Friday, December 29, 2006

Johan Legenda













Johan Legenda mampir ke... sini

Monday, November 27, 2006

Tentang Berbagi Suami dan Hidup atau Mati






Sebuah tulisan Mas Djito Kasilo yang penting direnungkan



Bab I :

Di milis kopimaker, gw pernah dikritik Sheque karena gagap membedakan pertandingan dan perlombaan. Pertandingan itu kemenangannya cenderung lebih absolute. Misalnya pertandingan sepakbola, pemenangnya bisa dilihat orang banyak berapa gol yang dilakukan. Sedangkan perlombaan (nyanyi, ratu kecantikan, iklan, film) lebih bersifat relative, tergantung pakem2 para juri. Di sini kredibelitas juri dipertaruhkan dan dilindungi embel2 “keputusan tak boleh diganggu-gugat” .



Bab II :

Tersebutlah salah satu idola gw yang bernama Erick Fromm. Bukunya yang terkenal berjudul “To be or to have” (cieee… gw ngerti buku inggris nih ! Pdhal cuman baca terjemahannya) .

Katanya, semangat “memiliki” (to have) adalah semangat kematian. Orang2 dengan semangat memiliki ini, punya andil besar dalam pemiskinan kehidupan dunia. Karena setelah dia mencari dan mendapatkan sesuatu, langsung disimpennya sampai ke liang kubur.

Menurut penelitiannya, para jagoan dunia punya semangat “menjadi” (to be). Dia juga selalu mencari/mengupayaka n. Bila (gak apes, dan) mendapatkan yang diupayakan, bersama hasil upayanya itu dia “menjadikan dirinya sesuatu”. Maka yang terjadi adalah mencari/mengupayaka n-menjadi- mencari/mengupay akan-menjadi- me….. dst. Inilah semangat kehidupan.



Bab III :

Orang2 psikologi analisis (psikoanalisis gak selalu pengikut freud) mengenal istilah regresi, yaitu, situasi ‘menangisi’ masa kini dan merasa masa lalu lebih asyik. Pernah denger kan , orang bilang : “jaman gw jadi ketua OSIS lebih….”, atau “jaman regim Suharto lebih….”, atau “jaman Doraemon jadi ketua P3I, CPnya lebih…” dst. Itu regresi.

Konon, kalo kita terjadi regresi terus2an, berakhir pada “saat masih berada di rahim ibunda, rasanya lebih hangat, lebih nyaman, lebih aman, lebih…..”.

Kabarnya (kalo gak salah), kala terjadi ‘trend’ bunuh diri para abg di Jepang dekade 70/80an, penyebabnya adalah puncak regresi ini.



Bab IV :

yg gw mau bilang adalah…

Menghayati lomba (nyanyi, film, iklan, dsb.) bila dengan semangat to have, pasti berakhir dengan ‘kematian’. Tanda2 kematian adalah memaki, marah, menggerutu, bersungut2, menangisi/mengasiha ni diri, dan berbagai munculnya enerji negatif. Tanda2 kematian yang lain (bila berjaya) adalah kesombongan, cari pengakuan, bikin panggung untuk mengumpulkan tepuk tangan, mencibir pada sesama, menuntut naik gaji, dan semacamnya.

Namun jangan mengabaikan semangat to have, karena akan jadi enerji untuk selalu dan selalu mengejar kemenangan, termasuk yang berujud piala/tropi (jadi, penting juga dong semangat to have ini… Entahlah, gw bukan Erick Fromm sih.).



Namun kayaknya lebih asyik menghayati lomba dengan semangat to be. Bersama kemenangan atau kekalahan tetap to be. Bahkan kita bisa bersama kemenangan orang lain (rival) untuk to be. Yang menang Thailand , Singapore , Berbagi Suami, Jailangkung… yang penting to be ! Di situlah awal progresi (kebalikan regresi).



Hmmm… gw demen kata2 Rendra : “bencana dan keberuntungan sama saja”.

Gw juga demen postingan Iwan Esjepe bahwa lomba harus dihayati sebagi games yang menyenangkan, bukannya pertaruhan hidup dan mati.

Namun dengan asumsi adanya semangat to be yang progresif….



I love you all….

(love adalah semangat kehidupan yang progresif dan to be banget !)


Catatan pemilik blog:

Tulisan ini di-copy paste dari sebuah posting di milis Creative Circle Indonesia tanpa melalui proses editing. Gw kira isinya akan aktual untuk berbagai hal dalam kehidupan. Semoga kita bisa sama-sama menyerap manfaatnya.

Thursday, November 16, 2006

Your Moviebuff Quotient

MQ

Bukan Manajemen Qolbu, melainkan Moviebuff Quotient. Halah!!




Your Movie Buff Quotient: 86%



You are a movie buff of the most obsessive variety. If a movie exists, chances are that you've seen it.

You're an expert on movie facts and trivia. It's hard to stump you with a question about film.




Akhirnya ada yang menganggap demikian....

Tuesday, November 14, 2006

Jalan Menikung









Remember U2? Remember Stuck in A Moment? Remember my posting about "Mandeg"?

Tak seburuk dugaan gw, ternyata hari-hari itu bisa dilalui dengan mulus. Bahkan beberapa hari di antaranya adalah hari-hari terindah dalam hidup gw. Akhirnya setelah terus menerus bekerja keras mebanting tulang dari pagi sampai pagi lagi, gw berkesempatan menikmati cuti yang cukup untuk menarik nafas. Ternyata masa-masa cuti malah melahirkan segudang ide-ide baru yang sedang berlangsung upaya manifestasinya saat ini.

Well, life is funny and wierd. The late John Lennon said,"Life happens when you're busy making other plans." And then, somebody shot him. You know, life's funny that way. Once you let go of the wheel, you might end up right where you belong.

Tetapi tantangan dan godaan itu memang senantiasa hadir dalam hidup manusia, seperti juga pahit dan manis. Hidup gw pun ya seperti wajarnya hidup-hidup orang lain ternyata. Tak lebih dan tak kurang.

Dalam novelnya, Jalan Menikung, Umar Khayyam alias Pak Ageng (ini untuk membedakannya dengan Ummar Khayyam yang pujangga Timur Tengah itu) menceritakan sebuah keluarga yang dihadapkan pada serangkaian pilihan berat dalam melanjutkan eksistensinya. Novel ini sendiri adalah sequel dari masterpiece-nya Pak Ageng, Para Priyayi.

Hidup memang penuh pilihan. "Opto Ergo Sum - Aku memilih maka aku ada," kata Dee dalam Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Atau HJC Princen menyebutkan semua itu adalah, "A matter of choice."

Gw sekarang sedang di persimpangan jalan. Antara sepenggal cita-cita dan kesukaan atau balas budi dan pelajaran. Dua-duanya sama berat. Dua-duanya mempertaruhkan masa depan. Dua-duanya melibatkan hal-hal yang gw sukai dan gw cari. Dua-duanya berkaitan dengan orang-orang yang gw kagumi. Oooh bantu aku???

And on really romantic evenings of self, I go salsa dancing with my confusion

Tuesday, October 31, 2006

Maksud






Gw sama sekali bukan pegila serial X Men. Gw juga nggak baca komiknya sama sekali. Gw mengenal X Men semata-mata karena gw tukang nonton gila-gilaan yang sanggup menonton apa saja jika mampu. Lucunya sejak pertama kali nonton serial X Men, gw ternyata selalu suka. Meskipun kedua seri X Men yang pertama hanya tinggal sebagai kenangan tentang blockbusters yang bagus saja. Bukan pengeruk kocek penonton belaka, tetapi ada sedikit isinya. Satu-satunya yang selalu tersisa setiap habis nonton film2 X Men sebelumnya adalah komentar, "Wah seru juga nih film, lanjutannya perlu ditonton..." Sayang, jarak yang membentang antara satu seri ke lanjutannya agak jauh (rata-rata 3 tahun), lalu ratusan film-film bagus pun muncul dan meninggalkan X-Men dan X2 cuma dalam ingatan, sampai X-Men: The Last Stand hadir dan meninggalkan kesan yang agak berbeda.

