Wednesday, December 31, 2003

3 2 4 (baca dengan Bahasa Inggris)

Hari ini hari terakhir 2003, selanjutnya ke 2004. Sebenarnya gw mo bikin kaleideskop tahun ini. Tapi gw gak sempat mikirin pencapaian-pencapaian gw sepanjang tahun ini. Tapi setidaknya gw bikin catatan lah. Luckily, tahun ini gw gak mengalami masa-masa jobless yang menyakitkan. Hopefully, tahun-tahun selanjutnya akan makin baik. The first half actually went very well economically but the rest is not bad. Kalo resolusi tahun lalu yang berhasil adalah diet, maka tahun ini kebalikan banget. Yang ada semua kesuksesan diet di 2002 porak-poranda luar biasa, tahun ini malah kenaikannya jadi berlipat-lipat dari sebelum gw diet awal tahun 2002 lalu. Tapi rencana kuliah lagi gw juga gagal tahun ini karena berbagai sebab. Sekarang gw gak berani pasang resolusi itu lagi sih. Takut terlalu muluk-muluk.

Tahun ini gw makin kayak filmnya Wim Wenders, Faraway, So close dengan cita-cita bikin film. Makin hari kayanya makin deket tapi makin gak ada clue. Tahun ini juga gw gak nambah sebaris pun kalimat dalam novel gw. Tahun ini gw juga gak nulis artikel lepas satu pun di media lain kecuali tempat gw kerja. Tapi tahun ini jelas bukan tahun yang buruk. Banyak hal bagus juga tahun ini. Tahun ini gw bertemu dengan teman-teman baru yang luar biasa. Ini bisa jadi pengalaman terbaik tahun ini. Semoga tahan lama. Tahun ini juga Febby lahir. Tapi memang menurut gw, kalau ada momen untuk membekukan waktu seperti momen tahun baru begini. kita gak perlu inget pencapaian sih. Yang penting diingat tuh ketinggalan, jadi tahun depan bisa dikejar. Apa aja ya resolusi tahun baru gw? Banyak sih, tapi gak usah ditulis lah...

Btw, berbagai media sudah membuat catatannya tentang tahun ini. Salah satunya tuh The Best and The Worstnya Time Magazine. Di sana Lord of The Rings: The Return of The King dan Mystic River terpilih jadi Best Film of The Year. Sementara Mona Lisa Smile dan Cold Mountain terpilih jadi film terburuk. Sementara itu, Outkast dengan S p e a k e r b o x x x / T h e L o v e B e l o w terpilih sebagai Best Music dan Any Human Heart by William Boyd terpilih jadi The Best Fiction Book dan The Game Time menjadi Best Non Fiction Book (buku Krakatoa juga masuk dalam Best 5). Well, u can check the rest at their site. Kalo buat gw, The Best Movie of The Year tuh Matrix Reloaded dan Kill Bill: Volume 1 untuk film Barat. Arisan untuk film nasional. Film terburuk Lizzie McGuire dan Cinta 24 Karat.

Meniru Time, daftar lengkap buat film nasional (biar kayak Times): 1. Arisan; 2. Novel Tanpa Huruf R; 3. Rumah Ketujuh; 4. Kiamat Sudah Dekat; 5. Biola Tak Berdawai; 6. Biarkan Bintang Menari; 7. Eiffel, I'm in Love; 8. Untukmu; 9. Janus; 10.Tusuk Jaelangkung. Peti Mati, Cinta 24 Karat dan The Soul gak masuk daftar ini karena Peti Mati dan Cinta 24 Karat angkanya dibawah 10 dan kalo The Soul karena gw gak diundang preview-nya jadi ya gw gak tau mau bagaimana memberi rate-nya. Ada lagi gak film nasional yang belum dilihat tahun ini?

Ya sutra lah, gw cuma ingin ngucapin


SELAMAT TAHUN BARU 2004
Yakinlah tahun yang akan datang akan lebih baik...

