barongsai misalnya. Tapi masalah eksistensi China tidak sekedar, boleh merayakan imlek, boleh mempertontonkan barongsai, boleh menggunakan aksara China. Tapi lebih bagaimana kita hidup bersama mereka tanpa kecurigaan dan siap bekerja sama dengan konstruktif. Itu kata Sujiwo Tejo di Pengantar buku China Moon. Gw semakin heran kenapa dulu pake dihambat-hambat untuk tumbuh. Gak perlu lah ada yang dihambat untuk tumbuh. Mari kita sama-sama belajar dari apa yang bisa kita pelajari. Aduh jadi kangen ama Fe, my little chinese daughter! Ma petite fille chinoise


SELAMAT TAHUN BARU IMLEK 2555
Gong Xi Fa Chai

Friday, January 09, 2004

Show Me The Way (Styx)

Every night I say a prayer in the hopes that there's a heaven.
and everyday I'm more confused as the saints turn into sinners
All the heroes and legends I knew as a child have fallen to idols
of clay
And I feel this empty place inside so afraid that I've lost my
faith

Show me the way, show me the way
take me tonight to the river and wash my illusions away
Please show me the way

And as I slowly drift to sleep, for a moment dreams are sacred
I close my eyes and know there's peace in a world so filled with
hatred
That I wake up each morning and turn on the news to find we've so
far to go
And I keep on hoping for a sign, so afraid that I just won't know

Show me the way, Show me the way
Bring me tonight to the mountain
And take my confusion away
And show me the way

And if I see a light, should I believe
Tell me how will I know

Show me the way, show me the way
Take me tonight to the river
And
wash my illusions away
Show me the way, show me the way
Give me the strength and the courage
To believe that I'll get there someday
And please Show me the way

Every night I say a prayer
In the hopes that there's a heaven.....
Show me the way
IBX5899AACD4E772