Menonton X-Men: The Last Stand, tiba-tiba gw teringat kepada Rendra. . Bukan Rendra Brahmantyo si sutradara muda ibukota itu, tetapi W.S. Rendra - si burung merak. Lho, apa hubungannya sekelompok mutan dengan penyair kondang itu? Apakah dia juga mutan, sehingga dijuluki Burung Merak? Entahlah.

Yang jelas, ketika gw baru berumur 3 bulan 5 hari, Rendra menciptakan sebuah Puisi yang berjudul Sajak Pertemuan Mahasiswa. Tidak ada hubungannya antara bayi merah yang tampan itu dengan proses penciptaan puisi itu oleh Rendra. Meskipun sekitar dua dekade berikutnya si Bayi Tampan itu secara kebetulan pernah beberapa kali membacakan puisi itu dalam beberapa demonstrasi mahasiswa dan mimbar bebas mahasiswa di sekitar Bandung dan Jatinangor. Tentu saja ketika itu si bayi tampan ini sudah jadi remaja tanggung.

Sajak ini konon dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta (ada juga yang mengklaim bahwa sajak itu ditujukan Rendra bagi mahasiswa ITB, tetapi biasalah itu - namanya juga dunia politik, mungkin Rendra sendiri yang harus angkat bicara. Kali aja ternyata buat anak UNPAD hehehe). Puisi ini juga dibacakan di dalam film Yang Muda Yang Bercinta (1977) yang dibintangi oleh Rendra dan disutradarai oleh Sjumandjaya (alm.). Film ini sendiri dicekal selama 16 tahun oleh Pemerintah Orde Baru dan baru boleh dirilis untuk publik pada tahun 1993. Di awal tahun 2000, film ini di-remake menjadi sinetron dan peran Rendra pun digantikan oleh Roger Danuarta. Wuakakaka...

Back to the poem, dalam puisi itu Rendra bertanya, "kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga?" Waktu masih muda dulu, saya sering tidak mengerti kok bisa-bisanya Rendra menilai bahwa yang tengah bertarung adalah maksud baik dan maksud baik. Bagi gw saat itu, yang tengah berlaga adalah maksud baik dan tirani, maksud baik dan sebuah kejahatan kemanusiaan.

Menonton X-Men: The Last Stand, tiba-tiba gw teringat kepada Rendra. Tidak seperti kedua film sebelumnya yang disutradarai Bryan Singer, X-Men 3: The Last Stand disutradai Brett Ratner yang ternyata memberi arahan visual dan tuturan yang berbeda, unique in a good way ketimbang dua film sebelumnya.

Film ini menggelar sebuah pentas pertarungan antara maksud baik dengan maksud baik. Sepasang sahabat yang sama-sama menginginkan tegaknya eksistensi manusia mutan (Magnetto dan Charles Xavier) , sepasang kekasih yang saling berusaha mempertahankan cintanya (Phoenix-Cyclops dan Rogue-Iceman), ayah yang ingin membebaskan anaknya dari kesakitan dan ketakutan (Warren Worthington II), anak yang ingin hidup 'normal' dengan minta diterima keberadaannya yang berbeda (Angel), diplomat yang ingin memperjuangkan aspirasi kaumnya (Dr. Hank McCoy), kaum tertindas yang ingin melawan dan mengabdi terus pada gurunya(Mystique), guru yang ingin melindungi murid-muridnya (Storm), dokter yang ingin menciptakan perdamaian (Dr. Kavita Rao) dan tentu saja sang jagoan yang terjebak antara pertarungan psikologis untuk memilih mempertahankan cintanya atau melindungi umat manusia (Wolverine).

Gw lantas saja tersadar dengan apa yang dikatakan Rendra dalam puisi itu. Ternyata maksud baik pun bisa berujung pada jalan-jalan yang brutal dan merugikan orang lain yang juga punya maksud baik, namun memilih jalan yang lain. Tiba-tiba terbuka mata gw, jangan-jangan berbagai tragedi di muka dunia ternyata hasil pertarungan dari maksud-maksud baik itu. Setiap maksud ternyata menawarkan seperangkat pilihan jalur yang pada titik ekstremnya bisa menampilkan wajah yang sama sekali bertolak belakang.

Semuanya bergantung pada pilihan kita sendiri. Kadang-kadang kitapun tidak bisa menduga, melainkan cuma berharap cemas misteri hidup akan menghilang dan bahagia di akhir cerita.

Bahkan gw gak pernah menyangka bahwa gw harus menyaksikan sebuah film ultra komersil Hollywood untuk memahami sebaris puisi Rendra. Seperti gw juga memilih untuk meletakan posting ini di halaman jurnal, alih-alih di Tamasya, serta menampilkan Halle Berry yang cantik, seksi dan berprestasi sebagai icon untuk mengutarakan maksud gw di posting ini.

Hah??? Maksud lohhh???


SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit
melihat kali coklat menjalar ke lautan
dan mendengar dengung di dalam hutan

lalu kini ia dua penggalah tingginya
dan ia menjadi saksi kita berkumpul disini
memeriksa keadaan

kita bertanya :
kenapa maksud baik tidak selalu berguna
kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga
orang berkata : "kami ada maksud baik"
dan kita bertanya : "maksud baik untuk siapa ?"

ya !
ada yang jaya, ada yang terhina
ada yang bersenjata, ada yang terluka
ada yang duduk, ada yang diduduki
ada yang berlimpah, ada yang terkuras
dan kita disini bertanya :
"maksud baik saudara untuk siapa ?
saudara berdiri di pihak yang mana ?"

kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani kehilangan tanahnya
tanah - tanah di gunung telah dimiliki orang - orang kota
perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja
alat - alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya

tentu, kita bertanya :
"lantas maksud baik saudara untuk siapa ?"
sekarang matahari semakin tinggi
lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala
dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
ilmu - ilmu diajarkan disini
akan menjadi alat pembebasan
ataukah alat penindasan ?

sebentar lagi matahari akan tenggelam
malam akan tiba
cicak - cicak berbunyi di tembok
dan rembulan berlayar
tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda
akan hidup di dalam mimpi
akan tumbuh di kebon belakang

dan esok hari
matahari akan terbit kembali
sementara hari baru menjelma
pertanyaan - pertanyaan kita menjadi hutan
atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra

di bawah matahari ini kita bertanya :
ada yang menangis, ada yang mendera
ada yang habis, ada yang mengikis
dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !

RENDRA
( jakarta, 1 desember 1977 )

Monday, October 23, 2006

Hari Kemenangan









Sahabat semua,

Berguru hidup pada perjuangan
Berguru hati pada keikhlasan
Berkaca jiwa pada mereka yang papa
Tebarkan sapa dalam bahasa kasih sayang

Mohon maaf lahir dan batin.

Sunday, October 15, 2006

Bloody Brilliant!



I have been waiting to see this movie since last year, when the project was announced. Now, I have seen it, so you can read it... here

Saturday, October 07, 2006

Ketika Musim Kemarau Tiba a.k.a. Hazy Days



Bung yang satu ini mengutip beberapa blog dari negeri jiran yang mengomentari petaka kabut asap yang selalu jadi tamu rutin kawasan ini ketika musim kemarau tiba. Diantaranya adalah tulisan blogger dari Singapura, Sarawak, ada pula yang mengirim surat terbuka pada Perdana Menteri Malaysia, memaki dengan ucapan f***ing do something, Indonesia, atau berujar SINK INDONESIA!. Wah, rupanya negara kita pandai sekali membangkitkan kemarahan orang. Baik anak bangsa sendiri, maupun dari negeri tetangga.

Gw bisa mengerti kemarahan warga negeri jiran itu. I've been there. Ketika pernikahan ade gw yg jadi staf kejaksaan di Palangka Raya, gw menghabiskan waktu di kota itu hampir 2 minggu, dari 6 Oktober 2002 sampai 20 Oktober 2002.

Selama 2 minggu penuh itu, seluruh kota diselimuti kabut asap. Pernikahan pun berlangsung di balik kabut (literally). Suasana siang hari terasa sangat abu-abu dan bau. Kalau malam, gelap, keruh dan menyengat. Kita sudah nggak bisa tahu apakah badan kita bau asap atau tidak, karena seluruh kota sedang berbau asap. Setiap hari rambut sudah jadi kotor lagi, meskipun selalu keramas. Selera makan pun anjlog ke titik nadir. Airport ditutup, jadi jalan satu-satunya untuk meninggalkan kota itu harus melalui jalan darat ke Banjarmasin. Itu artinya untuk lepas dari kabut asap yang menyiksa itu pun harus menempuh perjalanan beberapa jam dulu, baru bisa berteriak bebas hoy...