Tuesday, December 30, 2003

Obituary

Turut berduka cita atas kematian:

ERSA SIREGAR
dalam menjalankan tugas kepahlawanan jurnalisme
di Nangroe Aceh Darussalam.

Semoga kepergiannya menyegarkan cita-cita perdamaian yang tumbuh dalam hati nurani setiap manusia.

Wednesday, December 24, 2003

HAVE YOURSELF A MERRY LITTLE CHRISTMAS


by Judy Garland - Meet Me in St. Louis (1944)

Have yourself a merry little Christmas.
Let your heart be light,
From now on our troubles
Will be out of sight.

Have yourself a merry little Christmas,
Make the Yule-tide gay,
From now on our troubles
Will be miles away.

Here we are as in olden days,
Happy golden days of yore,
Faithful friends who are dear to us
Gather near to us once more.

Through the years
We all will be together
If the Fates allow,
Hang a shining star
On the highest bough,
And have yourself
A merry little Christmas now.


SELAMAT HARI NATAL 2003
dan
SELAMAT TAHUN BARU 2004

From Love we were created, in Love we celebrate and Love is where we will come

Tuesday, December 23, 2003

CANDU

Kecanduan = Addicted.

Addict berasal dari kata dalam bahasa latin addictus, sebuah bentuk past participle of addicere to favor. Mulai umum digunakan sekitar tahun 1534. Arti resminya adalah: to devote or surrender (oneself) to something habitually or obsessively . Something disini bisa mengobyek pada segala hal. Jelas bisa narkoba (seperti yang sering digembar-gemborkan beberapa tahun terakhir), bisa jabatan, bisa pekerjaan, bisa gelar, bisa pengetahuan. Bahkan kalau Karl Marx menyebut agama sebagai salah satu obyek kecanduan. "Religion as Opium of the People", kata Marx.

Untuk hal ini perlu gw jelaskan pemahaman yang gw terima atas sabda Marx itu. Menurut Marx, agama adalah sebuah ekspresi dari realitas material dan economic injustice. Dengan demikian, problem dalam agama adalah sepenuhnya problem masyarakat. Agama bukan lah penyakit, tapi lebih merupakan sebuah symptom. It is used by oppressors to make people feel better about the distress they experience due to being poor and exploited. Ini lah sebenarnya asal usul komentarnya bahwa religion is the "opium of the masses" - tapi seperti kita lihat sekarang, pemikirannya jauh lebih kompleks dari pada commonly portrayed.

Sekarang kita bicara soal yang gampang-gampang saja, Drug Addiction. Menurut pengalaman gw, kalau lagi on, orang jadi mudah berhalusinasi. Ketika itu pula terjadi ekstensifikasi dari realitas yang ada. Kekacauan sense of everything. Emosi kita lebih ter-magnified, dll. Gak heran dalam film nasional yang tipikal, seperti Neina di Biarkan Bintang Menari, cowok biasa lebih mudah memperkosa ceweknya kalau sedang mabuk. Lhah kalo itu sih mabuk? Kalau nyandu khan beda lagi...Mencandu itu sendiri kan terjadi ketika kita tidak mampu lagi menolak dorongan untuk mengkonsumsi drugs. Kalau dimasukkan dalam kerangka definitif diatas.We devote, we surrender to drugs habitually, or obsessively!. Kalau sudah nyandu, kita sudah gak bisa lagi dibilangin. Ini salah, itu salah, ini benar, itu benar semua sudah di luar nalar kita. Pokoknya obyek kecanduan itu harus kita dapatkan. Untuk Drugs Addiction, eksesnya banyak. Berbagai kriminalitas yang dimuat Buser, dimulai dari drugs. Kita akan melakukan segala hal untuk memenuhi kebutuhan kita akan candu itu.

Salah sendiri, siapa suruh pakai narkoba? Sendiri suka sendiri rasa eoeee sayang...

