Saturday, December 24, 2005

Let Your Heart Be Light

Sunday, December 18, 2005

ABRE LOS OJOS



Tuntaslah sudah petualangan gw seminggu lebih mengarungi Jiffest. Penyelenggaraan kali ini, menurut gw memang paling seru. Alhasil, dalam 8 hari gw berhasil menyaksikan 16 film mancanegara yang rata-rata gw nilai bagus atau bagus sekali. Satu film yang direncanakan gagal ditonton yaitu The Saddest Music in The World dan gw kecewa dengan sikap panitia dalam hal ini.

Hal lain yang gw sesalkan adalah kegagalan menonton film-film pendek dan dokumenter yang gw rencanakan gara-gara jadwalnya jadi bentrok dengan jadwal film yang tiketnya gw beli atau gara-gara ada pekerjaan yang tidak bisa gw tinggalkan. Yang gagal tertonton itu antara lain From The Cabinet of Des Alwi, S Express Philipines dan Indonesia, Commandante, The Decent Company, The punks are Alright, Mad Hot Ballroom, Bride Kidnapping in Kyrgyztan, Prostitution Behind The Veil dan Highway Coutesans. Jadi kalau ada info screening talong kabar-kabari ya! Selain itu gw juga gagal ikut Film Critique Workshop with Tony Rayns. Gagal ketemu orang Binger. Wuihhh ternyata banyak juga kegagalannya ya.

Yang paling menarik dari Jiffest bagi gw bukan sekedar dapat tontonan dengan harga murah, melainkan lebih pada kesempatan untuk menyaksikan berbagai kehidupan di dunia yang lain. Selama ini gw mungkin cukup terbiasa menyaksikan film-film Indonesia, Amerika, Inggris, Spanyol, Meksiko, Perancis, China (dan varian-variannya) dan Irlandia. Walaupun sudah cukup sering menyaksikan film-film dari negara lain tersebut, kadang kala masih juga selalu terselip rasa kagum terhadap bagaimana tiap orang di negara-negara yang berbeda itu memaknai sebuah perjalanan bernama HIDUP.

Namun lewat Jiffest, hobi gw itu seperti diberi ekstra. Maka jadilah gw selalu menyukai Jiffest. Tahun ini gw berhasil menonton film-film dari negara yang tak pernah terpikirkan oleh gw. Gw bisa menyaksikan film dari Chili, Kazakstan, Jerman, Hungaria, Ceko, Belanda, Italia, atau bahkan film yang keliling Amerika.

Begitu serunya menyaksikan negeri-negeri Amerika Selatan terutama Peru lewat petualangan Che Guevara dalam Motorcycle Diaries. Lucunya melihat kediktatoran Korea Selatan jadi bahan banyolan habis-habisan dalam The President's Barber. Atau sebaliknya, pahitnya melihat kediktatoran menjadi pemusnah sebuah persahabatan kanak-kanak dalam Machuca. Atau ironinya menjadi diktator seperti Hitler dalam The Downfall. Tak kalah asyiknya menyimak a lost and found adventure dalam perjalanan darat dari Perancis menuju Mekkah lewat Le Grand Voyage. Plus, dunia-dunia yang tak pernah terpikirkan oleh gw seperti ketulusan dan keteguhan memegang amanah dalam Dunia Cowboy di perbatasan Amerika-Meksiko dalam The Three Burials of Melquiades Estrada dan kehidupan para pekerja transportasi umum seperti dalam Kontroll. Nasih banyak lagi pelajaran yang bisa gw petik.

Intinya, gw senang telah bisa membuka mata selama seminggu ini untuk membangun empati kepada HIDUP dan KEHIDUPAN di beberapa penjuru dunia. Belajar tentang hal-hal besar dalam hidup seperti kepasrahan, kerja keras, ketulusan, kebesaran hati, pengorbanan dan banyak pelajaran lainnya. It made me feel so little. And because of that I am willing to see the world a lot more. Gw ingin selalu dapat kesempatan untuk membuka mata seperti ini.

What A Wonderful World
Louis Armstrong


I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself what a wonderful world.

I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself what a wonderful world.

The colors of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shaking hands saying how do you do
They're really saying I love you.

I hear babies cry, I watch them grow
They'll learn much more than I'll never know
And I think to myself what a wonderful world
Yes I think to myself what a wonderful world.

Monday, December 12, 2005

PETROLOGO



Tadi malam, tanpa sengaja gw menyaksikan acara launching logo baru Pertamina di salah satu televisi swasta. Acara ini segera menarik perhatian gw karena dua hal. Pertama, basically, di antara keluarga gw, sedikit banyak ada yang bekerja untuk Pertamina. Eh, tepatnya banyak dan turun temurun. Untunglah, untuk garis gw, bokap memutuskan jejaringnya lebih dulu. Kedua, karena ada Thessa Kaunang. Untuk alasan kedua sih, gw nggak perlu menjelaskan panjang lebarlah.

Paginya gw baru tahu kalau logo itu berharga US$ 250.000 atau senilai Rp. 2.500.000.000,- Untuk sosialisasinya akan menelan biaya Rp. 20.000.000.000,- Wow! Pertamina gitu lho? Pertanyaan-pertanyaan pun secara luas berkembang untuk menanggapi penggantian logo yang nilainya sangaaaaatttt mahal itu. Banyak yang sinis, termasuk gw.

Bung Kepra di CCI lalu mengajukan pertanyaan,"First Thing First. Ganti logo itu dalam beberapa hal memang penting. Kita bisa diskusi panjang lebar soal ini. Apakah Pertamina sudah saatnya ganti logo? Adakah sebuah prasyarat yang musti dicapai sebelum sebuah institusi memutuskan untuk mengganti logonya?"

Gw langsung merespons. Menurut gw, sementara di satu sisi, kita mengaku kekurangan anggaran untuk import BBM. Di sisi lain perusahan minyaknya menghamburkan duit sedemikian besar untuk ganti logo. Apakah se-urgent itu?

Bayangkan angka sedemikian besar untuk membuat logonya saja. Berapa besar lagi yang akan dibuang untuk mengaplikasikannya di berbagai media sampai di pom-pom bensin. Di setiap pom bensin kan ada gambar kuda laut yang harus segera di-take out dan diganti dengan logo baru. Coba kalo dana itu dijadikan dana subsidi untuk rakyat miskin, maka akan sanggup memberikan dana subsidi tambahan sebulan lagi untuk 225.000 kepala keluarga. Tapi mungkin memang lebih baik dipakai untuk ganti logo daripada dimakan sendiri.

Lalu, Bung Kepra membalas lagi lewat e-mail selanjutnya. "Apakah Pertamina sudah saatnya ganti logo? Ini pertanyaan untuk Pertamina, dikaitkan dengan First Think First. Apakah logo adalah hal yang teramat penting untuk segera dibenahi di Pertamina? Tidak adakah hal yang lebih penting lainnya, yang urgensinya melebihi ganti logo? Belum lagi hal-hal lain seperti yang disampaikan oleh Ei Sulaksmono, dalam kaitannya dengan konsekuensi setelah Pertamina ganti logo. Mengapa hal ini saya tanyakan? Hal ini saya tanyakan mengingat bahwa BBM adalah issue yang paling hangat di Indonesia. Dan setahu saya, Pertamina berhubungan erat dengan BBM. Sama ada kata MINYAK dalam singkatannya. Ada yang bisa kasih pencerahan dari sisi kehumasan yang lebih luas? Apakah pergantian logo ini tidak akan berdampak negatif? Atau justru positif?" (koreksi Bung Kepra: Sukmolelono, bukan Sulaksmono)

Bukannya gw tidak mendukung pekerjaan kreatif. Tapi hanya berusaha untuk berpikir komprehensif terhadap segala hal. Rupanya tidak cuma gw yang berpikir gini. Meneg. BUMN dan KPK kini tengah mempersiapkan pemeriksaan perihal ganti-mengganti logo ini. Semoga saja ketemu titik cerah, dalam hal apapun.

Falling Angels
Nitin Sawhney


it's a time for grown up boys
to make a mess of prety things
to lose yourself and find
a peace in your good-bye
I lost my faith in you
to distant dreams of true
nothing here redemes me
no angels to release me

[CHORUS]
unchain my falling angels
unchain my falling angels
to chain me

the shadows burry me
in rusty memories
hopes for inside
my angels call good-byes
you lost that photo-album smile
to memories fadded ,fadded,fading...
shall we fade child?

Monday, November 21, 2005

TEROR




Ya, Teror. Bukan terong, bukan teras.

Di posting sebelumnya, gw sudah menyebutkan keberhasilan POLRI membasmi gembong terorisme Dr. Azahari adalah keberhasilan fisik dalam menumpas terorisme. Tapi kerja belum selesai. Belum apa-apa. Ya, Nurdin M. Top memang belum tertangkap, lalu muncul pula sederetan nama baru dalam skenario teror bom di Indonesia.

Tetapi tidak cuma itu. Ada lagi sisi-sisi lain dari terorisme yang masih dengan leluasa berkembang biak, bak virus yang bisa hinggap pada siapa saja. Sisi-sisi itu di antaranya adalah state of mind dan point of view.

Dalam sebuah posting terdahulu sekali (waktu itu kebetulan pas Bom Kuningan baru saja meledak), gw juga pernah menyebutkan bahwa menjadi teroris itu adalah masalah catatan pihak yang berkuasa. Dalam hal ini, secara sederhana Power/Knowledge yang digagas Michel Foucault bisa kita lihat berkerja sebagai Theory/Practice. Kekuasaan bisa memproduksi pengetahuan untuk mengabsahkan kekuasaannya.

Maka jadilah gerombolan Azahari sebagai teroris. Coba kalo dari serangkaian terornya ada yang berhasil menumbangkan kekuasaan (Naudzubillah min dzaliq!), lalu dia duduk di tampuk kekuasaan itu, maka dia juga akan memproduksi pengetahuan bahwa dia sebenarnya justru pahlawan yang menyelamatkan bangsa ini (yea right!). Contoh lain saja misalnya Bung Karno di pandangan Belanda waktu masih berkuasa adalah extrimist. Tapi setelah dia jadi Presiden RI, dia malah jadi pahlawan. Bukan cuma untuk Indonesia, bahkan untuk bangsa Asia Afrika. Sampai digelari sebagai salah satu The Most Influential Asians of the Century.

Tentu saja, gw tidak bermaksud menyamakan Azahari dengan Bung Karno dan tentu saja gw yakin banget Anda paham akan maksud gw yang sebenarnya.

Ok, balik lagi ke terorisme. Terungkapnya persembunyian Azahari pun tidak mengubah fakta bahwa dalam realitas global saat ini, kita bisa tidak bisa memungkiri peran terorisme sebagai non-state actor dalam pembuatan kebijakan yang tidak bisa diabaikan. Oleh AP Schmid dan A J Jongman (1988) terorisme didefinisikan sebagai upaya penciptaan kegelisahan melalui aksi-aksi kekerasan berulang-ulang, yang dilakukan kelompok terorganisasi dalam mencapai tujuan ekonomi, politik, dan ideologi tertentu.

Nah, penting dicatat dalam hal ini adalah bahwa terorisme adalah seperangkat gagasan. Kalau tindakannya itu adalah teror, pelakunya adalah teroris. Isi dari gagasan itu bisa macam-macam. Bagi Azahari isinya adalah Fundamentalisme Islam, tapi bagi IRA isinya adalah kemerdekaan politik Bangsa Irlandia. Karena gagasan itu tidak mendapat tempat yang layak dalam percaturan politik dunia, maka Azahari memilih untuk mengambil tindakan berupa teror, agar bisa mengubah kebijakan sebuah negara atau politik internasional.

Yang menyedihkan, korban aksi kekerasan terencana itu bukanlah target utama. Mereka adalah hasil pilihan acak maupun selektif dari populasi yang dituju teroris. Mereka hanyalah tumbal dari pesan yang ingin disampaikan peneror. Ancaman dan kekerasan adalah media komunikasi teroris untuk memanipulasi (audiens) sehingga timbul situasi ketidakpastian keselamatan publik dan ketidakpercayaan kepada otoritas.