Sepanjang jalan dari dan menuju Banjarmasin, bisa kita lihat hutan semak-semak yang terbakar dan memproduksi kabut asap - yang lantas kita ekspor ke negeri-negeri jiran itu. Bukan kebakaran besar dengan api berkobar-kobar, tetapi bara merah yang memakan daun, ranting dan dahan tanaman-tanaman itu perlahan-lahan. Kadang-kadang jika angin datang, bara memang terpercik jadi api kecil, tapi kemudian api padam dan menyisakan bara yang lebih banyak dan melanjutkan aktivitas produksinya.

Rasanya? seperti berada di dekat bakaran sampah setiap saat, tanpa bisa menghindar sama sekali. Mata perih sepanjang waktu, napas sesak tak ada jeda. Seperti ditusuki jarum terus menerus di seluruh tubuh yang perlahan-lahan akan membunuh kita.

Petaka kabut asap memang jadi tamu rutin kita setiap musim kemarau tiba. Gw mulai menyimak berita-beritanya mulai sekitar tahun 1996-1997. Gw ingat di salah satu edisi akhir tahun 1997, sebuah majalah berita lokal saat itu sempat memuat karikatur bencana yang menimpa Indonesia sepanjang tahun. Diawali dengan kabut asap di awal tahun (api sebenarnya mulai terpercik sejak Oktober 2006, tapi sampai berganti tahun memang tak kunjung padam), lalu kelaparan di beberapa kota pada triwulan pertama, lalu krisis moneter mulai 'mengobok-obok' Indonesia sejak paruh kedua hingga akhir tahun (eh apa hingga kini ya?). Wah benar-benar tahun air mata deh kala itu.

Kabut asap akibat kebakaran hutan ini memang menyerang negeri jiran dari Malaysia dan Brunei, bahkan bisa sampai Thailand. Tapi di dalam negeri juga bukan tak jadi korban. Selain Palangka Raya dan dan beberapa bagian di Pulau Kalimantan, sebagian Sumatra pun jadi korbannya, mulai dari Medan, Riau, hingga Palembang. Rupanya cita-cita Bung Karno agar bangsa kita bisa menjadi dian yang tak kunjung padam, berhasil kita transformasi di penghujung abad 20, menjadi bara yang tak kunjung padam.

Setiap tahun, peristiwa kebakaran hutan ini selalu disebut sebagai bencana atau petaka. Semakin rutin hadir, pemerintah tampaknya mulai merasa hal ini biasa saja dan minta dimaklumi. Toh ini bencana, bukan kami yang minta. Toh kabut ini akan hilang, kalau musim hujan datang. Padahal bencana tahun 1997 saja sudah merugikan kita hingga US$ 9.3 triliun. Bagaimana mau nggak krisis, kalau devisa dibiarkan terbakar begitu saja hingga begitu besar kerugiannya.

Gw gak tahu sih langkah apa yang sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah what-so-called petaka atau bencana ini. Tetapi yang jelas 9 tahun ini terbukti, bahwa kalaupun pemerintah pernah berusaha melakukan tindakan preventif maupun tindakan penyelesaian, hal itu tidak membuahkan hasil sama sekali.

Lucunya, ketika didemo Greenpeace minggu lalu, Menhut MS. Kaban justru meminta keadilan dari Greenpeace,"Di Amerika juga tiap tahun terjadi kebakaran hutan, tidak ada demo Greenpeace ke sana. Tidak fair, kan?" Gw jadi mikir apa perlunya Menhut RI memusingkan kebakaran hutan di AS, apa bukan sebaiknya dia memikirkan bagaimana menghentikan kebakaran hutan dan kabut asap di INDONESIA saja? Sungguh bukti yang sangat memiriskan tentang kepeduliannya terhadap masalah ini.

Warga Palangka Raya pun sepertinya sudah bosan mengeluh dan membiasakan diri hidup dalam kabut itu (termasuk adik gw dan keluarganya di sana). Memang memikirkan kabut asap yang hadir setiap kemarau ini sangat memusingkan kepala, lebih baik menonton kemolekan Meriam Bellina dalam Ketika Musim Semi Tiba (yang tidak lulus sensor di tahun 1980-an itu lho), sambil berdoa semoga besok hujan turun dan asap segera pergi.

Tetapi petaka kabut ini rupanya berbuntut panjang bagi kami. Anak adik gw itu - keponakan gw - yang baru berusia 3 tahun didiagnosis menderita bronchitis akibat kabut asap ini. Bayangkan, anak sekecil itu tiap hari harus tidur dengan nafasnya yang melenguh sesak dan terdengar sangat menyedihkan. Rapat keluarga pun segera digelar, hasilnya keponakan gw yang imut-imut itu akan tinggal bersama neneknya di Jakarta untuk sementara waktu, hingga sembuh dan orang tuanya bisa menyelesaikan urusan permohonan mutasi ke kota lain, tentunya yang tidak terkena petaka ini.

Keponakan saya memang boleh dibilang masih beruntung karena bisa punya pilihan. Tetapi bagaimana dengan ribuan anak Kalimantan lainnya yang mau tidak mau harus menerima petaka ini - hidup berselimut kabut tanpa ada pilihan. Apakah mereka harus menerima petaka ini sebagai berkah? Mau di mana diletakan muka bangsa kita kalau berhadapan dengan negeri jiran? Petaka kok jadi tradisi, tanya kenapa?

Monday, October 02, 2006

G.M. Sidharta, sang pelopor

Dua malam yang lalu, gw baru nonton lagi film Oom Pasikom yang diputar salah satu TV Swasta. Paginya menemukan gambar ini di Kompas. Wah ingatan gw langsung melayang pada sang maestro, G.M. Sidharta. Gw langsung berpikir bahwa Oom GM Sidharta gak pernah berkurang nih ketajaman dan kekocakannya.

Ternyata karikatur ini bukan karya G.M. Sidharta, melainkan karya Jitet Kustana. Bodohnya gw yang nggak cermat membaca inisial di pojok kanan bawah. Saya angkat topi untuk Jitet Kustana. Karya ini tetap sangat kocak dan mengena, meskipun tanpa figur Oom Pasikom karya GMS yang kondang itu.

Maka gw tidak habis-habisnya bersyukur bahwa kita telah dianugerahi seorang G.M. Sidharta yang menjadi salah satu pelopor karikatur kritis di Indonesia. Setidaknya memberikan sedikit cubitan, agar kita tetap sadar bahwa toh kita masih punya rasa. Saya juga bersyukur, kita punya Jitet Kustana, sang pemegang tongkat estafet.

Mas Jitet, mohon maaf saya pinjam gambarnya...


Oom Pasikom, karya G.M. Sidharta. KCM, 2 Oktober 2006.

Wednesday, August 30, 2006

Party Monster



Dalam Wikipedia bisa ditemukan definisi Deja Vu adalah, "the experience of feeling that one has witnessed or experienced a new situation previously." Term ini diucapkai pertama kali oleh peneliti parapsikologi Perancis, Emile Boirac. 70% dari jumlah populasi manusia mengaku bahwa setidaknya mereka pernah mengalami deja vu sekali dalam seumur hidupnya.

Pujangga Charles Dickens dalam karyanya David Copperfield (ini judul buku, bukan pesulap) menggambarkan deja vu sebagai berikut:

We have all some experience of a feeling, that comes over us occasionally, of what we are saying and doing having been said and done before, in a remote time - of our having been surrounded, dim ages ago, by the same faces, objects, and circumstances - of our knowing perfectly what will be said next, as if we suddenly remember it!

Namun perjalanan ke Bali Agustus tahun ini sama sekali bukan deja vu. Satu-satunya kaitan dengan Deja Vu, hanyalah nama sebuah club kondang di daerah Seminyak, Kuta, yang tahun ini kembali gw datangi. Tempat bersejarah untuk gw, karena di tempat inilah beberapa tahun silam gw sukses berkenalan dengan magic mushroom yang mengejutkan, tak ada duanya dan bikin doyan. Huehehehe....

