Friday, May 13, 2005

CERAI

Banyak hal di sekitar gw akhir-akhir ini berkaitan dengan masalah kehancuran hubungan. Ada yang putus bertunangan, ada perkawanan yang retak, ada pernikahan yang berakhir, ada perpisahan sekian lama dengan seorang sahabat, ada kelompok yang semakin hari hubungannya semakin menjauhi pusat orbital. Bahkan beberapa entitas di dalamnya seolah-olah tidak lagi bisa dipersatukan. Seolah-olah semuanya bergerak semakin memisah dan menjauh. Duh sedihnya!

Dalam pembicaraan gw dengan tulang gw yang bijak, gw mendapatkan kesimpulan bahwa hidup memang sebuah pergerakan. Dari titik A menuju titik B menuju titik C. Sudah galibnyalah dalam sebuah gerak perpindahan akan terjadi penemuan-penemuan baru dan kita harus kehilangan hal-hal yang lama. Kadang-kadang hal yang lama itu adalah sesuatu yang memang secara sengaja kita lepaskan, atau bisa juga kehilangan itu hanyalah konsekuensi dari pergerakan itu sendiri. Jangan pernah lupakan bahwa memutuskan tidak bergerak pun bukan berarti tanpa konsekuensi. Hubungan termasuk salah satu dari hal-hal yang dimaksud. Pada akhirnya tolak ukurnya mau tidak mau memang individual. Mencapai kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia atau mencapai eksistensi yang lebih aktual. Dalam hal ini akhirnya kehilangan-kehilangan itu akan mendapat bayaran yang setimpal. Mau tidak mau hal itu harus diterima.

Ketika berbicara tentang kelompok yang makin menjauh ini, mamiku yang cantik hanya berkata, "Jika kita akhirnya teruji sebagai sahabat sejati, maka we'll get over it. Mami sih yakin kita akan berhasil." Sungguh kata-kata yang menenangkan.

Semalam, setelah habis diterjang progressive trance spinned by DJ Boy George (anak 80-an itu), gw pulang sambil berpikir sambil sedikit melayang-layang. Gw lantas teringat kata-kata Sonny Yuliar seorang teman long... long... time ago... Dia pernah berkata bahwa pada dasarnya sesuatu yang tidak dipersatukan secara alami, maka sangat mungkin diceraikan atau dipisahkan. Bahkan yang secara alami dipersatukan pun, mungkin saja dipisahkan seperti anggota tubuh atau hubungan anak dan orang tua. Ini sesuai dengan doktrin tak ada yang abadi di dunia, kita harus siap untuk kehilangan. Tapi lantas mengapa 'penyatuan' itu pake pernah ada segala, kalau memang akhirnya mungkin berpisah?

Pikiran gw pun lantas melayang-layang membayangkan wajah-wajah yang pernah hadir, akrab, membekas di hati atau di kepala gw yang kini jejaknya hilang entah ke mana. Tahun-tahun berlalu ternyata semakin menambah album wajah-wajah yang hilang itu. Dari SD, SMP, SMU, kuliah, teman-teman main, teman-teman kerja teman-teman mabuk, teman-teman tidur dan teman-teman-teman-teman lainnya. Datang dan pergi. Berbekas namun hilang. Lantas untuk apa mereka hadir dalam hidup gw? Lalu menyisakan perih ketika gw sadar gw gak bersama mereka lagi.

Makin pagi ketika makin hang over akan alkohol dan kantuk yang menerjang, pikiran gw pun semakin terlayang-layang. Tiba-tiba gw sadar. Mereka mungkin pergi tetapi ada bagian dari mereka yang tetap mereka tinggalkan. Hubungan-hubungan itulah yang pada dasarnya menjadi substansi pembangun gw. Gw yang sakarang ini adalah resultan dari hubungan-hubungan sebelumnya itu. Hubungan yang melapiskan pelajaran demi pelajaran. Pelajaran yang kemudian akan mengantar gw menemukan pelajaran-pelajaran lain. Dan sebuah pelajaran tak pernah usang ataupun pupus selama kita sadar. Demikianlah lantas gw tertidur. Dalam tidur gw menyanyikan lagu Iwan Fals.

BELUM ADA JUDUL

Pernah kita sama-sama susah
Terperangkap di dingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Di gilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah . . . . . lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai sa'at kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah . . . . . . . kau
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara . . .
Di hati . . . . . .
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga sa'at kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat

Memikirkan tragedi ini, gw tiba-tiba jadi ingat sebuah famous line dalam film St. Elmo's Fire (1985) :

Kirby: I always thought we'd be friends forever.
Kevin: Yeah, well forever got a lot shorter all of a sudden.

Ya, sudahlah! (Ya ampun, ternyata film itu dah 20 tahun yang lalu yah...)

1 comment:

Yuti Ariani said...

karena tiap irisan kehidupan menyumbang sebab bagi chaos...

(masalah nilai awal, akumulasi, dkk)

IBX5899AACD4E772