Dengan melihat terorisme sebagai metode politik, kita dihadapkan pertanyaan tidak saja soal siapa yang melakukan bom Bali kali ini, tetapi juga pertanyaan kepentingan apa di balik peristiwa itu. Dalam kasus Azahari, pertanyaan mengenai siapa telah dijawab bahkan diambil tindakan untuk mencegahnya terulang kembali. Pertanyaan mengenai kepentingan pun secara samar sudah bisa ditebak benang merahnya. Tinggal tersisa pertanyaan bagaimana kepentingan itu menyebar dan mendapat sokongan sekelompok orang.

Adalah Amrozi, seorang pemuda lugu dan murah senyum asal Tenggulun, Solokuro Lamongan. CNN.com menulis, "To his family he is simply "Amrozi", but around the world he has become known as 'the smiling bomber.'" Amrozi telah dinyatakan bersalah atas kasus Bom Bali I. Bagaimana seorang pemuda lugu dan sederhana seperti itu bisa merasa merasa memiliki kepentingan untuk menyebar teror?

Rupanya masih ada yang salah dalam sistem kenegaraan kita. Tersisa sekelompok orang yang merasa bahwa kepentingan mereka tidak terwakili. Sehingga pemikiran yang dicangkokan ke dalam sistem pengetahuan mereka dengan cepat diadaptasi menjadi kepentingan kolektif. Mungkin saja selama 60 tahun kita merdeka, problem kepentingan ini bisa ditekan di level tertentu atau di daerah tertentu. Namun, kita harus jujur, bahwa manajemen konflik yang memadai belum diterapkan dalam hal ini. Sehingga potensi konflik dan teror ini bukannya mati namun tumbuh diam-diam sebagai manives. Manives yang akan sewaktu-waktu meledak. Maka meledaklah konflik ini dalam bentuk teror bom, Konflik Poso atau Konflik Ambon.

Kendati pun gw tidak (lagi) berada di daerah konflik, tetapi bahkan sejak usia belasan gw sudah mendeteksi secara intuitif bahwa potensi konflik agama bisa saja meledak, bahkan di Jakarta, kota Metropolitan. Gw ingat bagaimana metode pembinaan keberagamaan yang sempat gw ketahui ketika itu memupuk potensi-potensi kemarahan yang siap diledakan. To some extent, kita tidak terajar untuk hidup saling berbeda, saling menyentuh, lalu saling mengisi.

Sebagai seorang bukan ilmuwan, gw nggak bisa merumuskan formula tindakan apa saja yang bisa dianggap sebagai manajemen konflik yang memadai. Soeharto dulu melakukannya dengan menekan peluang politik aliran untuk berkembang. Namun hasilnya, begitu Soeharto kehilangan kekuasaannya, politik aliran itu malah meledak dan berujung chaos.

Masalah ini pun bukan semata-mata jadi masalah Bangsa Indonesia. Lewat film Crash dan sedikit penjelasan Cecilia Law-Wirianto mengenai kondisi di Amerika Serikat yang tidak jauh berbeda. Hanya saja di sana yang berkembang adalah prasangka rasial, bukan prasangka agama. Saya jadi ingat kutipan menarik dan menyentuh yang diucapkan oleh Det. Graham Waters, salah satu karakter dalam film itu, "I think we miss that touch so much, that we crash into each other, just so we can feel something."

Dalam hemat gw, setidaknya ada dua hal yang kita butuhkan. Pertama adalah pengelolaan kepentingan. Bagaimana setiap aliran diizinkan berkembang dan mengekspresikan sikap kolektifnya. Yang tidak perlu dilarang, tidak usah dilarang. Yang tidak mengganggu, tidak usah diberangus. Kedua (dan merupakan prasyarat bagi yang pertama), pendidikan untuk saling menerima perbedaan, untuk saling menyentuh. Pendidikan yang semestinya membuat kita berani mengekspresikan sikap dan berani menerima perbedaan. Tidak sebagai simbol-simbol yang klise, namun sebagai realitas yang bekerja sehari-hari. Seperti misalnya deregulasi pembangunan tempat-tempat ibadah. Sehingga kita akan terbiasa bersentuhan dengan kelompok lain dengan saling hormat, bahkan kalau perlu saling menyayangi. Pendidikan yang seharusnya mengajarkan kita bahwa keberadaan orang lain bukanlah sebuah ancaman, melainkan pelengkap atas keberadaan kita.

Seperti gw bilang di atas, gw bukanlah ilmuwan. Kalangan ilmuwan, intelektual, cerdik cendekia dan sarjana yang sujana tentu bisa memformulasikan jalan keluar yang lebih spesifik dan bersifat theory/practice seperti pendekatan kaum postmodernis. Sampai kapan masih harus kita dengar ratap tangis orang kehilangan. Kitalah yang harus menemukan jawabannya. Menurut gw, inilah tantangan terbesar kita yang lain, dalam menumpas teroris.

ZOMBIE
The Cranberries


Another head hangs lowly,
Child is slowly taken.
And the violence caused such silence,
Who are we mistaken?

But you see, it's not me, it's not my family.
In your head, in your head they are fighting,
With their tanks and their bombs,
And their bombs and their guns.
In your head, in your head, they are crying...

In your head, in your head,
Zombie, zombie, zombie,
Hey, hey, hey. What's in your head,
In your head,
Zombie, zombie, zombie?
Hey, hey, hey, hey, oh, dou, dou, dou, dou, dou...

Another mother's breakin',
Heart is taking over.
When the vi'lence causes silence,
We must be mistaken.

It's the same old theme since nineteen-sixteen.
In your head, in your head they're still fighting,
With their tanks and their bombs,
And their bombs and their guns.
In your head, in your head, they are dying...

In your head, in your head,
Zombie, zombie, zombie,
Hey, hey, hey. What's in your head,
In your head,
Zombie, zombie, zombie?
Hey, hey, hey, hey, oh, oh, oh,
Oh, oh, oh, oh, hey, oh, ya, ya-a...

Thursday, November 10, 2005

H E R O E S

image: a hero's life by ralph fabri


"I think there's a hero in all of us."
(John Bubber in Accidental Hero/Stephen Frears/1992)

Akhirnya komplotan Dr. Azahari, teroris yang doyan ngebom Indonesia berhasil diringkus. Dr Azahari sendiri meninggal dunia karena bom bunuh diri ketika serangan yang dilakukan Detasemen 88 POLRI ke sebuah vila di Jl. Flamboyan II No. 12 Batu, Malang pada 9 November 2005 kemarin.

Memang, beredar berbagai spekulasi miring mengenai kebenaran serangan ini di milis-milis. Bukannya tidak kritis terhadap informasi, tapi menurut gw berbagai skenario rekayasa yang dituduhkan, agak mustahil terjadi di era pemberitaan yang begitu transparan. Televisi dari menit ke menit menayangkan siaran langsung dari lokasi serangan. Hampir tidak mungkin, apalagi mengingat resikonya kalo ketahuan publik.

Rangkaian aksi teror itu memang sering membuat gw bertanya-tanya. Di mana gw hidup sekarang? Di dunia yang punya peradaban atau di hutan liar tanpa hukum? Orang saling memangsa. Keyakinan saling melahap. Ideologi berperang melawab ideologi lain. Bunuh jadi jalan pintas agar tidak ada lagi yang menghalangi jalan. Kita semua sudah menjadi binatang buas, saling memakan.

Untuk itu, gw berusaha untuk tetap memberikan salut. Applause yang tulus kepada tim POLRI dan satuan intelejen yang berhasil melacak dan melakukan tindakan pada gerombolan teroris itu. Mereka layak kita anggap pahlawan. Sebuah tonggak bagi perlawanan fisik yang serius terhadap terorisme. Harus kita akui dong, guys! Pemikiran soal kepahlawanan ini tiba-tiba saja menyeruak muncul karena kebetulan serangan itu dilakukan tepat sehari sebelum perayaan Hari Pahlawan. Sekedar sebuah upaya untuk memberikan kehormatan pada yang berhak.

Dalam keyakinan gw, setiap orang memang bisa jadi pahlawan. Tidak perlu dengan tindakan-tindakan akbar, metanaratif, grandeur, dan sebagainya. Cukup dengan sebuah tindakan kecil. Sebuah tindakan yang akan berujung pada perbaikan kualitas hidup. Sebuah tindakan yang sederhana saja....

Seperti berhenti make...

h e r o e s
written by David Bowie

I I wish you could swim
Like the dolphins
Like dolphins can swim
Though nothing
Will keep us together
We can beat them
For ever and ever
Oh we can be Heroes
Just for one day


I
I will be king
And you
You will be queen
Though nothing will
Drive them away
We can beat them
Just for one day
We can be Heroes
Just for one day


I I can remember
Standing
By the wall
And the guns
Shot above our heads
And we kissed
As though nothing could fall
And the shame
Was on the other side
Oh we can beat them
For ever and ever
Then we can be Heroes
Just for one day


We could be Heroes
We could be Heroes
We could be Heroes
We could be Heroes just one day

Wednesday, November 09, 2005

DO'A


(sebuah jahitan setelah berbincang dengan Tulang Boris, Bucin, Izzat, Rezqoi, Apin dan Rosa secara terpisah dan setelah membaca Cermin Merah karya N. Riantiarno)

Suara Orgel bergema. Aku tertegun. Tak pantas aku masuk ke rumah pendoa. Sementara mereka terus berdoa. Bersorak sorai memuja the ultraconciousness. Awalnya aku bersembunyi. Namun akhirnya aku mulai buka suara. Makin lama makin lantang. Aku berdoa!

Sambil berdoa aku menghantam dada berkali-kali dengan hantaman yang semakin keras. Aku ingin semua himpitan melompat keluar. Wajah lahirku tetap kering, namun wajah batinku basah kuyup bersimbah air mata. Aku ingin lepas, keluar dari rasa takut yang memburu-buru dengan bengis. Aku ingin bebas dari ketakutan. Ingin mengusir semua bayangan aneh yang mengganggu.

Aku berlutut di sebuah pancuran air. Aku basuh seluruh wajahku. Aku seperti membaluri kening, mulut dan dadaku dengan air suci. Seolah-olah aku ingin mencuci bersih semua kebingungan ini dari otakku.

Banyak orang datang ke rumah doa itu. Ada yang datang berdoa sebagai kewajiban rutin. Ada pula yang datang hanya untuk bereksebisi. Memamerkan pakaian terbaru padahal hatinya tidak baru. Aku tidak memakai pakaian baru, meskipun hatiku juga tidak baru. Aku adalah jenis terburuk yang datang ke tempat itu.

Kalau aku datang berdoa untuk minta tolong. Habis sudah daya upayaku. Tidak setiap hari aku berdoa. Aku hanya berdoa kalau kepepet. Dan kali ini, aku datang padamu karena aku butuh. Selama ini aku hanya berdoa jika kebetulan ingat. Dan tidak setiap hari aku ingat kepadamu. Tidak setiap hari aku membuka hati. Hari ini aku berdoa di depanmu dengan sangat khusuk. Kuserahkan jiwa raga.

Aku ingin hati tenteram. Ingin hidup normal seperti masa kecil. Ingin keluar dari belantara yang menyesatkan. Aku sudah kehilangan banyak hal yang kusayangi. Aku sudah kehilangan harta paling berhargaku, jiwaku sendiri. Aku ingin mengambil kembali harga diri yang sudah kubuang ke got. Ingin diberi petunjuk dan jalan yang benar agar bisa keluar dari lingkaran setan. Kembalikan lagi kegairahan, ketentraman, kebahagiaan dan kegembiraanku. Kembalikan semua yang dulu pernah jadi milikku. Aku Memohon. Meminta dengan tangis mengiba.

Aku berdoa tanpa ujung pangkal. Aku kehilangan kata-kata. Aku merengek seperti bayi meminta susu. seperti pengemis berharap sedekah. Aku meraung-raung dalam keperihan. Mulutku berdoa, hatiku berdoa, tanganku berdoa, mulutku berdoa, bahkan rambutku berdoa.