Bukan deja vu, kalau dalam kunjungan ke Bali tahun ini kembali mencicipi magic mushroom dan menyaksikan layang-layang warna-warni yang indah sekali dari poolside Hotel New Arena yang asri.

Salah satu yang 'agak' berlebih dalam perjalanan ke Bali kali ini adalah party-nya. Delapan hari delapan malam di Bali ternyata setiap malam 'terpaksa' clubbing. Siapa yang maksa? Well, beberapa karena memang agenda party yang penting. Yang lain adalah karena menemani teman-teman DJ yang manggung di sana. Untunglah agenda tamasya tak banyak terganggu. Maka gw masih bisa pulang dengan kulit hitam mencrang ala gigolo-gigolo bali.

Di Jakarta, emang banyak yang menuduh gw clubber banget. Padahal sih sebenarnya biasa-biasa saja. Masih dalam kendali finansial dan kesehatan lah. Tetap aja ada yang menjuluki gw sebagai partygoer segala. Tapi setelah di Bali ini, tambah lagi ke Manna House tepat setelah pesawat mendarat di Jakarta. Lalu acara birthday di K7 pas tgl 25-26. Itu berarti gw 10 malam berturut-turut masuk club. Wuekkssss.... bener-bener sampai eneq rasanya. Bukannya seneng, gw malah berasa jadi party monster seperti Macaulay Culkin dalam film besutan Fenton Bailey dan Randy Barbato (2003) yang diangkat dari kisah nyata.

Selebihnya perjalanan ke Bali tahun ini adalah a whole new experience. Penuh kejutan, kegembiraan, refleksi dan hhmm.. banyak PR-nya juga sih. Perjalanan kali ini menyingkap beberapa misteri yang tadinya masih gw kunci rapat-rapat di benak gw, serta menjawab beberapa pertanyaan dan keragu-raguan gw. Pokoknya sebuah perjalanan berharga untuk meremajakan mental.

Bali di pertengahan Agustus sendiri memang jadi pulau kegembiraan. Entah sejak kapan mulainya, orang beramai-ramai liburan ke Bali di pertengahan Agustus. Bagi gw sendiri, tahun ini adalah tahun keempatkalinya secara berturut-turut gw ke Bali di pertengahan Agustus. Lalu, pulang sesaat menjelang ultah. Cuma kali ini yang paling panjang dan paling pol di Bali. Salah satu sebabnya adalah super long-weekend di tahun ini yang menyebabkan Bali tahun ini semarak dengan acara.

Sebenarnya, gw sering sekali ke Bali. Pada masa jayanya, bisa 6 kali setahun. Tetapi semua selalu dengan embel-embel dalam perjalanan dinas atau liputan. Terakhir kali ke Bali untuk liburan murni adalah tahun 1999 sebagai Timur Loro Sa'e post-referendum spiritual healing . Setelah itu, semuanya untuk bekerja. Walaupun kerjaan gw sebenarnya sama juga dengan liburan. Penuh dengan party juga dan penuh tamasya juga. Tetapi kan ada beban pikiran untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Well, biarpun party setiap hari tapi ternyata selalu ada ruang untuk refleksi, bercermin, memaknai dan memahami. Makanya gw bilang juga tadi, perjalanan kali ini banyak memperbaharui mental gw. Tetap banyak pelajaran yang bisa dipetik. Semoga hidup bisa menjadi lebih baik.

Sekarang? Istirahat dulu lah dari kegiatan clubbing. Apalagi ada insiden kecil pula kemaren. Ya sekarang mending kerja lagi, berkarya lagi. Memanfaatkan mental yang sedang segar ini untuk menghasilkan sesuatu. Semoga berhasil.

Btw, kalo ada teman-teman yang punya lowongan kerja kreatif di Bali yang kira-kira memadai untuk hidup sehari-hari seorang lajang, kabar-kabari ya. Kayanya lucu juga deh, kerja di sana. Pokoknya, gw benar-benar makin jatuh cinta dengan Pulau Dewata ini.

FIX YOU
by Coldplay


When you try your best but you don't succeed
When you get what you want but not what you need
When you feel so tired but you can't sleep
Stuck in reverse.

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you

Tears stream, down your face
When you lose something you cannot replace
Tears stream down your face
And I..

Tears stream, down your face
I promise you I will learn from my mistakes
Tears stream down your face
And I..

Lights will guide you home
And ignite your bones
And I will try to fix you.

Lagu ini di-remix oleh DJ Romi dan DJ Didi dan bener-bener jadi anthem liburan ke Bali tahun ini.

NB. Buat temen-temen yang tidak terlalu suka kalo gw meng-copy lyrics lagu di dalam setiap posting gw, maaf ya ini sekedar memberi identitas saja. Jadi lebih gampang juga dicari di search engine. Semoga saja traffic-nya tambah tinggi.

Saturday, August 26, 2006

Another Trip Around The Sun



Salah satu oleh-oleh yang berhasil gw dapatkan dalam dua pekan liburan ke Bali adalah sekeping pelajaran. Yaitu tentang Maut. Menarik sekali membandingkan pendekatan tentang maut yang diyakini masyarakat Bali dengan pendekatan dari belahan bumi lainnya, terutama dari perspektif samawi. Pendekatan yang mereka yakini tentu saja sangat dipengaruhi latar belakang filsafati Hindu yang berkembang di tempat itu. Apa yang gw tuliskan di sini hanyalah hasil penangkapan otak gw yang dangkal ini, dari keseluruhan kosmologi spiritual masyarakat Bali. Jadi tidaklah perlu dihakimi dengan macam-macam sematan.

Selama ini gw selalu membayangkan maut dalam sebuah narasi yang berakhir dengan tanda tanya, tanda seru atau tanda titik, namun tidak demikian di Bali. Bagaimana mungkin?

Di Bali, ternyata maut tidaklah semencekam gambaran umum di kalangan Samawi. Peristiwa maut digambarkan sebagai peristiwa yang banal. Kehadiran sang ajal seolah-olah hanya peristiwa peralihan belaka, sebuah tahapan jamak. Jauh dari narasi tentang akhirat, kiamat atau neraka. Tetapi tetap dekat dengan narasi pembalasan.

Dalam ajarah Hindu Bali, maut tak lebih dari suatu proses yang tidak menyentuh hakikat kedirian seseorang, yaitu Atma. Hanyalah sebuah proses mengubah jubah ragawi (menjelma) sebagai akibat perbuatan lampau yang disebut Karma. Peralihan raga ini adalah bagian dari suatu proses peralihan energi kosmis, di mana setiap unsur senantiasa terbawa mengikuti gerakan perubahan yang menyeluruh. Pada tahap ini Atma mengalami Samsara. Proses pembalasan atas karma tersebut di kehidupan baru. Proses ini akan terus menerus berulang. Manusia baru akan terlepas dari Samsara, bila mampu menyadari proses ini, lalu membenahi Karma-nya. Mengubah jalur energinya menuju tahap pelepasan atau moksa.

Seperti daun-daun yang berguguran ke muka bumi, lantas menjadi humus yang kemudian menyuburkan tanah. Seperti bibit yang terlepas dari bunga, lalu tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Begitulah tentang maut. Jika maut saja hanya sebuah peralihan, maka apa artinya sebuah ulang tahun. Mungkin tepatnya hanya disebut sebagai penanda. Sebuah penanda atas berakhirnya sebuah perjalanan mengelilingi matahari. Sebuah penanda bahwa perjalanan baru telah dimulai.

Hari ini gw menuntaskan perjalanan yang ke-duapuluhsembilan kalinya mengelilingi matahari. Selanjutnya adalah hari-hari yang disebut Bos Arya sebagai the last 365 days of being twenty-something. But, it really is only another number...

I hope someday I can finish the whole journey, fulfill my karma and reach the eternity...

