Saturday, August 26, 2006

Another Trip Around The Sun



Salah satu oleh-oleh yang berhasil gw dapatkan dalam dua pekan liburan ke Bali adalah sekeping pelajaran. Yaitu tentang Maut. Menarik sekali membandingkan pendekatan tentang maut yang diyakini masyarakat Bali dengan pendekatan dari belahan bumi lainnya, terutama dari perspektif samawi. Pendekatan yang mereka yakini tentu saja sangat dipengaruhi latar belakang filsafati Hindu yang berkembang di tempat itu. Apa yang gw tuliskan di sini hanyalah hasil penangkapan otak gw yang dangkal ini, dari keseluruhan kosmologi spiritual masyarakat Bali. Jadi tidaklah perlu dihakimi dengan macam-macam sematan.

Selama ini gw selalu membayangkan maut dalam sebuah narasi yang berakhir dengan tanda tanya, tanda seru atau tanda titik, namun tidak demikian di Bali. Bagaimana mungkin?

Di Bali, ternyata maut tidaklah semencekam gambaran umum di kalangan Samawi. Peristiwa maut digambarkan sebagai peristiwa yang banal. Kehadiran sang ajal seolah-olah hanya peristiwa peralihan belaka, sebuah tahapan jamak. Jauh dari narasi tentang akhirat, kiamat atau neraka. Tetapi tetap dekat dengan narasi pembalasan.

Dalam ajarah Hindu Bali, maut tak lebih dari suatu proses yang tidak menyentuh hakikat kedirian seseorang, yaitu Atma. Hanyalah sebuah proses mengubah jubah ragawi (menjelma) sebagai akibat perbuatan lampau yang disebut Karma. Peralihan raga ini adalah bagian dari suatu proses peralihan energi kosmis, di mana setiap unsur senantiasa terbawa mengikuti gerakan perubahan yang menyeluruh. Pada tahap ini Atma mengalami Samsara. Proses pembalasan atas karma tersebut di kehidupan baru. Proses ini akan terus menerus berulang. Manusia baru akan terlepas dari Samsara, bila mampu menyadari proses ini, lalu membenahi Karma-nya. Mengubah jalur energinya menuju tahap pelepasan atau moksa.

Seperti daun-daun yang berguguran ke muka bumi, lantas menjadi humus yang kemudian menyuburkan tanah. Seperti bibit yang terlepas dari bunga, lalu tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Begitulah tentang maut. Jika maut saja hanya sebuah peralihan, maka apa artinya sebuah ulang tahun. Mungkin tepatnya hanya disebut sebagai penanda. Sebuah penanda atas berakhirnya sebuah perjalanan mengelilingi matahari. Sebuah penanda bahwa perjalanan baru telah dimulai.

Hari ini gw menuntaskan perjalanan yang ke-duapuluhsembilan kalinya mengelilingi matahari. Selanjutnya adalah hari-hari yang disebut Bos Arya sebagai the last 365 days of being twenty-something. But, it really is only another number...

I hope someday I can finish the whole journey, fulfill my karma and reach the eternity...

ANGELS
Robbie Williams


I sit and wait
does an angel contemplate my fate
and do they know
the places where we go
when we´re grey and old
´cos I´ve been told
that salvation lets their wings unfold
so when I’m lying in my bed
thoughts running through my head
and I feel that love is dead
I’m loving angels instead

and through it all she offers me protection
a lot of love and affection
whether I’m right or wrong
and down the waterfall
wherever it may take me
I know that life wont break me
when I come to call she wont forsake me
I’m loving angels instead

when I’m feeling weak
and my pain walks down a one way street
I look above
and I know ill always be blessed with love
and as the feeling grows
she breathes flesh to my bones
and when love is dead
I’m loving angels instead

and through it all she offers me protection
a lot of love and affection
whether I’m right or wrong
and down the waterfall
wherever it may take me
I know that life wont break me
when I come to call she wont forsake me
I’m loving angels instead

No comments:

IBX5899AACD4E772