Hidup ternyata hanya sebuah lingkaran. Tak ada awal tak ada ujung. Langkah di tempat sering disebut langkah maju. Ke mana pun bergerak, pada suatu saat kita akan tiba lagi di titik awal gerak itu. Pengulangan yang membingungkan. Aku kembali dijerat suasana yang persis sama. Kemana harus menghindar? Kilas balik yang kualami mungkin terjadi hanya sedetik, sesaat, sekejapan mata. Aku tidak ke mana-mana.

Kini, kumenanti sang jawab...

Monday, November 07, 2005

Funny Lil' Things



Your Hidden Talent

You are both very knowledgeable and creative.
You tend to be full of new ideas and potential - big potential.
Ideas like yours could change the world, if you build them.
As long as you don't stop working on your dreams, you'll get there.


Well, I hope so... It's better for me to prove it!

Your Personality Is

Rational (NT)


You are both logical and creative. You are full of ideas.
You are so rational that you analyze everything. This drives people a little crazy!

Intelligence is important to you. You always like to be around smart people.
In fact, you're often a little short with people who don't impress you mentally.

You seem distant to some - but it's usually because you're deep in thought.
Those who understand you best are fellow Rationals.

In love, you tend to approach things with logic. You seek a compatible mate - who is also very intelligent.

At work, you tend to gravitate toward idea building careers - like programming, medicine, or academia.

With others, you are very honest and direct. People often can't take your criticism well.

As far as your looks go, you're coasting on what you were born with. You think fashion is silly.

On weekends, you spend most of your time thinking, experimenting with new ideas, or learning new things.


Experiment on weekends, huh? Quite right.. Hahah

The Movie Of Your Life Is A Black Comedy

In your life, things are so twisted that you just have to laugh.
You may end up insane, but you'll have fun on the way to the asylum.

Your best movie matches: Being John Malkovich, The Royal Tenenbaums, American Psycho


Wohoo... I love those movies...

You're an Passionate Kisser

For you, kissing is about all about following your urges
If someone's hot, you'll go in for the kiss - end of story
You can keep any relationship hot with your steamy kisses
A total spark plug - your kisses are bound to get you in trouble


Hahah... What you want is what you get...

Tuesday, November 01, 2005

TENTANG KAU




- untuk r-

Cermin hati buram
Bayang terpantul kusam
Lelah dalam kelam
Resah jiwa yang suram

Lalu kau ulurkan tangan
Lalu kau basuhkan duka
Lalu kau sembuhkan luka
Lalu kau terangkan jiwa

Percayamu membuatku hidup
Percayamu membuatku ada
Kasihmu mengalir dalam nadiku
Kasihmu hidupkan jiwa ragaku

Terima kasih cinta...
Semoga kau mengerti...

Jakarta, 01 Nov 2005
(sumpah ini bukan tentang Kau, tetapi tentang kau)

Monday, October 31, 2005

Kartu Lebaran


dari Glenn Marsalim

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI. SEMOGA KEMBALI KEPADA FITRAH. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

Friday, October 21, 2005

Sejarah





Banyak hal yang tidak sengaja bisa kita temukan sepanjang jalan. Salah satunya terjadi ketika gw sedang menemani teman-teman Creative SemutApi Colony berbuka puasa di warung Soto Betawi Mayestik.

Awalnya perbincangan menyangkut masalah syariat agama. Lalu, meningkat pada bagaimana awalnya hal-hal syariat itu masuk dan berlaku di Indonesia. Lama kelamaan perbincangan malah berlanjut pada hal-hal berbau sejarah. Lalu kami mulai memperbincangkan berbagai fakta dan pemaknaan atas yang dinamakan fakta sejarah. Obrolan di warung soto itu meluas ke berbagai fakta seputar pertikaian Jawa-Sunda yang seperti masih berbekas sampai saat ini. Sejarah Jawa mulai zaman Ken Arok, Majapahit, kedatangan Portugis, sampai kisah Mangir. Lalu cerita "penculikan" Bung Karno dan Bung Hatta, plus Bu Fat dan Mas Guntur ke Rengasdengklok yang sebenarnya dituturkan di buku sejarah dengan kurang tepat. Obrolan itu jadi sangat bersemangat, karena semua orang ternyata memiliki cerita menarik, pemikiran segar dan ide-ide tentang sejarah.

Gw baru sadar, ternyata gw selalu menikmati perbincangan tentang sejarah. Sejak nyokap suka membacakan cerita-cerita sejarah yang ada di buku kelas 3 SD. Waktu SD itu, gw rasa nggak ada orang yang bisa mengajar soal sejarah sefasih nyokap. Belakangan gw tahu, karena nyokap ternyata suka juga subyek ini. Lalu ketertarikan berlanjut ketika Bu Dewi Anggraeni yang cantik jelita, guru di SMU gw dulu mengajarkan sejarah.

Perkembangan paling luar biasa tentu saja terjadi waktu gw se-kos dengan Bang Anto sekitar tahun 1994-1995 di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (sumpah, tempat ini dulu rasanya jauuuhhhh banget dan begitu terpencil!). Bang Anto ini sekarang jadi dosen di Fakultas Sejarah SASTRA UNPAD. Dulu, di malam-malam yang sunyi, selain mendengar suara jangkrik atau menangkap kunang-kunang di sawah Ciseke, gw bersama teman-teman kos (Erwin, Iskandar dan Ananto alias Narto) sering berdiskusi tentang sejarah. Atau tepatnya mendengar cerita Bang Anto tentang sejarah. Bang Anto memang jago bercerita. Gw rasa sekarang dia jadi dosen yang hebat. Kami selalu tersirap mendengar kisah-kisah maupun analisisnya terhadap sejarah.

Sebagai remaja yang masih cupu-cupu, kadangkala kami bisa cukup terguncang dengan analisisnya terhadap Sejarah Indonesia. Kami berbincang tentang banyak hal. Tak jarang pengetahuan yang dibagi oleh Bang Anto membuat kami merasa berada di sebuah perahu yang tengah berubah haluan.

Dalam periode ini pula, gw mulai banyak membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Mulai dari tetralogi Bumi Manusia, Gadis Pantai dan tetralogi(trilogi) Arus Balik. Lewat buku-bukunya Pram melakukan banyak reinterpretasi terhadap sejarah. Metode-metode yang digunakannya, plus ajaran dari Bang Anto sedikit banyak membangun kritisisme gw ketika itu. Mengantar transisi dari seorang remaja menjadi... ehm, whatever.

Diskusi-diskusi ini banyak menetap dalam benak gw. Membuat gw pada titik tertentu, mengambil suatu keputusan. Seperti misalnya, memilih aktif di kegiatan politik ketika masih kuliah. Atau hal sepele, misalnya pemilihan nickname sukmolelono buat e-mail gw, gw lakukan karena cerita Mas Anto tentang kisah hidup Ronggowarsito. Sukmolelono adalah salah satu karya Ronggowarsito yang tidak terlalu populer. Entah kenapa gw jadi merasa ada bagian dari diri sang pujangga lawas itu yang tersisa di diri gw. Entah kenapa juga, istilah itu begitu nyangkut di kepala gw. Maka gw pun mengidentifikasikan diri dengan salah satu karya Ronggowarsito, ya Sukmolelono itu... Sekedar info, e-mail Yahoo! yg gw pake memang sekarang sudah berusia 10 tahun.

Ngobrolin sejarah memang menarik. Sejarah sendiri diambil dari Bahasa Arab, Sajarotun. Kalau tidak salah artinya akar. Sementara di dalam Bahasa Inggris disebut History yang diserap dari Bahasa Yunani histor atau istor yang artinya knowing, learned. Jadi nggak bener tuh versinya Michael Jackson yang bilang History itu asal katanya adalah His Story. Itu sih emang dia aja yang mau jualan album.

Well, back to the topic. Hubungan selanjutnya dengan sejarah banyak terjadi ketika gw sedang aktif mengulas pemikiran Mohammad Khatami dari Iran. Dalam wacana Dialogue Among Civilizations yang diluncurkannya sebagai counter atas teori Clash of Civilizations (Samuel P. Huntington), Khatami banyak menitikberatkan pada pengkajian sejarah. Khatami di Majelis Umum PBB menyebutkan, "History is the reflection of the light of Being upon various facets and dimensions of human existence. Thus, it is a unique and universal entity, albeit diverse in nature. Whenever, this unique entity takes on a new guise, a new era is ushered. Our assessment of history indeed emanates from our perception of humanity - its pivot and pillar..."

Dia pun menjabarkan,"The history of humankind is the history of liberty. Only that interpretation which describes history as the arena for manifestation of liberty can provide an opening of the past for the benefit of mankind." Bagi Khatami, penggalian sejarah tiap-tiap peradaban atas kebebasan ini, pada gilirannya akan mengantarkan realisasi universal justice and liberty.

Khatami tak ketinggalan menguji teorinya dengan membaca sejarah. Mulai dari sejarah Amerika, Iran, sampai PBB. Lalu dengan cerdas dia sampai pada kesimpulan yang mengajak dunia untuk berjalin tangan dalam membangun solidarity against genocide, aggression and the humiliation of mankind in various corners of the world. Let us prevent the continuation of shameful tragedies which have tarnished the face of this century in Palestine, Afghanistan, Kosovo and in many other parts of Africa, Asia and Latin America.

Sayang sekali, kendati PBB sudah menetapkan tahun 2001 sebagai Year of Dialogue Among Civilizations, namun cita-cita Khatami itu nampaknya tak terealisasi utuh hingga akhirnya dia lengser dari kepresidenan Iran. Gw mungkin bukan orang yang punya kapasitas cukup untuk menilai sebuah wacana. Tapi bagi gw, wacana yang ditawarkan oleh Khatami sangat kental paradigma normatifnya. Akhirnya dia bisa bergulir di ruang-ruang diskusi, di antara orang-orang yang mau membicarakannya. Namun alirannya tidak menetes kepada ribuan tentara Amrik yang harus menumbangkan Saddam Hussein di Baghdad. Bahkan agaknya George W. Bush aja kurang mudeng. Meta-narasi yang diajukan Khatami mungkin bertemu dengan sistem normatif warga dunia, akan tetapi terlalu umum untuk bertemu dengan berbagai pengalaman unik individual yang melahirkan pembacaan sendiri-sendiri.

Okelah, Khatami boleh saja melakukan pembacaan atas sejarah dengan caranya. Hari ini, setelah beberapa jam perbincangan tentang sejarah itu terjadi dengan teman-teman. Gw mulai mempertanyakan banyak hal lagi. Begitu banyak fakta yang simpang siur, begitu banyak versi pemaknaan. Ada yang bilang sejarah adalah fakta yang dipersepsikan oleh orang-orang yang menang. Banyak pula teori lain.

Gw mulai penasaran dan cari-cari bahan bacaan. Di blognya Roby Muhammad, gw menemukan kutipannya terhadap Paul Cohen dalam buku History in Three Keys. Paul Cohen memperlihatkan paling sedikit terdapat tiga versi sejarah. Pertama adalah sejarah sebagaimana yang ditulis oleh ahli sejarah, yaitu sejarah sebagai peristiwa dan karya sejarah adalah hasil rekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lalu. Kedua adalah sejarah menurut orang-orang yang langsung mengalami peristiwa tersebut, yaitu sejarah sebagai pengalaman. Yang ketiga adalah sejarah sebagai mitos. Mitos ini bukan berarti sesuatu yang salah atau tidak nyata. Sejarah sebagai mitos dimaksudkan sebagai sejarah yang dipakai untuk justifikasi tindakan masa kini.

Tiap-tiap versi ini kemudian bekerja dengan caranya masing-masing, lalu menemukan konsekuensi dan logikanya sendiri. Karena itulah mungkin, Khatami dengan cerdas dari 'pembacaannya' akan sejarah bisa menyimpulkan hal sedemikian. Akan berbeda halnya jika ahli lain atau bahkan gw atau orang lain lagi yang melakukan 'pembacaan' itu. Lantas yang mana yang benar?? Ketika sudah bicara mana sejarah yang benar atau salah, gw mulai ketemu dead end.