ANGELS
Robbie Williams


I sit and wait
does an angel contemplate my fate
and do they know
the places where we go
when we´re grey and old
´cos I´ve been told
that salvation lets their wings unfold
so when I’m lying in my bed
thoughts running through my head
and I feel that love is dead
I’m loving angels instead

and through it all she offers me protection
a lot of love and affection
whether I’m right or wrong
and down the waterfall
wherever it may take me
I know that life wont break me
when I come to call she wont forsake me
I’m loving angels instead

when I’m feeling weak
and my pain walks down a one way street
I look above
and I know ill always be blessed with love
and as the feeling grows
she breathes flesh to my bones
and when love is dead
I’m loving angels instead

and through it all she offers me protection
a lot of love and affection
whether I’m right or wrong
and down the waterfall
wherever it may take me
I know that life wont break me
when I come to call she wont forsake me
I’m loving angels instead

Monday, August 21, 2006

Kembang Padang Ilalang




Mandi cahaya dalam jingganya senja di tanah dewata,
kubiarkan hatiku lepas dan bernyanyi...



Kembang Padang Ilalang

Kembang Padang Ilalang
Berayun lembut kemayu.

Kembang Padang Ilalang
Kau rayu aku sore itu.

Di antara lembayung mega
perlahan terseduh rintik hujan.
Namun tiada hitam kelabu
Hanya kabut membias malu.

Kembang Padang Ilalang
Kau rayu aku sore itu.
MUKTI-MUKTI

Buat yang ingin nyanyi bareng bisa klik aja di sini

Friday, August 04, 2006

Mandeg



Sedang tidak banyak yang bisa gw kerjakan. Akhir bulan lalu gw mengambil sebuah keputusan radikal. Entah bakal gw sesali atau nggak. Yang jelas keputusan itu mengubah orientasi dan pola hidup gw. Semua yang dulu ada rumusnya sekarang bergerak secara abstrak maju-mundur, naik-turun dalam dinamika yang tidak tertebak. Chaos!

Absurd? Mungkin. Kacau? Bisa jadi. Tidak apalah. Jika memang ini yang mesti dibayarkan untuk sebuah kejernihan dan kejelasan. It's just something that I have to do. Untuk memahami pelajaran-pelajaran hidup yang sudah singgah tapi tidak sempat termaknai karena hidup terlalu sibuk untuk berlari dan membudak pada peradaban kota. Kini gw ngelepas semua belenggu itu. Mungkin gw juga tengah memasung diri gw dalam belenggu-belenggu baru. Entahlah.

Telah berjalan sejenak kini. Gw mulai uring-uringan. Rasa sesal atas masa lalu yang kelam dan tidak menguntungkan pun hadir. Tapi untungnya semua datang sebagai pemahaman. Betapa gw sudah pernah begitu beruntung. Bagaimana hal-hal kecil yang kadang-kadang tidak bisa gw hargai ternyata bernilai penting.

Ah sudahlah. Yang penting ada untungnya. Bagaimanapun kan gw masih orang Indonesia juga. Yang selalu bisa melihat titik cerah dalam kepekatan kabut. Yang selalu bisa menemukan sisi baik dari sebuah cerita kelam.

Masalahnya sekarang hidup masih terjebak dalam kabut? Biarlah. Biarkan semua derita mendera dulu. Bukankah Roy Marten saja bisa menyimpulkan kalau hidup kadangkala butuh penghinaan dan penganiayaan agar kita bisa mendapat kepahaman.

Cuma sebuah hati yang senantiasa bersenandung: Semoga badai pasti berlalu!

PS. Sebuah quote dari film, "Waiting..." (2005) tanpa diduga-duga mewakili apa yang harus gw lalui sekarang, "So, when things in your life become stagnant - you know, you're no longer happy with what you're doing - then you figure out what's important to you. Then create your own showing game."

Stuck in The Moment
U2


I'm not afraid of anything in this world
There's nothing you can throw at me
That I haven't already heard
I'm just trying to find a decent melody
A song that I can sing in my own company

I never thought you were a fool
But darling, look at you
You gotta stand up straight, carry your own weight
These tears are going nowhere, baby

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment and you can't get out of
Don't say that later will be better
Now you're stuck in a moment and you can't get out of it

I will not forsake the colours that you bring
But the nights you filled with fireworks
They left you with nothing
I am still enchanted by the light you brought to me
I still listen through your ears
And through your eyes I can see

And you are such a fool to worry like you do
I know it's tough and you can never get enough
Of what you don't really need now, my oh my

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment and you can't get out of it
Oh love, look at you now
You've got yourself stuck in a moment and you can't get out of it

I was unconcious, half asleep
The water is warm till you discover how deep
I wasn't jumping, for me it was a fall
It's a long way down to nothing at all

You've got to get yourself together
You've got stuck in a moment and you can't get out of it
Don't say that later will be better
Now you're stuck in a moment and you can't get out of it

And if the night runs over
And if the day won't last
And if our way should falter
Along the stony pass
And if the night runs over
And if the day won't last
And if our way should falter
Along the stony pass
It's just a moment, this time will pass

Thursday, June 08, 2006

What Alcoholic Drink Are You?

What Alcoholic Drink Am I?

You Are Sex On the Beach

When comes to drinking, you like it to go down smooth.
You really don't like the taste of alcohol - just its effect on you.
So, you're proud to get drunk on fruity, girly drinks.
Because once you're liquored up, the fun begins!

Thursday, May 18, 2006

Post Da Vinci Code




Well, filmnya sih lumayan lah. Persis kaya di buku. Tom Hanks gak sukses, tapi Audrey Tatou, Paul Bettany dan Sir Ian McKellen keren.

Secara sinematografi lumayan. Tapi nonton film yang diadaptasi dari buku yang sudah sangat visual gini emang susah berharap banyak. Udah sedikit banget ruang untuk imajinasi. Apalagi bukunya happening banget. Tapi bolehlah diakui kalau Ron Howard sukses mentransfer kilas balik sejarah dan bahasa batin dalam bahasa visual yang baik dan gak janggal.

Yang paling gw sayangkan adalah adegan awal di Museum Louvre. Dalam bukunya, adegan penyelidikan kematian Sauniere ini begitu megah. Robert Langdon, Sophie Neveu, Bezu Fache dan kepolisian Perancis berkeliaran di dalam Museum Louvre sambil dikelilingi karya-karya besar para maestro. Sayang karena peraturan Louvre yang tidak mengizinkan kamera menyorot langsung ke karya-karya besar itu dan tidak mengizinkan pemakaian lampu yang berlebihan maka adegan ini jadi agak gelap dan karya-karya itu tidak terekspos seutuhnya. Sayang sekali, padahal eksotisme inilah jualan utama novelnya dulu gw rasa.

Kalo nonton di bioskop Indonesia, subtitle bahasa Indonesia sepertinya tidak akan utuh, karena disensor pada bagian-bagian yang spiritual. Mungkin supaya
tidak menimbulkan kehebohan. Tapi kalo filmnya sendiri nggak ada yang disensor deh kayanya.

Kesimpulannya: perlulah ditonton buat nambah pengetahuan sambil sedikit liat aksi tegang-tegangan, tapi gak perlu terlalu berharap banyak sampai bisa mempengaruhi orientasi keimanan orang banyak.

Ini sih baru kesan aja ya setelah nontonnya, kalo ingin baca review lengkapnya, nanti klik saja di Tamasya.

Sunday, April 30, 2006

Trance-Former



Musik berdentam ekstra keras. Irama cepat bertalu-talu menyaingi detak jantung. Synthesizer meningkahi bunyi-bunyian dengan melodi berulang-ulang dan menghadirkan sensasi euforia yang seolah-olah mistis, bak tari-tarian sufi. Seketika itu ketukan irama masuk telinga dan seolah-olah mengalir dalam darah. Tanpa sadar, ketika itu pula, seluruh tubuh ikut bergerak. Larut dalam nada, mengentak bersama dengan irama.

Geliat dance music di Indonesia memang menunjukan perkembangan menggairahkan. Dalam semarak dance music, subgenre Trance, muncul sebagai aliran paling digemari. Gw suka Trance karena cepat dan kerasnya musik ini dapat mengangkat spirit, terutama di saat-saat deadline. Trance bisa menstimulasi imajinasi kreatif gw di saat bekerja.

Trance adalah musik bertempo 130-180 bpm (beats per minute), berisi melodi berulang-ulang yang dihasilkan synthesizer, dan builds up and down musical form sepanjang track-nya. Musik ini berakar dari techno dan house. Namanya sendiri berasal dari tradisi kesenian sufistik yang menggunakan nada-nada berulang-ulang dan membius hingga pelaku musik dan pendengarnya mencapai tahap khayali.

