"The life of the creative man is lead, directed and controlled by boredom. Avoiding boredom is one of our most important purposes."
Susan Sontag
Sudah beberapa bulan ini gw mencanangkan niat untuk berbenah hidup. Seperti biasa pernah gw lalui. Hal-hal semacam ini gw mulai dengan wacana. Tanya sana-sini tentang hidup. Nonton film-film referensi yang tepat. Menyusun konsep perubahan yang harus gw lalui. Lantas mulai mengaplikasikannya. Namun, seperti biasa pula, menerapkan rancangan perubahan kepribadian itu tidak berjalan mulus bak Ksatria Baja Hitam berubah dari manusia biasa menjadi alter ego-nya.
Lucunya ada hal-hal yang secara sadar telah menjerat hidup gw terlalu dalam. Mengikatkan tali temali begitu rupa pada kaki gw sehingga gw tidak bisa melangkah bebas. Dari minggu ke minggu gw berusaha bergulat untuk lepas darinya. Tetapi ketika peluang itu datang, gw terjebak lagi exactly the same. Terjeblos ke lobang yang sama. Seperti keledai bodoh! Tak tertuliskan betapa jemunya gw menjalani lingkaran setan yang gw perbuat sendiri ini. Lantas gw cuma bisa menyalahkan hidup yang tidak adil.
Sekarang gw tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak banyak rencana yang bisa dijalankan, sebelum gw benar-benar menerapkan perubahan yang gw rencanakan itu pada diri gw. Misalnya mengurangi kebiasaan a dan b. Lantas mulai menabung. Detik ini dengan sisa-sisa kekuatan, gw hanya bisa berharap, semoga ada kekuatan lain yang membantu gw. Mengangkat gw dari lembah ini. Lalu gw menjalani sisanya dengan bersahaja.
Kesalahan jelas ada pada diri gw sendiri. Sekarang pertanyaannya sampai kapan gw akan tetap berkubang di sini, meratapi nasib dan melihat ke atas sambil menyesali diri kenapa tidak tercipta menjadi orang lain. Ah EwinK! Setiap orang punya masalahnya sendiri. Yang bisa dilakukan hanya menjalani kehidupan kamu dengan berhati-hati sesuai dengan kapasitas kamu. Jika kamu siap dan berani melakukannya. Maka niscaya semua akan berlalu baik-baik saja. Ewink, buka matamu! Bukankan sejak akhir masa remaja kamu sudah diberi tahu Ayu Utami bahwa hidup itu tidak adil. Yang harus dilakukan adalah melakukan pilihan-pilihan untuk mengatasinya. Kamu punya kelebihan lain yang bisa kamu manfaatkan, sehingga kamu harus juga punya cara kamu sendiri untuk berbahagia. Tidak perlu ikut cara orang atau jadi orang lain.
Vanity Fair, sebuah film baru yang akan mulai beredar minggu ini di Indonesia mengajarkan gw tentang banyak hal. Tentang cita-cita yang tak tercapai, tentang gairah berusaha, tentang kesalahan-kesalahan yang mungkin kita perbuat dalam hidup, tentang ups and downs. Tentang hidup! Film ini digarap Mira Nair, sineas India yang gw kagumi. Film ini dapat ponten 100 dari Roger Ebert di metacritics.com. Tak banyak teman gw yang suka film ini. "Nggak jelas poinnya," kata mereka. Cuma kisah perjalanan seorang social climber yang kebetulan suka berkesenian. Entah kenapa film ini seolah-olah mewakili gw banget pada saat ini. Dari film ini gw dapet wawasan bahwa pada akhirnya toh, kalo kita berjalan di jalur yang benar lantas berpasrah diri life will end up just fine. Untuk sementara gw harus menetapkan diri untuk tidak perlu mencita-citakan hidup sebagai orang lain. Semoga saja segala hal bisa berlangsung semudah di tulisan. Semoga kali ini gw bisa menetapkan niat gw. Bukankah sekarang gw memiliki motivasi untuk mengejarnya.
Semoga kali ini bisa gw buktikan...
Dengan wajah kuyu tertunduk lemas tanpa daya, monitor gw memunculkan kata-kata bijak yang dikutip mas Budiman Hakim dari milis CCI:
You will never be the person you can be, if pressure, tension, and discipline are taken out of your life.
(James G. Bilkey)
No comments:
Post a Comment