Namun tak lama kemudian gw pun mulai sadar. Pertanyaan yang seharusnya muncul bukan lagi soal mana yang benar atau yang salah. Pada titik ini, gw mau tidak mau kembali kepada pemikiran Khatami. Sejarah tidak lagi menuntut kita menemukan mana atau siapa atau apa yang benar atau salah. Sejarah adalah pengenalan masa lalu untuk keuntungan umat manusia. Kalimat ini sendiri bagi gw akhirnya bergema ke dalam diri sendiri. Gw bisa saja melakukan 'pembacaan' sejarah untuk membangun world view gw, membangun karakter gw, membangun prinsip-prinsip gw, lalu mengambil keputusan dan menguji langkah-langkah gw.

Greatest Love of All
written by Michael Masser and Linda Creed
performed by Whitney Houston


I believe that children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be


Everybody's searching for a hero
People need someone to look up to
I never found anyone who fulfilled my need
A lonely place to be and so I learned to depend on me


I decided long ago never to walk in anyone's shadow
If I fail, if I succeed at least I'll live as I believe
No matter what they take from me, they can't take away my dignity
Because the greatest love of all is happening to me
I found the greatest love of all inside of me
The greatest love of all is easy to achieve


Learning to love yourself, it is the greatest love of all

And if by chance that special place that you've been dreaming of
Leads you to a lonely place, find your strength in love

Monday, October 10, 2005

Paradoks Pacaran




(diambil utuh dari multiply Roby Muhammad)

Pacaran sering di anggap sebagai bentuk pembelajaran. Argumennya, sebelum memastikan pasangan ada bagusnya mengenal dulu calon pasangan tersebut. Tapi apakah betul begitu?

Justru sebaliknya, pacaran adalah sesuatu yang tidak rasional. Dengan pacaran orang terpaksa, secara sadar atau tidak, untuk mencari kesempurnaan. Pembandingan selalu terjadi: dia lebih perhatian, dia lebih cakep, dia lebih mengerti saya dll. Pacaran jadi bertujuan menemukan sesorang yang sempurna. Padahal jatuh cinta (hati) berdasar pada ketidaksempurnaan: senyum dia, cara dia jalan, suara dia kalo ketawa, wajahnya ketika bengong. Singkatnya hati justru hanya bisa mengerti yang tak sempurna.

Pacaran juga bisa menjadi kutukan. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak kemungkinan membanding-bandingkan. Jika akhirnya menikah, bagaimana membicarakan bekas pacar dengan pasangan? Padahal bekas pacar itu punya andil membentuk diri kamu sekarang setelah menikah. Menyakiti dan disakiti tak bisa hilang begitu saja karena itu bagian dari pengalaman pribadi. Bekas pacar adalah termasuk pengalaman penting, tapi terpaksa ditekan dari memori. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak yang harus ditekan.

Teori ini menjelaskan observasi anekdotal bahwa pasangan jaman dulu lebih banyak yang langgeng padahal mereka di jodohkan. Jawabannya mungkin karena mereka tidak atau sedikit pacaran, sehingga mereka tidak memiliki referensi pembanding yang bisa membingungkan.

Pelajarannya: jangan terlalu banyak pacar karena kamu bakal terus menerus melakukan perbandingan yang akhirnya bikin bingung sendiri. Perbandingan ini bisa tak berhenti meskipun telah menikah. Intinya pacaran justru kebalikan sifat 'pendidikan': semakin banyak mencari, semakin tidak menemukan yang dicari.

Friday, October 07, 2005

Wednesday, October 05, 2005

Deddy Mizwar





Deddy Mizwar - foto: trdwijaya







Akan sangat banyak waktu terbuang jika gw dipaksa menjawab siapa yang paling gw kagumi di muka bumi. Idealnya gw menjawab nama tokoh-tokoh agama, ideolog atau para pemikir besar dunia. Well, ok... everybody's got a piece of me. And the answer is gonna be soooooo looooonnngggg....

Salah satu nama yang biasanya terlintas cepat adalah Deddy Mizwar. Gak tau kenapa, sejak kecil gw mengidolakan Pak Haji yang satu ini. Awalnya, jelas karena prestasi akting yang mengantarnya menjadi aktor peraih Piala Citra terbanyak dalam sejarah film nasional. 4 Piala Citra lewat Arie Hanggara, Nagabonar, Opera Jakarta dan Kuberikan Segalanya. Belum lagi rentetan nominasi yang diraihnya hampir tiap tahun, waktu FFI masih aktif.

Kekaguman pada Pak Haji agak lama terkubur bersama bangkai perfilman nasional tempo dulu. Sesudah itu Pak Haji aktif berkiprah di sinetron, khususnya sinetron dakwah dan gw jadi berjarak menikmatinya. Yang sempat gw sedikit intip cuma Lorong Waktu. Sekali lagi gw kagum dengan idenya yang luas dan masih jarang dilakukan seniman Indonesia. Berapa banyak sih film dan sinetron nasional yang memanfaatkan cerita soal mesin waktu, padahal dalam film barat storyline kaya gini dah basi banget. Pak Haji bisa mengemasnya jadi cerita Indonesia yang menarik.

Plus, konsistensinya mengangkat misi dakwah. Pak Haji boleh dibilang sebagai pelopor sinetron-sinetron dakwah Islam yang sekarang marak luar biasa di televisi swasta nasional. Menilik karya-karya Pak Haji dengan sinetron dakwah lain yang bertebaran itu, terasa sekali bedanya. Bukannya berprasangka buruk, tetapi ketulusan berdakwah dan bau duit ternyata bedanya jauh euy... Apalagi kalau sinetron-sinetron itu dirunut akar siapa pembuatnya. Siapa yang benar-benar punya misi dakwah dan yang bukan. Kita tidak usah bicara niat baik atau niat buruklah. Niat kan dibayar kontan sama tuhan, jadi biar tuhan yang tahu.

Gw mulai mengagumi Pak Haji lagi sesudah nonton Kiamat Sudah Dekat di PPHUI hampir dua tahun silam. Waktu itu perfilman nasional mulai menunjukan gejala kehidupan yang signifikan. Pak Haji dengan gagahnya meluncurkan karya yang sudah sangat matang dan kental gaya tuturannya. Pesannya memang dakwah Islam, tetapi dikemas dengan sangat subtil dan kocak. Konyol memang, tetapi punya ciri khas yang membuatnya berbeda. Di era pengekoran dan plagiarisme, hal itu patut diacungi dua jempol. Sayang sekali, film ini agaknya tidak dipromosikan dengan baik, sehingga agak tersendat pemasarannya. Padahal sumpah deh, gw merekomendasikan film ini.

Selanjutnya Pak Haji membuat film Ketika. Sebuah perayaan atas upaya penegakan hukum di Indonesia. Film ini kembali sepi penonton dan seperti berlalu tanpa bekas. Memang IMHO, ceritanya agak kedodoran. Film ini sama sekali bukan film dakwah. Mungkin karena itu Pak Haji seperti kehilangan pijakan. Film ini sendiri bukan film jelek sama sekali. Reuni bintang-bintang Citra di film itu sudah jadi tontonan yang mengesankan sendiri. Ada Lidya Kandou, Dewi Yull, Didi Petet, dll. Lewat film ini, Pak Haji menegaskan eksistensinya dalam benak gw.

Di Bulan Ramadhan seperti ini, Pak Haji benar-benar unjuk gigi. He's da man! He's practically man of the month. Dia ada di mana-mana; sinetron, talk show, variety show, sampai iklan-iklan mulai dari sahur sampai sahur lagi. Mungkin salah satu sebab yang membuat Pak Haji begitu dicintai adalah karena dia bicara dengan bahasa awam. Dia merangkunm kebiasaan-kebiasaan masyarakat lalu memasukan nilai-nilai di dalamnya. Sama sekali tanpa paksaan. Dia juga bicara tentang hal-hal yang sudah melampaui batas agama. Dia bicara tentang kebajikan, hubungan baik, sikap-sikap baik. Hal-hal yang bisa didiskusikan semua pemeluk agama dalam damai. Bukan soal iblis dan malaikat atau sorga dan neraka. Jadi gw yang kaya gini saja bisa menikmati karya-karyanya. Lihatlah di acara Kampung Lele yang digagasnya. Melly Zamri masih tetap melenggak lenggok bak Puteri Malam, tetapi dengan berbusana muslimah yang membuat goyangannya jadi biasa saja, hanya ekspresi kebahagiaan. Kalo orang lain mungkin sudah sibuk mengurusi halal atau haramnya goyangan itu. Bagi Pak Haji tampaknya dakwah juga proses komunikasi, jadi harus masuk lewat kuping orang yang didakwahi, lalu ikut ke arah kita. Dengan kata lain, message lebih penting daripada medium, isi lebih penting daripada kemasan.

Di tengah asyiknya pekerjaan baru, stamina gw akhirnya tumbang. Gw harus menghabiskan seharian siang-malam di tempat tidur. Hiburan satu-satunya cuma acara TV di bulan puasa yang nyaris seragam. Kalo gak sinetron dakwah, ya lawakan yang materinya itu-itu saja. Tak sengaja tombol remote control membentur sebuah kanal yang sedang menampilkan salah satu sinetron Ramadhan Pak Haji.

Pak Haji digambarkan sedang membetulkan sebuah jam weker. Lalu anaknya datang dan bertanya ada apa dengan jam itu. Lalu dengan enteng Pak Haji menjawab, "Oh cuma tempat baterai-nya yang mesti dibersihkan karena kebanyakan debu jadi tidak bisa menerima energi, sama seperti hati dan otak kita, kalau masih banyak debu susah menerima kebajikan".

Lalu di adegan lain. Pak Haji meminta anaknya mengisi cangkir dengan teh. Pak Haji memegang cangkirnya sambil ngobrol. Sementara anaknya keberatan membawakan teko dan gagal memasukan air ke dalam cangkir, karena cangkirnya ketinggian. Lalu Pak Haji beristighfar dan berkata,"Maaf cangkirnya ketinggian, nak. Nah, begitu juga hati kita, kalau masih terlalu tinggi, ilmu jadi susah masuk."

Maka bertambah tebal kekaguman gw pada Pak Haji.

Open Up Your Heart (And Let The Sun Shine In)
by Frente

Mommy told me something. A little kid should know.
It's all about the devil and I learned to hate him so
She said he causes trouble when you let him in your room
He'll never ever leave you if your heart is filled with gloom

Chorus:

So let the sun shine in. Face it with a grin.
Smilers never lose. And Frowners never win
So let the sun shine in. Face it with a grin
Open up your heart and let the sun shine in

When you are unhappy. The devil wears a grin.
But oh he starts to run in. When the light comes prowling in.
I know he'll be unhappy. Cause I'll never wear a frown.
Maybe if we keep on smiling. He'll get tired of hanging 'round.
If I forget to say my prayers. The devil jumps with glee.
But he feels so awful awful. When he sees me on my knees.
So if you feel of trouble. And you never seem to move.
Just open up your heart and let the sun shine in

(Chorus)

Suuuuun Shiiiiiine iiiiiin
Suuuuun Shiiiiiine iiiiiin

Mommy told me someting. A little kid should know.
It's all about the devil. And i learned to hate him so.
If I forget to say my prayers. The devil jumps with glee.
But he feels so awful awful. When he sees me on my knees.
So if you feel of trouble. And you never seem to move.
Just open up your heart and let the sun shine in.

Monday, October 03, 2005

Puasa






Busung lapar dan malnutrisi, kemiskinan dan pemiskinan, Perpres 36/2005, Flu Burung, Penindasan Buruh dan Tenaga Kerja, Krisis Rupiah, Krisis BBM, Bom Bali II, Teror, Ancaman, Ketakutan, Kecemasan...

Ya Tuhan berilah kami ketabahan dan tuntunlah kami ke jalan terangmu... Lepaskan kami dari kesempitan dan kepahitan. Berilah kami hidup dalam kelapangan...

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
Semoga setiap umat Tuhan mendapat cahaya terang

The Prayer

I pray you’ll be our eyes
And watch us where we go
And help us to be wise
In times when we don’t know

Let this be our prayer
As we go our way
Lead us to a place
Guide us with your grace
To a place where we’ll be safe
La luce che to dai
(dipotong sampai di sini)

Sunday, September 25, 2005

Everybody's Free (To Wear Sunscreen) by Baz Luhrmann





Ladies and Gentlemen of the class of ’99. If I could offer you only one tip for the future, sunscreen would be it. The long term benefits of sunscreen have been proved by scientists whereas the rest of my advice has no basis more reliable than my own meandering experience…I will dispense this advice now.