Aliran Trance awalnya ditemukan dalam musik-musik eksperimen electronic art, Karl Schulze. Dalam beberapa karyanya di era 1980-an, dia memberi judul dengan kata Trance seperti Trancefer atau En=Trance. Tapi Trance baru diakui sebagai aliran musik tahun 1988 lewat kiprah The KLF dan beberapa DJ asal Jerman. Ketika itu Trance dianggap off-shot dari Techno. Frankfurt pun dinobatkan sebagai kota kelahiran Trance. Di era 1990-an, Trance mulai mengemuka sebagai aliran yang digemari orang muda. Pada kurun inilah, begawan-begawan Trance seperti DJ Tiesto, DJ Armijn Van Buuren, dan DJ Ferry Corsten muncul dan menjadikan Trance sebagai musik idola kaum muda. Secara khusus, gw paling doyan permainan DJ Tiesto dan DJ Ardi Pite.

Musisi tanah air pun tak kalah aksinya dalam musik ini. Di tingkat lokal, DJ Ardi Pite dan DJ Marquee boleh disebut sebagai crowd getter yang handal dengan aliran Trance yang mereka jagokan. Sebagai musisi, DJ Marquee sendiri menyebutkan alasannya memilih Trance, “Karena ini adalah musik paling variatif untuk satu genre, mulai elemen vocal, synthesizer, dan based-line yang unik-unik.”

Jadi bukan salah bunda mengandung, kalo anaknya jadi doyan trance.

Love Comes Again
DJ Tiesto


You have become
What you have always been
Life figuring out
Rephrase your vision

No words I can speak
A path should been chosen
All trembling track
She lead us back and here
the guts are

Love comes again
Just when I booked in none of her
Love can come again
You gotta believe that
Love comes again
Just when I booked in none of her
Love can come again

Deep within me
Turn all the secret stones
Voice of fields
Breathing when love holds
Still no word we can speak
A path should been chosen
But all trembling track
She lead us back and here
the guts are

Love comes again
Just when I booked in none of her
Love can come again
You gotta believe that
Love comes again
Just when I booked in none of her
Love can come again

Monday, April 24, 2006

Konser Sang Dewa




Siapakah Wong Londo paling dicintai di Indonesia? Untuk menjawabnya, tentulah Daendels dan Jan Pieterzoon Coen harus mundur teratur. Sebaliknya DJ Tiesto boleh maju dan berbangga hati. Tour-nya ke Indonesia pada 20-22 April 2006 lalu membuktikan, bahwa puluhan ribu orang Indonesia rela antri dan berdesak-desakan untuknya. Memang, nama DJ Tiesto harum di telinga clubbers di negeri ini, pun di negara lain. Sehingga kedatangannya sudah dipastikan akan menyedot perhatian sangat besar.

Tour DJ Tiesto ke Jakarta ini adalah bagian In Search of Sunrise V - Asia Tour 2006. Tour ini diselenggarakan dalam rangka launching album terbarunya, In Search of Sunrise Vol. 5. Selain ke tiga kota di Indonesia, Tiesto juga tampil di publik Malaysia, Korea Selatan, China, Filipina, Singapura dan Thailand.

Dalam tour-nya di Jakarta, 22 April 2006 lalu, sekitar 28.000 orang memadati Pantai Carnival Ancol. Ini adalah jumlah pengunjung rave party terbesar di Indonesia sampai saat ini. Hal ini diamini Wawan Rahardian, Asisten DMSP Manajer Dentsu, “Belum pernah saya hadir ke rave party yang sepenuh ini. Untung juga sih, karena, ke manapun mata memandang, cewek-cewek cantik di mana-mana.” Acara dimulai sejak 22.00 dengan penampilan DJ Wingki + Junko Live P.A. dan dilanjutkan DJ Dade (1945 MF). Kedua DJ populer ini berusaha memanaskan suasana dan memompa semangat penonton sebelum penampilan sang dewa musik trance, Tiesto.

Tepat tengah malam, Tiesto tampil di panggung. Suara jeritan kegirangan membahana di segenap arena Pantai Carnival. Tepuk tangan bergemuruh mengiringi kembang api yang meluncur menyinari langit gelap. Setelah itu dimulailah perjalanan 3,5 jam penuh dalam Tiesto’s universe. Tiesto mulai dengan nomor-nomor andalannya dari album In Search of Sunrise V seperti Arcadia, Moonlight Party, Midnight Express, Like A Waterfall dan lain-lain. Tentu saja segera dilanjutkan popular anthems seperti: Adagio for Strings, Lethal Industri, Magik Journey, Just Be, Flight 643, Love Comes Again dan tentu saja Traffic! Semua ini dimainkan di atas panggung megah dengan lighting dan laser memadai, visual jockey yang heboh, taburan kembang api dan screen yang dilengkapi DVDJ canggih sehingga bisa menampilkan teks saat lagu-lagu yang ada liriknya sedang dimainkan. “Benar-benar penampilan kelas wahid untuk seorang DJ” ungkap Irza Fauzan, copywriter MRA Print Media Division. Acara ditutup dengan penampilan DJ Ardi Pite.

Hasilnya sebuah konser yang luar biasa. “It’s a really beautiful journey with the GOD of Trance”, ungkap Reti Tribuluji, Senior Account Manager SemutApi Colony. Selain itu Arie Triono, copywriter FCB Indonesia berusaha melukiskan acara malam itu, “Seperti dihipnotis seharian dengan musiknya. Musiknya membuat adrenalin terpacu untuk selalu dancing-ajojing dan membuat penonton screaming all the time.”

Sayang sekali acara malam itu tidak berjalan mulus. Ketidaksiapan panitia menangani event sebesar ini adalah keluhan utama yang muncul. Penonton yang over-capacity, gate entrance yang hanya satu (akhirnya berujung pada pendobrakan pagar), bar yang hanya dua dan kehabisan minuman sejak jam 2, sampai main speaker yang beberapa kali mati selama pertunjukan berlangsung menjadi catatan negatif acara malam itu. Semoga saja tidak terulang di lain kesempatan.
(Dimuat di Ad-Diction #02/May 06)

Beautiful Things
(tiesto Remix) - Andain


Got up early, found something's missing
my only name.
No one else sees but I got stuck,
and soon forever came.
Stopped pushing on for just a second,
then nothing's changed.
Who am I this time, where's my name
I guess it crept away.

No one's calling for me at the door.
And unpredictable won't bother anymore.
And silently gets harder to ignore.
Look straight ahead, there's nothing left to see.
What's done is done, this life has got it's hold on me.
Just let it go, what now can never be.

I forgot that I might see,
So many beautful things.
I forgot that I might need,
to find out what life could bring.

Take this happy ending away, it's all the same.
God won't waste this simplicity on possibility.
Get me up, wake me up, dreams are filling
this trace of blame.
Frozen still I thought I could stop,
now who's gonna wait.

No one's calling for me at the door.
and unpredictable won't bother anymore.
and silently gets harder to ignore.
look straight ahead, there's nothing left to see.
what's done is done, this life has got it's hold on me.
just let it go, what now can never be.

Now what do I do
can I change my mind
did I think things through

It was once my life - it was my life at one time.

The God of Trance



Kalau rock n’ roll punya Elvis Presley sebagai The King dan musik pop punya Michael Jackson sebagai The King of Pop, maka musik Trance punya DJ Tiesto sebagai The God of Trance! Pria Belanda bernama asli Tijs Verwest ini harum sekali namanya di kancah perdugeman dunia. Majalah DJ Mag Top 100 misalnya menasbihkan dia sebagai DJ no. 1 di dunia selama tiga tahun berturut-turut antara 2002-2004. Banyak sudah hits yang melesatkan karirnya macam “Flight 643”, “Close to You”, “Traffic”, “Adagio on Strings”, “A Tear in the Open”, “Walking on Clouds” dan “Just Be” yang menjadi dance floor anthems untuk diperdengarkan pada pembukaan Olimpiade Games di Athena tahun 2004 silam.