Tapi apa cuma drugs yang kecanduannya merugikan. Tentu tidak. Kecanduan pada nature-nya adalah tindakan yang berlebih-lebihan atau melebihi takaran. Kecanduan alkohol jelas merugikan juga (malah ada istilah khusus alcoholic, buat para pecandu alkohol). Walaupun statusnya dilegalkan pemerintah, tapi tetap saja benda yang memabukkan. Begitu juga kecanduan terhadap jabatan, terhadap pekerjaan, terhadap gelar, terhadap agama. Contohnya kecanduan terhadap agama, akhirnya membabi buta, menyalahkan siapa saja yang berbeda, tanpa disadari telah menjadi Tuhan atas Tuhan. Yah, itu lah ekstensifikasi realitas tadi. Bahkan bookaholic pun ada efek negatifnya. Jadi kuper, lupa waktu dan yang jelas bikin kaca mata tambah tebel dan tambah mahal.

Khusus untuk drugs, dikenal juga istilah Functional Drugs Addict. Istilah ini merujuk orang yang menghasilkan karya kreatif ketika dia sedang menggunakan drugs. Dia seolah-olah jadi lebih kreatif ketika sedang menggunakan drugs. Kalau di party , ketika menggunakan alkohol atau drugs, kayanya lebih pede kalau ngedeketin cewe. Apa ini berarti drugs ada sisi baiknya juga? Ya, bisa aja sih, seperti banyak hal lain juga yang ada sisi baiknya. Tapi masalahnya yang harus kita pikirkan ketika sedang sadar adalah apakah benar bahwa penggunaan drugs itu menstimulasi kreativitas? Apa sebenarnya hanya kita saja yang menciptakan circumstances itu? Kita seolah-olah tidak mampu mencapai puncak prestasi tanpa drugs, padahal itu karena kita sudah tergantung saja sama obat. Coba kalau dia menciptakan drug free circumstances , mungkin saja dia bisa berkarya sebaik ketika on. Selain itu, perlu juga dihitung apa cost-nya sepadan dengan hasilnya?

Anyway, tujuan gw nulis ini sebenernya bukan untuk ikut-ikutan ngelarang pake drugs. Silakan aja sih, kalau memang itu pilihan sendiri dan siap ditanggung konsekuensinya sendiri. Point gw sendiri sebenarnya justru untuk lebih menunjukan bahwa sebenarnya kepada apa pun kecanduan itu punya efek merugikan. Jadi tidak jauh berbeda antara para pecandu drugs dengan pecandu kursi di parlemen. Sama-sama punya efek negatif pada publik. Tapi yah gak pa-pa juga selama emang itu pilihan sadarnya sendiri dan siap menganggung konsekuensinya sendiri.

Gw sih asik-asik aja lagi....