Enjoy the power and beauty of your youth; oh nevermind; you will not understand the power and beauty of your youth until they have faded. But trust me, in 20 years you’ll look back at photos of yourself and recall in a way you can’t grasp now how much possibility lay before you and how fabulous you really looked….You’re not as fat as you imagine.

Don’t worry about the future; or worry, but know that worrying is as effective as trying to solve an algebra equation by chewing bubblegum. The real troubles in your life are apt to be things that never crossed your worried mind; the kind that blindside you at 4pm on some idle Tuesday.

Do one thing everyday that scares you

Sing

Don’t be reckless with other people’s hearts, don’t put up with people who are reckless with yours.

Floss

Don’t waste your time on jealousy; sometimes you’re ahead, sometimes you’re behind…the race is long, and in the end, it’s only with yourself.

Remember the compliments you receive, forget the insults; if you succeed in doing this, tell me how.

Keep your old love letters, throw away your old bank statements.

Stretch

Don’t feel guilty if you don’t know what you want to do with your life…the most interesting people I know didn’t know at 22 what they wanted to do with their lives, some of the most interesting 40 year olds I know still don’t.

Get plenty of calcium.

Be kind to your knees, you’ll miss them when they’re gone.

Maybe you’ll marry, maybe you won’t, maybe you’ll have children,maybe you won’t, maybe you’ll divorce at 40, maybe you’ll dance the funky chicken on your 75th wedding anniversary…what ever you do, don’t congratulate yourself too much or berate yourself either – your choices are half chance, so are everybody else’s. Enjoy your body, use it every way you can…don’t be afraid of it, or what other people
think of it, it’s the greatest instrument you’ll ever own..

Dance…even if you have nowhere to do it but in your own living room.

Read the directions, even if you don’t follow them.

Do NOT read beauty magazines, they will only make you feel ugly.

Get to know your parents, you never know when they’ll be gone for
good.

Be nice to your siblings; they are the best link to your past and the people most likely to stick with you in the future.

Understand that friends come and go,but for the precious few you should hold on. Work hard to bridge the gaps in geography and lifestyle because the older you get, the more you need the people you knew when you were young.

Live in New York City once, but leave before it makes you hard; live in Northern California once, but leave before it makes you soft.

Travel.

Accept certain inalienable truths, prices will rise, politicians will philander, you too will get old, and when you do you’ll fantasize that when you were young prices were reasonable, politicians were noble and children respected their elders.

Respect your elders.

Don’t expect anyone else to support you. Maybe you have a trust fund, maybe you have a wealthy spouse; but you never know when either one might run out.

Don’t mess too much with your hair, or by the time you're 40, it will look 85.

Be careful whose advice you buy, but, be patient with those who supply it. Advice is a form of nostalgia, dispensing it is a way of fishing the past from the disposal, wiping it off, painting over the ugly parts and recycling it for more than it’s worth.

But trust me on the sunscreen…

NOTE: Sebuah lagu bagus yang diperkenalkan Nita Maharanie. Lyrics-nya keren banget. Jadi supaya gak lupa, di-publish aja di sini. ThanX Nita!

Monday, August 29, 2005

Inner VS Outer




your inner self is perceptive, emotional and everchanging. You see things your way and feels you are treated unfairly a lot of times.
your outer self is impulsive and rash and you try to control it. You can hide your thoughts but you can't hide your emotions. Be aware of that.

inner vs. outer self tested by ibiki


Actually, I'm confuse... Am I really like that? Well, for those who know me, you tell me! I think it's better... But, let's just try it...

Friday, August 26, 2005


ThanK YoU, Good Bye

Dear friends,

I would like to thank you all for the attention and warm greetings on my birthday via e-mail, SMS and phone calls. I am very honored to have wonderful friends like all of you. And I promise I will always remember this moment for the rest of my life. I hope all of us will have a great life ahead and LUCK will be our common keyword. I'm sorry, there won't be any party this year because we are still in 'PENGHEMATAN' days...

Today is my birthday and... Well, it's finally rolled around. Today is my last day with FHM Indonesia. I would like to thank you all once more for all of your support during my employment here. Actually, this wasn't an easy decision, because I am grateful for the rewarding employment I've had with MRA Printed Media Division. But after long hours of consideration, my decision is now final.

"If you never say goodbye to the best thing in your life. There are things you don't appreciate at all. So it's best that you don't try holding back the time" (Postcard from Heaven, Lighthouse Family)

I must say that in FHM, I have gained a new appreciation for my world view. I've met more incredible people in the past twenty six months (including all of you..), then I met in my first 26 years living. I've seen and talked to people at their darkest moments and I've been able to share their happiest days.

While this office maybe no Paradise, it has a charm. A charm that I have grown attached to, now more than ever. I'll miss working here and experiencing even more of what FHM loved has to offer, but I look forward to beginning my new life in a new career.

Hopefully, I will get to know and respect my new career like I have FHM. And I hope we can still be friends for years... Wish me luck!!!

Shed My Skin (D-Note)

I'm running through the fields
Laughing dreaming
I'm driving through the mountains
Breathing a new life

I don't mind what people say
No, I won't look back for another day
Wanna shed my skin and walk away

I'm floating through the river
Twisting and turning
Running through the suns
Searching a new life

I don't mind what people say
No, I won't look back for another day
Wanna shed my skin and walk away

Walk away, walk away
Walk away, walk away
Walk away, walk away

Wednesday, August 24, 2005

Shooting Star




Dalam kunjungan ke Bali 30 Juli - 1 Agustus yang lalu, gw sempatkan mampir ke de ja vu di malam pergantian bulan. Tempatnya begitu cozy dengan halaman yang menghadap ke pantai Kuta. Gw berangkat ke sana bareng Nita dan ditemani teman baru, seorang DJ asal Bali bernama Wanti.

Setelah meminum beberapa teguk cocktail, kami bersantai di halamannya menikmati malam penuh bintang, sayang tak ada bulan. Tak berapa lama duduk di halaman yang nyaman itu, kami mulai sedikit terapung. Saat itulah gw baru mulai mengamati bintang-bintang yang rasanya sangat jarang ditemui di langit Jakarta yang selalu tertutup polusi. Ketika sedang menikmati keberuntungan menikmati hamparan bintang yang membentang seluas mayapada itu, gw melihat setitik obyek terang bergerak cepat di langit. Gw terkejut dan otomatis berteriak,"Shooting star!! Shooting Star !!" Nita pun langsung menyabut dengan berteriak, "Make a wish!! Make a wish!!"

Sontak kami terdiam dan berusaha memanjatkan sebuah doa entah pada siapa. Namun ketika harus memanjatkan doa itu gw tertegun. Apa yang kini paling gw harapkan. Gw takut memanjatkan doa yang salah. Sesuatu yang bukan prioritas utama bagi gw. Namun ternyata menemukan prioritas dalam hidup bukanlah pekerjaan gampang yang bisa ditunggu sebuah bintang jatuh. Akhirnya bintang jatuh itu memudar dan tenggelam dalam kegelapan. Gw hanya bisa mengutuk dalam hati, "Damned, I missed the moment!"

Kenyataan itu benar-benar membuat gw bertanya-tanya selama beberapa hari. Ternyata gw tengah menjalani sebuah hidup tanpa tujuan. Tanpa sesuatu pun gw harapkan secara nyata. Hidup gw tengah berjalan acak saja tanpa arah. Apalah artinya sebuah hidup tanpa arah. Rasanya seperti celoteh Chairil Anwar, hidup hanya menanti kekalahan. Di tengah upaya menata kembali hidup gw seperti gw ceritain di beberapa posting sebelumnya, maka hal ini sebenarnya barang haram. Karena deep down inside, gw sadar sesungguhnya gw sangat butuh pertolongan.

Gw pun mulai menyusun prioritas yang akan gw ajukan jika gw mendapat kesempatan lagi untuk memohon sesuatu pada you know who. Butuh beberapa hari bermenung-menung untuk merumuskannya. Syukurlah, gw kemudian mampu menyusun my wish list itu. Tanpa sadar, gw pun acapkali mengulang my wish list itu menjadi my wish di berbagai kesempatan. Sebelum tidur, dalam jalan kaki menuju dan pulang kantor, di kendaraan, di tengah masa-masa suntuk bekerja. Rasa kehilangan moment di Bali itu memotivasi gw untuk berharap pada kekuatan di luar gw itu untuk menata chaos internal.

Minggu lalu 19-20 Agustus yang lalu, gw berkesempatan berangkat ke Bali lagi untuk datang ke rave party Vertigo Goes To Bali di Garuda Wisnu Kencana. Gw bareng Mety dan Mely-Boris Malam itu dalam kondisi mengapung total di bawah kaki patung Garuda, kembali gw melihat sebuah bintang jatuh. Namun kali ini gw hanya sendirian, jadi tak ada yang perlu diteriakan. Kali ini gw sudah punya my wish list untuk dipanjatkan.

It wasn't that I believe all those superstition's crap. It was just worth to try... It's good to re-arrange your life priorities, anyway... Hehehe...

When You Wish Upon A Star
Louis Armstrong


When you wish upon a star
Makes no difference who you are
Anything your heart desires
Will come to you

If your heart is in your dreams
No request is to extreme
When you wish upon a star
As dreamers do

Fate is kind
She brings to those who love
As sweet fullfillment of their secret drowns
Like a boat out of the blue
Fate steps in and see's you through

Moma when you wished upon a star
Your dreams come true


(instrumental break)

Fate is kind
She brings to those who love
As sweet fullfillment of their secret drowns
Like a boat out of the blue
Fate steps in and see's you through

Baby when you wish upon a star
Your dreams come true
When you wished upon a star
Makes no difference who you are
Your dreams come true

Wednesday, August 17, 2005

Artificial Independence: AI




Di tengah riuh rendah Perayaan 60 Tahun Indonesia Merdeka tahun ini, gw menemukan beberapa kejadian yang membuat gw jadi berpikir lagi tentang makna kemerdekaan sebuah bangsa.

Kejadian pertama terjadi sekitar tengah hari. Berkat adzan dzuhur berkumandang lewat corong mushola dekat kos, gw terbangun dari tidur yang sangat nyenyak. Setelah bersih-bersih badan sedikit, terasa perut lapar menuntut hak. Gw langsung turun dari kamar gw di lantai 3. Di teras kos yang ada di lantai 2, gw sempat melihat seorang Nigeria yang kos bareng gw bertransaksi di teras dengan seorang cewek. Jangan salah sangka, dia bertransaksi kain batik murahan, bukan transaksi narkoba. Lewat Bahasa Inggris yang sama-sama nglantur tapi dimengerti satu sama lain, gw paham agaknya si cewek ini memasok kain batik cetakan (atau kain sejenis) tadi untuk si Nigeria. Sambil makan makan di warteg, gw nonton duel sepak bola bocah-bocah Kebon Kacang yang main di lahan seadanya di belakang Pasar Gandaria. Gw melihat Pak RT semangat sekali membela salah satu tim, sampai pake ada aksi protes segala. Habis makan, gw langsung pulang. Tepat di depan kost gw, ternyata ada keramaian berlangsung. Tetangga-tetangga bilang ada anak kos berantem.

Ternyata yang berantem adalah si cewek yang tadi jualan batik di teras kos dengan ibu yang tinggal tepat di depan kos gw (Jl. Kebon Kacang II) yang dibantu anak ceweknya. Waktu gw datangi, si ibu tetangga sedang jenggut-jenggutan dengan cewek penjual batik itu. Sementara anak si ibu tetangga sedang memukuli kepala belakang si cewek penjual batik dengan helm. Lalu motor si cewek penjual batik ini pun runtuh menimpa si ibu dan si cewek. Gw langsung berusaha memisahkan mereka sendirian dan merasakan juga sedikit pukulan dari si ibu, anaknya dan suaminya. Nggak berapa lama, perkelahian itu langsung menarik perhatian orang. Tadinya gw menyangka kalo orang sudah ramai, kedua oknum yang berkelahi ini akan malu dan berhenti. Orang-orang pun seharusnya berusaha melerai, mencari tahu dan mendamaikan.