Tiesto lahir di Breda, Belanda pada 17 Januari 1969. Karir DJ-nya dimulai dari pesta-pesta sekolah. Sejak 1985 hingga 1993 dia menjadi resident DJ di beberapa club Belanda. Ketika menjadi resident DJ di The Spock - sebuah club kecil di Breda – akhirnya dia memutuskan untuk menggeluti aliran Trance. Popularitas mulai menghampirinya di akhir 1990-an, terutama setelah main di ID&T Innercity party yang pertama. Setelah itu dilanjutkan dengan six hour “Tiesto Solo” sets, dimana dia tampil sendirian selama 6 jam di depan 25.000 orang penonton di Arnhem’s Gelredome. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi DJ konser dan sukses mengumpulkan puluhan ribu penonton di tiap konsernya, termasuk di Jakarta.

Sejak pertengahan 1990-an, Tiesto mulai memproduksi album-album Trance. Pada saat itu dia masih sering menggunakan beberapa alias seperti Da Joker, Tom Ace, DJ Limited dan beberapa nama alias lainnya. Hingga kini, puluhan single dan album solo sudah dihasilkannya. Selain itu, puluhan co-produced singles dan album kompilasi yang dikerjakan bersama puluhan partner juga. Kalau tak puas menonton konsernya di Jakarta kemarin, Anda juga bisa mengoleksi DVD-nya. Hingga kini setidaknya sudah 7 judul DVD penampilan DJ Tiesto bisa diperoleh di pasaran.

Jadi banyak jalan menuju Tiesto kan?

Just Be
DJ Tiesto


You can travel the world
But you can't run away
From the person you are in your heart
You can be who you want to be
Make us believe in you
Keep all your light in the dark
You're searching for truth
You must look in the mirror
And make sense of what you can see
Just be
Just be

They say learning to love yourself
Is the first step
But you take what you want to be real
Flying on plains exotic locations
Won't teach you
How you how to feel
Beside the fact
That you are who you are
And nothing can change that believe
Just be
Just be

Cause now I know
Is not so far
To were I go
There's not this spot
Since this I feel
I need
To just be
Just be
I was lost
And I'm still lost
But I feel so much better

Cause now I know
Is not so far
To were I go
There's not this spot
Since this I feel
I need
To just be
Just be

Friday, March 31, 2006

Time To Say Goodbye





Everything that has a beginning has an end. Well, it's finally rolled around. Today is my last day with SemutApi Colony. Actually, this wasn't an easy decision, because of incredible team I met here and worked with. I am grateful for the great jobs I've had with SemutApi Colony.But after long hours of consideration, my decision is now final.

Well, I guess. Now, it’s time to say goodbye. I would like to apologize for everything I’ve done that disturb you. I also would like to thank everyone in SemutApi Colony, for great time that we’ve shared here. I'll miss working here and experiencing even more of what SemutApi Colony loved has to offer, but I look forward to beginning my new life.

Hopefully, I will get to know and respect my next career like I have in SemutApi Colony. I wish SemutApi Colony and PT. Merah Cipta Media every good fortune and I would like to thank you for having me as a part of your team. And I hope we can still be friends for years...

Wish me luck!!!

PS. Sing this song!

Now and Forever
Carole King


Now and forever, you are a part of me.
And the memory cuts like a knife.
Didn't we find the ecstasy, didn't we share the daylight.
When you walked into my life.

Now and forever, I'll remember.
All the promises still unbroken.
And think about all the words between us.
That never needed to be spoken.

We had a moment, just one moment.
That will last beyond a dream, beyond a lifetime.
We are the lucky ones.
Some people never get to do all we got to do.
Now and forever, I will always think of you.

Didn't we come together, didn't we live together.
Didn't we cry together.
Didn't we play together, didn't we love together.
And together we lit up the world.

I miss the tears, I miss the laughter.
I miss the day we met and all that followed after.
Sometimes I wish I could always be with you.
The way we used to do.
Now and forever, I will always think of you.
Now and forever, I will always be with you.

Friday, February 03, 2006

A Piece of Sideways



Maya: You know, can I ask you a personal question, Miles?
Miles Raymond: Sure.
Maya: Why are you so in to Pinot?
Miles Raymond: [laughs softly]
Maya: I mean, it's like a thing with you.
Miles Raymond: [continues laughing softly]
Miles Raymond: Uh, I don't know, I don't know. Um, it's a hard grape to grow, as you know. Right? It's uh, it's thin-skinned, temperamental, ripens early. It's, you know, it's not a survivor like Cabernet, which can just grow anywhere and uh, thrive even when it's neglected. No, Pinot needs constant care and attention. You know? And in fact it can only grow in these really specific, little, tucked away corners of the world. And, and only the most patient and nurturing of growers can do it, really. Only somebody who really takes the time to understand Pinot's potential can then coax it into its fullest expression. Then, I mean, oh its flavors, they're just the most haunting and brilliant and thrilling and subtle and... ancient on the planet.

Tuesday, January 31, 2006

MAYBE TOMORROW (Stereophonics)



Been down and I’m wondering why
These little black clouds keep walking around with me, with me
Waste time and I’d rather be high
Think I’ll walk me outside and buy a rainbow smile but be free, be all free
So maybe tomorrow I’ll find my way home
So maybe tomorrow I’ll find my way home

I look around at a beautifiul life
I been the upper side of down; been the inside of out but we breathe, we breathe

I wanna a breeze and an open mind
I wanna swim in the ocean, wanna take my time for me, it’s all free

So maybe tomorrow I’ll find my way home
So maybe tomorrow I’ll find my way home

So maybe tomorrow I’ll find my way home
So maybe tomorrow I’ll find my way home

GONG XI FA CHAI
dan
SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH


Mari jelang hidup yang lebih baik

Image: Tomorrow by John Pitre

Monday, January 23, 2006

RUSHDY dalam kenangan




Mengenang M. Rushdy Natsir sungguh tidak sulit. Dia adalah seorang sahabat yang sangat manusiawi. Lengkap dengan berbagai kekesalan yang dia ciptakan, dengan kelucuan-kelucuan polahnya dan kebaikan-kebaikannya. Justru karena itulah, dia begitu lekat dalam kenangan. Kini ketika dia pergi, saya kehilangan cara untuk menghilangkannya dari pikiran saya. Bagaikan sebuah film, semua hari-hari yang pernah saya habiskan bersamanya seolah-olah diputar ulang di hadapan saya. Dan semuanya lagi-lagi mengantar jatuhnya airmata saya, entah untuk kali ke berapa, sejak weekend kemarin.

Ketika film Soulmate garapan Sekar Ayu Asmara beredar di pasaran beberapa bulan yang lalu. Kontan saya terkenang Rushdy. Bukan karena apa-apa, tapi teman saya ini dulu pernah menuliskan nama saya dengan tulisan soulmate di ponselnya. Tentu tidak ada apa-apa di antara kami. Kalau tidak percaya, baca saja testimonialnya dan testimonial saya untuk dia di friendster. Waktu itu dia memutuskan menulis kata-kata itu, karena terlalu banyak persamaan antara saya dan dia. Saking banyaknya, dulu kami sampai takut sendiri karenanya.

Rushdy berpulang ke rahmatullah pada Jum’at malam pukul 23.00 karena penyakit radang otak kronis yang dideritanya. Sialnya, dua kali terakhir dia masuk rumah sakit, saya sama sekali tidak berkesempatan untuk menjenguknya. Saya mencoba menelponnya beberapa kali, namun ponselnya selalu dimatikan, saya telepon ke rumahnya, selalu dijawab bahwa Rushdy sedang sakit, tanpa pernah ada penjelasan lebih lanjut soal penyakitnya. Hanya beberapa SMS saja yang kadang kala dibalas dengan singkat. Sampai Sabtu dini hari lalu, sebuah SMS singkat dari Ve Fauzia masuk ke ponsel saya membawa kabar duka itu. Saya masih tidak percaya. Saya minta Ve menjemput saya di depan Blok M Plaza. Knowing Rushdy yang jail, saya masih membayangkan kalau berita itu cuma lelucon dan Ve datang menjemput saya bersama Rushdy yang sudah tertawa terbahak-bahak di dalam mobil. Tetapi ternyata tidak demikian adanya. Ve hanya datang dengan mata yang sembab dan itu cukup buat saya untuk meyakini bahwa berita ini benar adanya.