Monday, December 15, 2003

YUDISTIRA

Pada episode terakhir Mahabarata dari memori yang gw kumpulkan dari bacaan komik R.A. Kosasih waktu kecil. Judulnya gw lupa. Ketika Pandawa telah memenangkan peperangan di Bharata Yudha, keadaan pun mulai aman. Pembunuhan yang dilakukan Aswatama untuk membalas dendam atas kematian Resi Dorna tidak mampu mengguncang stabilitas yang dicapai kepemimpinan Pandawa. Yudistira sebagai raja pun berpikir untuk lengser. Sudah waktunya bagi dia dan Pandawa Lima plus istri mereka Drupadi untuk menyingkir ke puncak Mahameru dan moksa bersama-sama. Tahta pun diserahkan kepada Parikesit putra Abimayu, cucu Arjuna.
Setelah seluruh proses transisi kekuasaan berlangsung dengan mulus tanpa darah setetes pun, berangkatlah Pandawa Lima plus Drupadi ke puncak Mahameru. Di tengah jalan mereka bertemu seekor anjing kurap yang mengikuti mereka. Mereka tak keberatan, lalu melanjutkan perjalanan bersama si anjing.
Beratnya perjalanan ternyata mengorbankan Pandawa satu per satu. Dimulai dari Drupadi yang tidak kuat menanggung bebannya, dia pun terjatuh lalu tewas seketika. Selanjutnya berturut-turut tumbang Sadewa, Nakula, Arjuna lalu Bima. Tinggallah seorang Yudistira ditemani seekor anjing kurap melanjutkan perjalanan. Sampai di puncak ternyata Yudistira sudah di tunggu oleh se- Dewa (ayo apa satuannya untuk Dewa?), Betara zumthing lah namanya. Sementara itu si anjing pun menjelma menjadi se- Dewa lainnya yang namaya juga Betara zumthing juga deh. Kedua Betara itu lalu menuntun Yudistira untuk perjalaan selanjutnya yakni moksa dan memasuki nirwana, tanpa proses kematian.
Kisah pun dipersingkat hinga Yudistira kini sudah sampai di Nirwana. Alangkah terkejutnya Yudistira ketika menyaksikan nirwana ternyata berisi para Kurawa yang sedang bersantai memuaskan hawa nafsu, ditemani bidadari-bidadari cantik luar biasa yang senantiasa perawan. Setelah tour menyakitkan ke nirwana, Yudistira pun dibawa ke neraka. Alangkah terkejutnya lagi Yudistira, karena isi neraka ternyata seluruh keturunan Kunti yang nota bene adalah orang-orang baik banget. Ada Karna, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Drupadi, Gatot Kaca, Abimayu dkk. Mereka semua rotten in hell. Yudistira disuruh memilih, ke mana ia hendak bergabung. Setelah perjalanan yang begitu jauh dan penuh pengorbanan, akhirnya Yudistira memilih bergabung di neraka, bersama saudara-saudaranya. 30 hari kemudian kalo gak salah, mereka diberi tahu bahwa semua neraka dan nirwana yang mereka hadapi adalah semu. Itu hanya untuk menguji mereka saja. Mereka pun ditukar dengan Kurawa. Pandawa mengecap nikmatnya nirwana untuk selama-lamanya, sedangkan Kurawa terlempan ke eternal hell juga. Nah, coba in the 1st place Yudistira memilih bergabung di Nirwana, maka dia pasti ikut membusuk di neraka bersama Kurawa. Jadi inget EwinK, semua ha gak selalu seperti kelihatannya, jadi pasrah aja dan ikuti pilihan hatimu sendiri!!

Wednesday, December 10, 2003

TamasyA

Sebelum nonton bioskop, nyewa film atau pergi beli buku, coba lirik dulu halaman TamasyA gw, supaya tidak kecewa

THE MATRIX

Banyak yang merasa kecewa dengan The Matrix Revolutions. Banyak yang mencari jawaban tapi merasa tidak ketemu di babak final petualangan Neo itu. Gw sendiri sebagai bagian dari segelintir orang yang menyaksikan edisi final ini pada world premierenya yang diputar serentak di seluruh dunia ternyata merasa berbeda. Btw, gw diwawancarai Liputan 6 SCTV lho, disuruh ngasih komentar soal film ini hehehehe...
Kenapa harus mencari jawaban sih? Kalo gw gak kecewa sama sekali dengan babak final trilogi Matrix ini, karena memang sudah begitu lah seharusnya. Sebenarnya sejak awal kan Wachowski sudah mati-matian mengajak kita untuk 'thinking outside the box' dalam menonton film ini, jadi gak usah heran kalo akhirnya begitu. Bahkan bagian ketiga ini mengisyaratkan petualangan energi yang makin masuk ke maqom yang lebih tinggi, dimana pertempuran-pertempuran batiniah mencapai puncaknya dan bahwa musuh bebuyutan selama ini adalah diri kita sendiri. Pertarungan puncak antara kedua sisi diri itu akan memakan kedua sisi itu, untuk lantas memasuki maqam yang kekal, dimana matahari bersinar cerah dan terang benderang, tanpa permusuhan karena tidak ada lagi sisi kontradiktif. Karena sudah tercapai kekekalan. Nonton film ini seperti baca babak akhir Mahabharata. Dari awal gw juga udah yakin bahwa film ini adalah tafsir bible buat era teknologis, sampai film ini mencapai akhir, ternyata gw meyakini itu benar.
IBX5899AACD4E772