Tak dinyana, ternyata yang ada si ibu berhasil menyulut kemarahan massa. Rupanya si ibu ini sudah 3 kali mengamati cewek itu dalam seminggu terakhir bolak-balik ke atas. "20 menit naik ke atas terus turun lagi, ngapain coba kalo bukan ngelonte" katanya. Si cewek membela diri, "Enak aje, gw punya konpeksi, gw ke atas jualan barang jaitan". "Ah.. prett... Nonok lo tuh yang perlu dijait, biar nggak ngelonte di kampung orang. Kalo ada yang berzinah kayak lo, sial kami sekampung." Yang terjadi kemudian, massa menggebuki cewek ini beramai-ramai, tua-muda-anak-anak, laki-pere-banci. Semua orang dengan mata-mata penuh amarah. Mengerikan sekali, sungguh!

Tiba-tiba ada yang nyeletuk, pasti di tasnya ada putaw. Lantas handbag si cewek pun diperiksa ramai-ramai. Sempat gw saksikan ada beberapa orang yang menarik lembaran 50-ribuan yang menyembul dari dompet si cewek. Gw masih berusaha menenangkan semua orang sendirian. Gw berteriak-teriak menyuruh semua orang untuk istighfar dan membicarakan masalahnya. Yang ada gw dibentak Pak RT, "Lo diem aja deh!" Si cewek sudah tenang dan mau pergi, tetapi waktu dia minta tasnya, giliran pak RT beraksi dengan tidak mau mengembalikan tas si cewek dengan alasan mau periksa narkoba. Si cewek mulai meraung-raung lagi.

Mulailah dia diseret ramai-ramai ke mulut gang. Ada yang membawakan motornya juga (tapi kalo yang ini tampaknya berusaha membantu). Sementara si ibu yang mula-mula menggebuki tidak ikut menyeret si cewek tetapi dia nyerocos terus. Dia bicara soal kutukan yang akan menimpa sebuah kampung jika membiarkan perzinahan berlangsung. Since, dia ngajak ngomong soal hukum islam, gw coba ladeni dikit. Gw bilang,"Setahu saya bu, kalau dalam Hukum Islam itu, tuduhan berzinah harus disaksikan oleh 4 pasang mata, harus kepergok lagi melakukan. Gak bisa cuma kelihatan turun doank, kalo itu namanya bukan zinah tetapi fitnah", kata gw. Lalu si ibu menjawab, "Ah Tai, kalo buat gw sih peduli hukum apaan, yang kayak gitu gw bunuh sekalian juga nggak apa-apa. Adek belon tau sih, udah sering Niger2 ini digerebek ama orang masjid, kagak pernah kapok." Gw lalu menjawab lagi,"Itu namanya ibu mau menjalankan Hukum Islam setengah-setengah. Sama aja kagak mau puasa tetapi minta jatah buka. Lagian saya ngeliat kok, cewek itu dagang batik di teras atas. Ibu kagak ngeliat khan?" Si ibu cuma melengos tak peduli.

Tiba-tiba Pak RT datang mengatakan semua sudah beres, si cewek sudah pergi dan dia ternyata tidak membawa narkoba. Saya memang melihat cewek itu sudah mengendarai motornya dengan kepala mengucur darah. Pak RT mengajak gw ke atas menemui orang-orang Nigeria yang kos bareng gw. Sambil naik dia minta maaf ke gw. "Maaf dek, tadi saya ngebentak. Adek nggak tahu masalah di sini sih.", katanya. Dia lalu mendatangi 3 orang Nigeria di kos gw itu dan menceritakan masalahnya.

Dengan Bahasa Inggris campur Indonesia yang patah-patah, salah satu orang Nigeria membenarkan kalau cewek itu mengantar batik untuk temannya. Lalu dia menuntut pada Pak RT, "The people treat us like this, because we're black. It won't matter if I am orang Jawa like the others. I saw another anak kost bring woman into their room and nobody knocked on their door.." Pak RT lalu menjawab, " You tourist... stay at hotel... not kos-kosan..." Si Nigeria ini lalu menjawab, "But you've seen my work permit, it's cheaper to live at kos-kosan, And I've paid the rent until October", katanya. Tetapi Pak RT tampak sudah tidak peduli atau tidak mengerti. Gw juga sudah tidak peduli.

Gw merasa seperti Elia yang tidak sanggup mencegah Bangsa Israel untuk menolak menyembah Ahab atas perintah Izabel. Gw merasa seperti Elia yang tidak sanggup mencegah kejahatan Imam Agung dan menyebabkan kehancuran kota Zarfat (Akbar). Gw merasa sangat tidak berdaya. Gw cuma berusaha melupakannya dan merasa sudah berupaya maksimal meskipun tak ada hasilnya.

Jam 3 sore, gw berangkat ke kantor. Setelah menaiki ojek, motorpun segera dijalankan menyeberang jalan. Lewatlah seorang warga dengan mobil Suzuki Carry. Si pengemudi bercanda-canda dengan orang di pinggir jalan tanpa mengurangi sedikit pun kecepatan mobilnya. Alhasil, motor yang gw tumpangi ditabrak telak meskipun gw sudah berteriak keras banget untuk mengingatkan si pengendara mobil dan tukang ojek. Tetapi kejadiannya begitu cepat. Gw terlempar hingga jatuh mengangkangi selokan yang cukup lebar (untung nggak kecebur). Tetapi celana gw terkena lumpur di pinggir got dan jadi kotor sekali. Gw ditolong beberapa anak muda yang tadi nongkrong di sekitar situ dan bercanda dengan si sopir mobil.

Rupanya beberapa diantaranya ikut ngegebukin cewek tadi. Karena ada di antara mereka yang menyebut gw dengan julukan si mas yang tadi ada di tempat berantem. Mereka baik semua, karena membantu gw membersihkan diri di keran warung nasi uduk dekat sana. Setelah memastikan gw nggak luka sedikit pun. Anak-anak muda itu lalu berkata kepada si penabrak yang notabene teman mereka juga, "Udeh lo pergi aja, mas-nye kagak kenape-nape." Lalu si pengemudi yang jelas-jelas menabrak karena kesalahannya bercanda dengan orang di pinggir jalan sambil nyetir itu pun pergi begitu saja. Gw yang masih syok cuma bisa terbengong-bengong bego, melihat kenyataan itu.

Setelah orang itu pergi gw mulai mencoba menggerakan kaki yang ternyata sakit sekali. Sampai malam ini keseleo dan nyeri ototnya terasa dari betis sampai ke punggung. Tetapi sakit di badan itu tidak lebih penting dari pada sakit di hati gw. Rasa keadilan begitu diinjak-injak oleh sesama warga biasa. Ada orang tidak bersalah yang digebuki rame-rame dan ada orang bersalah yang dibiarkan pergi begitu saja.

Tiba-tiba gw sadar, ternyata sejatinya kita adalah penjajah!

Gw jadi inget pemandangan di kereta ekonomi Yogyakarta-Bandung dalam perjalanan pulang dari Kongres AJI I yang gw hadiri 10 tahun lalu. Ketika itu gw ngeliat puluhan ibu-ibu terpaksa berdiri, sementara ada beberapa orang yang memilih tidur rebahan di kursi untuk 3 orang dan pura-pura begitu lelap sehingga nggak bisa dibangunin. Waktu itu, gw akhirnya menyuruh ibu-ibu dan perempuan yang berdiri itu untuk menduduki punggung dan kaki si orang tidur yang nggak tau diri ini. Jadi mau nggak mau dia bangun. Trik itu berhasil sekitar 3 atau 4 kali dalam perjalanan itu, sementara gw tetap berdiri atau duduk di lantai dari Yogya sampai Bandung.

Sampai di Bandung gw bertanya pada Trisno, mengapa ada orang miskin menindas orang miskin juga seperti itu. Lalu Trisno menjawab, "Karena dalam hidup mereka sudah selalu ditanamkan budaya penindasan. Mereka juga selalu ditindas oleh orang-orang yang berkesempatan menindas mereka. Itu artinya berlapis-lapis. Jadi ketika sedikit saja mereka memiliki alat kekuasaan, seperti naik duluan di kereta ekonomi begitu, langsung mereka manfaatkan untuk menindas juga. Makanya di beberapa kantor, satpam bisa lebih galak daripada direktur, karena level ketertindasan si satpam dengan direktur berbeda jauh.

Mengingat semua itu gw jadi sedih dan takut banget. Mungkin pula tanpa sadar gw juga sudah menindas orang lain. Hanya karena gw berpikir gw benar dengan cara gw sendiri. Kepada semua orang yang pernah gw tindas dengan cara apa pun, gw memohon maaf sebesar-besarnya. Ini akan menjadi sebuah 'peringatan' yang sangat berarti bahwa sudah 60 tahun kita merdeka tetapi belum lepas juga dari penindasan. Kerja belum selesai. Belum apa-apa. Semua masih berupa simbol-simbol tanpa makna. Sebuah kemerdekaan simbolik karena belum memerdekakan warganya. Sebuah kemerdekaan yang tidak membebaskan. Sebuah kemerdekaan yang artificial. Artificial Independence!

Sekarang gw harus mulai berpikir untuk membangun kembali. Seperti Elia membangun kembali kota Akbar. Seperti Elia memulai dari dirinya. Seperti juga Elia, gw kini memilih untuk dibaptiskan dengan nama Pembebasan. Kendati pembaptisan kali ini tidak dilakukan di air atau di atas altar suci, melainkan hanya di dalam hati.
Semoga gw bisa...


CAHAYA BULAN
Composed by Eross So7, Lead Vocal: Okta

Perlahan sangat pelan
Hingga terang kan menjelang
Cahaya kota kelam
Mesra menyambut sang petang

Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari terbit menghangatkan bumi

Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang
kemenangan oleh pedang...

Perlahan sangat pelan
Hingga kadang kan menjelang cahayanya
Nyali besar mencuat runtuhkan bayang

Di sini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

Aku orang malam yang membicarakan terang
Aku orang tenang yang menentang
kemenangan oleh pedang...

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan...
Yang takkan pernah kutahu di mana jawaban itu
Bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

Terangi dengan cinta di gelapku
Ketakutan melumpuhkanku
Terangi dengan cinta di gelapku
Di mana jawaban itu...

Friday, July 29, 2005

BALI, HERE I COME!!!





It's time to step out into the world and see what you can see. A bit of travel is definitely on the agenda. Oh, and so is expressing yourself. Maybe you should right a travel book about your adventures?

The Bottom Line

Some soul searching will turn up all the right answers. What was the question?

In Detail

You're not mean-spirited -- not one tiny little bit. You can, however, be goaded into behavior that's beneath you if someone shows anything less than total respect for a worthy cause -- much less one that's near and dear to your heart. If you've already warned them, or if you know they've heard about your recent dealings with someone that impolite, you won't hesitate to come out with both guns blazing. And well you should...

CANGKEM



Setiap manusia ingin bersuara. Mungkin tidak hanya dengan mulutnya tapi bisa juga dengan tindakannya. Lebih tepatnya, manusia ingin menyuarakan bagian dari dirinya. Maka kita sering menjumpai frasa-frasa seperti; "menyuarakan sikap", "menyuarakan pikiran" atau "menyuarakan pilihan". Kata suara memang berdenotasi pada bunyi-bunyian, tetapi percayalah bahwa tidak hanya mulut yang bisa menyuarakan bagian dari diri kita itu. Memang, yang gw maksud dengan menyuarakan dalam hal ini adalah mengekspresikan diri.

Tidak ada orang yang ingin dibungkam. Nabi-nabi telah diturunkan ke muka bumi selama ribuan tahun dengan misi menyuarakan kebenaran. Untuk bersuara itu mereka mempertaruhkan segenap kehidupan. Tak hanya miliknya, tetapi juga milik pengikutnya.