Hidup dan berteman dengan Rushdy sungguh bukan sesuatu yang asing. Kami bisa bertengkar karena berbagai hal. Lalu beberapa waktu tidak saling menghubungi. Dia dan saya sama-sama keras kepala, sama-sama perhitungan, sama-sama sensitif dan suka mengatakan orang lain sensitif, suka sama-sama mupenk pada cewek yang sama de el el, de el el. Setiap kali badai usai, kami pasti akan pesta kebut-kebutan semalam suntuk yang pasti sangat menyenangkan. Sesudah itu mulai bicara segala hal lagi dan mengerjakan berbagai hal lagi bersama-sama. Kami mulai membicarakan foto-foto di FHM, berburu film-film bagus yang sudah keluar DVD-nya, pesta lagi, mabuk lagi, terus rebutan cewek lagi, terus berantem lagi, terus baikan lagi, terus saya kesal lagi pada bos saya dan curhat pada Rushdy, lalu Rushdy kesal pada bos-nya dan curhat pada saya hingga tenang. Lalu saingan banyak-banyakan teman di friendster, saingan banyak-banyakan testimonial di friendster. Keluh kesah lagi, pujian lagi, pesta lagi, bahagia lagi, lalu nasihat lagi dari dia, supaya saya mengurangi kebiasaan buruk saya. Tapi lalu kami kebut-kebutan lagi, rave party lagi, sampai dia sakit lagi.

Sebelum dia sakit untuk yang terakhir kalinya, Rushdy sempat mengirim SMS minta tolong dicarikan majalah MAXIM edisi pertama, karena dia terlewat membeli di tukang majalah. Dia bertanya mungkinkah the power of ewink (ini bahasanya Rushdy banget) diandalkan untuk mendapatkan majalah itu. Beberapa hari kemudian, saya menjawab bahwa saya sudah bisa mendapatkan majalah itu dan mengajak dia pergi mengambilnya bersama-sama. Lalu dia menjawab, kalau dia sedang sakit. Terakhir kali kami bicara, ketika saya akhirnya menemukan film Sex is Comedy di sebuah tukang DVD pinggir jalan. Saya menawarkan untuk membelikan dia 1 copy kalau dia belum punya dan Rushdy mau. Dia berencana mampir ke kantor baru saya, tapi belum terlaksana hingga detik terakhir. Masih banyak rencananya untuk saya dan rencana saya untuk dia yang belum terlaksana. Pertemuan terakhir kami pun hanya sekilas saja. Memang kerasnya jalan hidup Jakarta terkadang membentang jarak satu spasi antara kami. Tapi segera cair, cukup dengan satu kali telepon saja.

Sabtu dini hari saya langsung berangkat ke rumahnya bersama Erico dan Ve untuk menyatakan dukacita pada keluarganya. Saya melihat Rushdy terbaring di tengah ruangan, ditutupi selapis kain belacu putih dan selapis kain batik. Di balik kain belacu putih itu, tampak wajahnya begitu mungil. Saya tidak bisa menengok ke balik kain itu, tetapi saya bisa membayangkan betapa perih dia menjalani saat-saat terakhirnya. Saya tidak mampu menahan airmata saya. Saya duduk di sana dan mohon maaf padanya, karena saya tidak bisa menemani di saat-saat terakhirnya. Namun airmata saya benar-benar tak terbendung di pemakamannya. Rushdy dimakamkan di lubang yang sama tempat kakeknya, M. Natsir – seorang pahlawan/mantan perdana menteri Indonesia - dikuburkan. My dearest best friend has gone forever.

Rushdy berulang tahun pada 14 Januari lalu. Saya mengirim dia SMS. Happy Birthday my Best Friend. Have a GREAT life ahead. SMS itu delivered beberapa hari kemudian, tapi tak ada balasan apapun. Saya mengira dia masih sakit. Saya berencana untuk meneleponnya, tetapi lagi-lagi tidak terlaksana. Sepulang dari pemakamannya, saya mencoba bekerja di kantor. Tapi semua usaha gagal dan saya menjadi sangat menderita. Semua ingatan melayang-layang dan kembali tentang Rushdy. Rasanya mengganggu sekali. Saya teringat hari pertama saya kenal dengannya. Saya ingat semua yang pernah kami jalani. Semua diputar kembali seperti sebuah film. Saya teringat betapa banyak janji, rencana dan hutang yang belum saya bayarkan padanya. Duh Rushdy, maafkan temanmu ini yah.

Tidak terlalu banyak kematian yang pernah saya saksikan di sekitar saya. Sehingga saya sungguh tidak siap menghadapi kematian Rushdy ini. Saya masih punya setumpuk pertanyaan tentang fenomena bernama kematian. Misalnya saja, if life is so important then why life is so fragile? Sehingga begitu berat menerimanya. Namun saya tidak bisa menolaknya. Saya hanya ingin minta maaf padanya atas tiap perbuatan saya yang tidak disukainya. Saya juga ingin berterima kasih padanya untuk dunia yang telah diperkenalkannya bagi diri saya. Hidup saya tidak akan pernah sama tanpa kehadiran Rushdy di dalamnya. Saya berterima kasih pada Rushdy, untuk semua yang dia bawa dan dia berikan dalam hidup saya. Saya hanya bisa berharap semoga dia mendapatkan segala hal baik, dalam apapun perjalanan yang dihadapinya sesudah kehidupan dunia yang fana ini.

Kini, meskipun caller-ID Rushdy di YM saya tidak akan pernah nyala lagi. Walaupun teman dan testimonialnya di friendster tidak akan bertambah lagi. Biarpun namanya di ponsel saya tidak akan berdering lagi. Semua belum akan saya hapus dan mungkin tidak akan saya hapus. Biar waktu saja yang akan menghapus...

Good bye Rushdy. It’s been my treasure to ever know such a good friend and person like you. I will be missing you always…

My One True Friend
© Bette Midler


Oh, is it too late to say
How you made my life so different in your quiet way
I can see the joy in simple things
The silent sky
And all the songs we used to sing

CHORUS
I have want, and I have prayed
I could forgive
And we could start again
In the end
You are my one true friend

Verse 2
For all, all the times you've closed your eyes
Allowing me to stumble or to be surprised
By life
With all its twists and turns
I made mistakes, you always knew that I would learn
And when I left, it's you who stayed
You always knew that I'd come home again
In the end, you are my one true friend

Though love may break, it never dies
It changes shape through changing eyes
What I denied I now can see
You always were the light inside of me

I know, I know, I know, I know it was you...

CHORUS
I have want, and I have prayed
I could forgive
And we could start again
In the end
You are my one true friend

My one true friend
I always, always knew
I always knew that it was you
My one true friend

Saturday, January 21, 2006

Goodbye My Friend © Spice Girls






No no no no, no no no no, no no no no

Listen little child there will come a day
when you will be able, able to say, nevermind the pain,
all the aggrevation, you know there's a better way
for you and me to be
Look for the rainbow in every storm,
Fly like an angel heaven sent to me
Goodbye my friend,
(I know your going searching although I can still feel ya here)
It's not the end,
(You gotta keep it strong before the pains turn into fears)
So glad we made it, time will never change it no no no
no no no no
Just a little love,
Big imagination,
Never let no one take it away,
Went into the world
(into the world)
What a revelation,
She found there's a better way for you and me to be
Look for the rainbow in every storm,
Find out for certain
love is gonna be there for you,
You'll always be someone's baby
Goodbye my friend,
(I know your going searching although I can still feel ya here)
It's not the end,
(You gotta keep it strong before the pain turns into fears)
So glad we made it, time will never change it no no no
No no no no
You know its time to say goodbye
No no no no
The times when we would play about,
The way we used to scream and shout,
We never dreamt you'd go your own sweet way
Look for the rainbow in every storm,
Find out for certain love is gonna be there for you,
You'll always be someone's baby
Goodbye my friend,
(I know your going searching although I can still feel ya here)
It's not the end,
(You gotta keep it strong before the pain turns into fears)
So glad we made it, time will never never ever change it
No no no no
You know it's time to say goodbye
No no no no
And don't forget you can rely
No no no no
You know it's to say goodbye,
And don't forget on me you can rely
No no no no
I will help you help you on your way
No no no no
I will help you everyday
No no no no


[Repeat]

Dedicated to: M. Rushdy Natsir (14 Januari 1976 - 20 Januari 2006)
IBX5899AACD4E772