Bahkan bagi sahabat-sahabat kita yang terlahir tunarungu pun sama sekali tidak berkewajiban untuk bungkam. Indera mereka yang lain terasah lebih tajam untuk menyuarakan bagian dirinya itu. Sekali lagi gw tegaskan, setiap orang butuh bersuara.

Ketika kita sakit gigi, suara terdengar sangat sakit dan tidak nyaman. Mungkin sebagian rasa sakit itu karena kita dipaksa bungkam oleh kejorokan, keteledoran dan kelalaian sendiri.

Gw sendiri membuat blog ini untuk bersuara. Untuk mewakilkan bunyi hal-hal yang tidak mungkin disuarakan oleh mulut biologis gw. Untuk mewakilkan tulisan-tulisan yang harus gw tulis, tulisan-tulisan yang ingin gw tulis, tetapi gw memiliki keterbatasan untuk menyampaikannya langsung pada orang lain. Blog ini adalah mulut gw untuk menyuarakan apa yang ada di kepala dan batin gw. Karena bersuara tidak cuma hak. Karena ada kalanya bersuara juga menjadi sebuah kewajiban. Blog ini adalah cangkem gw!

Every writer writes for a reader. Every writer sends a voice out, hoping to reach the person who can answer. Dalam penciptaan manusia memang telah diberikan 'tanda-tanda' akan tugasnya di muka bumi. Manusia diberi satu mulut dan diberi dua telinga. Artinya selain bicara, kita juga berhak dan berkewajiban untuk mendengar. Secara kuantitas, kita bahkan harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Nah, ketika fasilitas comment yang disediakan YACCS di blog gw, tidak lagi berfungsi dengan baik, maka gw merasa sangat berdosa. Gw merasa telah mengebiri hak teman-teman untuk bersuara di blog ini. Gw juga merasa telah menganiaya hak gw untuk mendengar. Sayang beberapa kesibukan belakangan ini membuat gw tidak bisa buru-buru memperbaiki kerusakan ini. Untunglah, malam ini gw berhasil mengganti fasilitas berkomentar gratis ini dengan layanan baru. Mohon maaf, kalau ada suara-suara terdahulu yang tidak bisa tampil lagi. Namun, teman-teman bebas bersuara ulang dengan fasilitas comment yang baru ini. Jadi teman-teman, jangan sia-siakan fasilitas ini. Gw sudah memanfaatkan cangkem gw, sekarang manfaatkanlah cangkem teman-teman!

GIE
Composed by Eross So7 Vocal by Okta


Sampaikanlah pada ibuku, aku pulang terlambat waktu
Aku akan menaklukkan malam dengan jalan pikiranku
Sampaikanlah pada bapakku, aku mencari jalan
Atas semua keresahan-keresahan ini
Kegelisahan manusia...

Retaklah... Malam yang dingin...
Tak pernah berhenti berjuang
Bacakan teka-teki malam
Tek pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki keadilanmu...

Berbagi waktu dengan alam
Kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya
Hakikat manusia...

Tak pernah berhenti berjuang
Bacakan teka-teki malam
Tek pernah berhenti berjuang
Pecahkan teka-teki keadilanmu...

Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga kutemukan jawaban
Akan aku telusuri jalan yang setapak ini
Semoga kutemukan jawaban

Friday, July 22, 2005

RAINFALL





I'd like to know what's going on
In this world we're living on
So much poverty
All around me
This insanity
That surrounds me

It is the world, seems so far away
People's lives, changing everyday
Oh no... I can hear the rainfall

I'd like to know when you and I
Will stop walking and passing by
So much ignorance
That my eyes see
My experience
Cannot blind me

It is the world, seems so far from here
Seasons change, and the rain is near
Oh no... I can hear the rainfall

Oooh... Yehh....

I'd like to find a new reality
Something more than this fantasy
No more false dreams
No more mind games
I can't even see
Through this dark rain

It is the world, seems so far away
People lives, changing everyday
Ey Oh... I can hear the rainfall

Wednesday, July 20, 2005

HEMAT





Alkisah senin pagi minggu lalu, my darksoul mate -, bersungut-sungut menceritakan perihal club-club ibu Kota yang kini harus tutup pukul 04.00 dinihari. Jadi tak akan ada lagi hari-hari hardcore. tak akan ada lagi malam-malam panjang bak di surga, sekaligus di neraka. No more midnight in the garden of good and evil. Tapi bagi gw, ini bukan hal baru. Minggu sebelumnya, setelah kehilangan ponsel dan berbagai kesialan, gw sendiri mencanangkan gerakan pensiun dini, sekalian mengencangkan ikat pinggang. Gw hanya tersenyum simpul mendengar keluh kesah sahabat gw itu. Penutupan ini jadi semacam gayung bersambut dengan rencana gw.

Malam harinya, gw sampai di kos sekitar jam 01.20 dini hari. Gak usah kaget, gw memang semi workaholic, jadi jam seginian emang biasa baru pulang. Sampai di kos, seperti biasa langsung menyalakan TV dong. Yah, meskipun tidak sanggup lagi membayar Kabel, tetapi biasanya masih ada siaran tengah malam yang menarik. Setidaknya berita. Tetapi waktu menyalakan TV, gw gak menemukan satu channel pun yang nyala. Sebagai mahluk postmodern yang hidup di era informasi, gw langsung curiga ada yang salah dengan antenna TV gw. Langsung gw bongkar kabelnya dan memeriksa, lalu dipasang lagi, terus TV-nya distel lagi. Tetapi, lagi-lagi hanya menemukan semut-semut hitam putih menghiasi layar. Gw mulai takut TV-nya rusak, maka gw putuskan mencoba DVD. Ternyata nyala. Wah, lega banget rasanya karena ternyata TV nggak rusak. Gw mulai menghabiskan dini hari dengan nonton Sideways yang bagus banget itu (bagi yang pingin tahu kebagusannya Sideways, silakan klik di sini).

Pagi hari, ketika memulai aktivitas di kantor, tentu saja yang pertama gw buka adalah e-mail dan news website. Alangkah terkejutnya gw, ketika tahu musabab semut-semut hitam putih merubungi layar TV gw tadi adalah karena 'himbauan' atau 'anjuran' pemerintah kepada televisi dan radio swasta di Indonesia untuk melakukan pembatasan siaran, atas dasar Instruksi Presiden untuk hemat BBM yang diterjemahkan menjadi Peraturan Menteri (Permen) Komunikasi dan Informatika no 11/11/P/M.KOMINFO/7/2005 yang mengatur tentang Pengurangan Waktu Siaran Lembaga Penyiaran di Seluruh Indonesia. Permen ini rasanya benar-benar gak enak, karena dia mewajibkan semua stasiun TV dan pemancar radio dimatikan. Selain itu kebijakan ini dilengkapi juga dengan anjuran untuk memasang AC di angka 25 derajat, tidak menggunakan jas, mematikan lampu jalan setengahnya. Oleh Bung Yos, kebijakan ini didukung penuh dengan aksi ancam-ancaman segala.

Sontak, gw seperti kebakaran jenggot dengan berita ini. Selaku manusia dini hari, gw memang bukan manusia televisi. Tetapi setiap hari setidaknya gw melakukan ritual menonton televisi setidaknya 15 menit sebelum mulai menyetel DVD dan tidur. Ketika hak menonton TV gw dicabut, rasanya ada yang hilang dan terasa sakit. Tetapi itukan kepentingan pribadi, masa harus menang daripada anjuran hemat BBM dari pemerintah yang sudah semestinya berada di atas semua kepentingan pribadi individu-individu manja yang hidup di negeri ini.

Tetapi benarkah pembatasan siaran televisi itu adalah untuk kepentingan umum?

Kalo versi gw sih ceritanya kira-kira begini:

APBN 2005 berjumlah Rp. 397 triliun. Sekitar Rp.100 triliun habis dipakai untuk subsidi BBM. Sementara harga minyak dunia melonjak terus, ini bakal mengakibatkan kebutuhan subsidi BBM naik terus hingga bisa mencapai Rp.250 triliun. Jelas tekor dong. Kalo zaman Orba sih, hal kayak gini biasanya ditanggulangi dengan memperbesar utang luar negeri (kebetulan gw pernah nulis ini di Polar tahun 1995). Tetapi di tengah hidup yang begini pahit karena trauma utang luar negeri warisan Orba, tentulah pilihan untuk menambah utang lagi bak hantu yang bergentayangan dan menakuti orang-orang.

Jalan pintas lainnya sebenarnya adalah mengurangi konsumsi BBM nasional yaitu dengan membuatnya mahal. Sebenarnya untuk mengatasi masalah ini, pemerintah bisa saja memotong subsidi BBM. Seperti biasa dengan alasan bahwa subsidi ini akan disalurkan kepada orang yang lebih membutuhkan atau untuk pembangunan sarana dan prasarana publik yang terutama akan menggairahkan ekonomi masyarakat. Daripada dipakai untuk membiayai mobil-mobil mewah yang berseliweran di jalan dan memacetkan jalan. Dengan BBM yang nirsubsidi, pemerintah bisa menanggulangi masalah kekurangan dana ini, plus mengurangi pemakaian alias penghematan BBM juga. Kalo bensin mahal, kan orang males bawa mobil kalo gak perlu-perlu banget. Sebisanya masih akan menggunakan transportasi umum. Jalan juga akan lebih tidak macet. Sementara sarana transportasi umum bisa dikembangkan dengan dana yang tadinya dipakai untuk subsidi. Ribet gak sih alirannya?

Masalahnya adalah, pemerintah baru saja mengambil kebijakan kontroversial mengurangi subsidi BBM ini sebelumnya dan hasilnya adalah panen aksi dan demo mahasiswa. Sebenarnya yang dituntut mahasiswa adalah transparansi pemanfaatan aliran dana subsidi yang dipotong itu. Sayangnya sejauh ini, pemerintah entah masih tutup kuping, entah tak acuh, entah ndak ngerti apa yang diteriakan mahasiswa itu. Maklumlah, demo kan biasanya panas-panasan dan pakai long march segala, sampai di istana negara, suara para demonstran sudah pada habis dan serak. Intinya pemerintah belum mau dan belum mampu memberikan penjelasan yang jelas terhadap tuntutan transparansi aliran dana tersebut. Maka pilihan untuk mencabut subsidi BBM adalah hil yang mustahal kalo kata Srimulat, eh.. hal yang mustahil maksudnya. Bak Soeharto dulu, gara-gara BBM yang tidak setitik itu, bisa terdongkel tuan dari kursinya. Jangan mengulang jejak kegagalan dong!

Ketika sadar bahwa pilihannya sangat terbatas. Mulailah pemerintah kebakaran jenggotnya. Dalam keadaan panik ini, dicarilah kambing hitam untuk mengatasi permasalahan ini. Ditudinglah kegiatan pembangkitan tenaga listrik sebagai sebab tingginya angka kenaikan BBM. Maka itu, pemerintah merasa perlu memotong dana ini dengan membatasi penggunaan listrik. Salah satu komponen yang akan mengurangi penggunaan listrik adalah penghentian siaran televisi dan radio ini. Karena ini berarti membuat stasiun televisi dan radio tidak perlu menyalakan piranti pemancar dan kantornya, sementara masyarakat juga mematikan TV dan lampunya. Nah, lebih ribet mana coba logikanya?

Gw sendiri gak tahu, sebenarnya seberapa persen penggunaan BBM ini tersedot oleh pembangkitan tenaga listrik. Tetapi kalau dari berita-berita dan analisis pakar, jelas lebih kecil ketimbang penggunaan BBM untuk kendaraan bermotor. Jadi melarang orang memakai jas, menghidupkan AC dan mengurangi jam siaran radio dan TV itu seperti gatal di hidung, yang dicabut bulu kaki.

Yang paling bermasalah dari Inpres ini sih prosesnya. Kalau di negara lain memang ada juga kampanye hemat energi. Tapi ya bentuknya kampanye bukan instruksi. Perlu digarisbawahi bahwa kebijakan ini adalah Instruksi Presiden lho, bukan imbauan seperti yang sering disebut di media massa. Beberapa kali bahkan imbauan ini sudah berubah jadi ancaman ketika yang bicara adalah Bung Yos (mengancam akan memutus listrik untuk gedung swasta yang masih memasang AC terlalu dingin). Masa keputusan mau nonton atau tidak nonton, keputusan kedinginan atau kepanasan, atau keputusan mau pakai baju apa hari ini saja harus negara yang membuatkan.

Padahal kalo logikanya mau ditarik panjang banget kayak logika pemerintah itu, keputusan yang diambilkan untuk kita itu juga ada dampak negatifnya. Setidaknya bagi kelompok orang tertentu. Malah kebijakan yang diambil ini juga cacat hukum, karena dalam UU Pers No. 40/1999 pasal 4 ayat 2 disebutkan pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan ataupun pelarangan penyiaran. Pada jam 01.00 itu, biasanya masih ada berita TV yang tayang, sementara menjelang subuh biasanya ada infotainment yang kebradaannya juga memikili keterwakilan di PWI.

Pemerintah banyak sekali tuntutan kepada warganya, sementara kompensasinya seperti transparansi aliran dana hasil pemotongan subsidi BBM saja masih sulit sekali diberikan pada warganya. Nah, sementara pembatasan siaran ini sebenarnya untuk kepentingan siapa. Pembatasan siaran ini kan dilakukan supaya tidak perlu mencabut subsidi BBM dan tidak perlu menyediakan transparansi. Kalau subsidi dicabut dan transparansi tidak disediakan juga, akan ada orang-orang tertentu yang harus lungsur atau longsor statusnya. Kalau begini judulnya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan bangsa?

Lucunya lagi, Inpres itu muncul sehari setelah perhelatan pernikahan putra Presiden yang memakan waktu berhari-hari dan makan biaya, BBM dan listrik besar yang konon memakai fasilitas negara karena diizinkan undang-undang. Plus, di tengah gencarnya tuntutan kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR yang sudah mencapai angka puluhan juta itu. Busyet, hemat banget yak!

Terlepas dari pokok yang gw bahas di atas. Gerakan penghematan yang dipaksakan ini benar-benar membuat gw semi-il-fil pada kata hemat. Gerakan penghematan yang gw canangkan dan berakar pada kesadaran, ternyata tidak berjalan searah sehaluan dengan gerakan penghematan yang dipaksakan pemerintah. Hampir saja, selip lagi minggu lalu. "Tetapi ya tidak boleh begitu, Ewink! Commitment is commitment. Sekarang kan loe lagi merencanakan untuk berhemat dan memulai belajar dan menekuni lagi suatu ilmu pengetahuan baru." Begitu kata sel abu-abu gw. Tetapi seperti biasa, gw butuh katarsis untuk uap gas beracun yang terkumpul di otak gw. Untung saja gw punya blog ini. Jadi lagi-lagi seperti puisinya Wiji Thukul, "Ku harus melangkah dan berkata-kata..." Tetapi cuma jari-jari gw yang melangkah.

UANG (Ian Antono)

Kapan dan di mana saja. Di seluruh dunia ini
Tak habis orang bicara, tak henti orang berdiskusi
Tiada bukan, tiada lagi
Mereka mencari
Cara cepat 'tuk mendapatkan

Ooo uang... Ooo lagi-lagi uang

Memang Uang bisa bikin
Orang senang tiada kepalang
Namun uang bisa juga bikin orang mabuk kepayang

Lupa sahabat, lupa kerabat
Lupa saudara, mungkin juga lupa ingatan

Ooo uang... Ooo lagi-lagi uang

Uang bisa bikin orang senang tiada kepalang
Uang bikin mabuk kepayang

Ooo uang... Ooo lagi-lagi uang

Saturday, July 16, 2005

Wednesday, June 29, 2005

NOT FAR BUT AWAY




Ada kalanya begitu sedikit hal menarik untuk ditulis sehingga kita mengenal istilah writer's block. Sementara ada kala lain di mana begitu banyak hal menarik terjadi untuk ditulis di blog ini. Saking banyaknya hal menarik itu, maka energi pun jadi habis dan ujung-ujungnya tidak bisa menulis juga. The bottomline is: writer's block juga... hehehe, iya nggak?

Sudah 3 akhir pekan ini, gw seperti dilempar dari satu rave party ke rave party lain. Kultur rave party ternyata kini memang sedang jadi trend mengemuka di sekitar Jakarta. Kalau rute gw sendiri malah tak cuma sekitar Jakarta tetapi sampai ke negeri jiran. Bermula dari Cream pada 11 Juni 2005 lalu. Cream tahun lalu sebenarnya tidak terlalu luar biasa, jadi ekspektasi gw tahun ini juga biasa saja. Tetapi tahun lalu, pada minggu siang sesudah Cream, gw ada jadwal pemotretan dengan Masayu Anastasia. Pemotretan itu sendiri jadi sempat agak-agak ribet awalnya (maklum basian!) namun akhirnya berjalan mulus, lancar dan sukses. Bahkan sampai saat ini, boleh dibilang salah satu pemotretan tersukses yang pernah gw lakukan sampai dimuat di beberapa negara. Pemotretan itu sempat memuluskan beberapa jalur dalam karir gw sesudahnya untuk beberapa saat. Selain itu, efek pemotretan itu belakangan hari mengantar gw berkenalan dengan Abi yang sampai hari ini jadi sahabat dekat gw, meskipun agak jarang ketemu lagi. Atas nama masa lalu yang belum terlalu jauh - not far but away... - maka gw berangkat Cream.

Minggu berikutnya berangkat ke Singapura. Resminya sih diundang ke Ibiza Summerdance Out 2005 yang diadakan di Sentosa Island. Tetapi karena acaranya baru Sabtu malam, sementara undangannya dimulai sejak Jum'at pagi, maka oleh Singapore Tourism Board, kami dijamu dan disuguhi berbagai kegiatan. Umumnya shopping dan melihat-lihat clubbing scene di Singapore. Mulai dari mengunjungi New Asia Bar, sebuah lounge bar tertinggi di Singapore, sampai clubhopping ke berbagai bar dan club yang konon happening di sana dan akhirnya ke Zouk. Tapi karena sudah jalan dari subuh, agak kurang enjoy juga jalan-jalannya, kebanyakan capeknya. Tetapi lumayanlah bisa melihat pengalaman baru dalam berpesta. Besoknya selain clubbing, kami masih sempat menonton sebuah pertunjukan pantomime unik yang menampilkan atraksi dengan balon sabun gitu. Sesudah itu naik G-Max (semacam bungee jumping gitu tapi yang dilempar dari bawah, bukan yang lompat dari atas. Waktu naik G-Max itu, saking seremnya, gw sampai nggak bisa teriak di atas sana. Pas turun, gw bersyukur bisa selamat dan bersyukur in my boring life, at least I could feel a bungee jumping experience. Tapi sumpah, nggak mau gw ulang dua kali! Malamnya baru deh ke rave party itu. Dibandingin ama rave party di Jakarta dan sekitarnya yang line up dj-nya bisa sampai puluhan orang dengan beberapa area, rave ini sih nggak ada apa-apanya. Ini cuma satu area dengan 3 DJ dari Ibiza beneran sih. Mereka main house, progressive lalu trance. Areanya memang asyik banget. Di tepi pantai berpasir putih yang indah, kalo di Indonesia gw jadi inget Aquasonic di Anyer hampir setahun lalu juga. Di belakang dj booth juga ada jacuzzi yang nyaman tempat puluhan orang menceburkan diri. Kebetulan gw di sana juga bareng banyak teman-teman ada Aline, Indah Kalalo, Putri Farmer, Nadya, Enditha, dll. Wah cantik-cantik semua... Kayanya seperempat yang hadir juga orang Jakarta atau orang Indonesia sih. Mungkin karena gw bergaulnya kebanyakan dengan orang Indonesia. Singapura memang dekat saja, hanya seperti di beranda Indonesia, - not far but away - tetapi setidaknya a whole new experience. Sesampainya di Indonesia, rasa kangen terhadap clubbing scene Jakarta pun meremang. Akhirnya dituntaskan deh dengan cara gw sendiri deh. You know how... Not far, but away...

Rave party berikutnya, adalah The Lost Chapter di Pulau Bidadari. Kalau dua rave party secara umum biasa-biasa saja. Nah, yang satu ini baru beda banget. Lokasinya di tepi pantai Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu. Dijadwalkan mulai dari jam 5 sore dan akan berakhir besoknya jam 11 siang. Selain itu menurut gw konsepnya juga unik. Pengunjung harus berlayar dulu dengan boat, sesampainya di sana check in di beberapa cottage yang disediakan atau setidaknya cari tempat mangkal deh. Baru berlanjut cari makan malam, di tenda-tenda makan (mumpung masih bisa), baru deh berlanjut ke party-party di 3 area, seperti biasa dengan line up hingga puluhan orang. Sayang, pengunjungnya kurang begitu ramai, tetapi konsepnya dan tempatnya sih asyik banget. Benar-benar hal baru yang layak diulang. Tentu dengan positioning waktu yang lebih tepat. Mungkin karena mulai agak terlalu sore, sekitar jam 4 malam, gw sudah agak capek dan ternyata boat kembali ke Jakarta yang pertama kali baru jam 5 pagi. Akhirnya, gw cuma termenung di tepi pantai memandangi sinar bulan yang jatuh di lepas laut Jakarta. Sambil melihat lampu-lampu kota Jakarta dari kejauhan. Padahal, Pulau Bidadari masih Jakarta juga, tetapi rasanya sudah di luar kota banget. Pengalaman bermenung di tepi pantai ini yang akhirnya jadi asyik sendiri. Kadang-kadang tangan gw seperti berusaha meraih Jakarta, tetapi ternyata Jakarta not too far, but away from me... It's a 'lil bit sad and fun at a same time. Bulan yang tidak terlalu bulat tetapi bersinar sangat terang itu malah membuat gw menyenandungkan Fly Me To The Moon. Pengalaman ini indah banget sampai gw gak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menceritakannya. Ketika matahari terbit, kerinduan gw pada teman-teman gw yang menunggu di sudut Kota memuncak. Kehadiran speedboat, membangkitkan kegirangan gw untuk bergegas kembali ke Jakarta.

Pengalaman-pengalaman sesaat lepas dari realitas Jakarta ini akhirnya ada gunanya juga. Setidaknya ada nafas lega, ada kerinduan dan ada semangat baru yang bisa gw rasakan ketika kembali ke Jakarta. Ada kehangatan dan ada optimisme baru. Di bawah sinar matari di dermaga Marina Ancol, angin pantai bertiup pagi hari dan membisikan kecintaan gw pada kota ini. Gw jadi ingat salah satu episode Sex and The City, kalo nggak salah di sekitar episode 4 atau 5 gitu yang memang didedikasikan oleh penulisnya untuk mengungkap cintanya pada New York. Kala itu Carrie Bradshaw juga berjalan menembus angin malam New York, kalau gw menembus angin pagi Jakarta. Lucu juga, karena pemikiran-pemikiran ini hadir di sekitar ulang tahun Kota Jakarta yang ke-478. Meskipun gw masih belum mengaku sebagai orang Jakarta tulen, tetapi di dalam ucapan Selamat Ulang Tahun Jakarta yang gw ucapkan dalam hati, terselip juga kata-kata cinta untuk kota yang keras ini.

Rupanya pengalaman minggu lalu tidak akan jadi pengalaman rave party terakhir gw dalam bulan ini. Karena next weekend akan ada rave party lagi di Hambalang. Salah satu rave party penting juga dalam sejarah CBS. Sepertinya atas nama masa lalu, akan jadi keharusan juga untuk hadir. Well, another not far but away experience lagi. Semoga sukses deh...

Terlepas dari itu, gw baru saja membuat list 3 topik baru yang sudah antri untuk di-upload ke blog ini. Gila, gw senang meskipun tidak selalu berisi warna-warna cerah, ternyata begitu banyak hal dalam hidup yang bisa kita kenang dan kita pelajari.

FLY ME TO THE MOON

Fly me to the moon
Let me play among the stars
Let me see what spring is like
On a-Jupiter and Mars
In other words, hold my hand
In other words, baby, kiss me

Fill my heart with song
And let me sing for ever more
You are all I long for
All I worship and adore
In other words, please be true
In other words, I love you
IBX5899AACD4E772