
Some friends have recently thanked me for writing a FiRST review that let them know not to see… (fill in any movie name here). Sejujurnya, saya justru gelisah dengan pernyataan ini. Saya menduga banyak review dijadikan jawaban untuk pertanyaan, “is it worth my money?”
Padahal sebenarnya ada tujuan lain dalam menulis review: mencari pemahaman lebih akurat terhadap liku-liku dan problematika kehidupan yang ditawarkan sebuah film. Saya sendiri termasuk orang seperti ini. Membaca review tidak lantas mengubah prioritas menonton film (because I’m practically watching everything…). Saya hanya berusaha memahami film dalam konteks yang paling luas. Memaknainya sehingga segala yang ditawarkan bisa memberi manfaat untuk saya, understanding movie in a greater sense!
Semua film tidak dilahirkan hanya untuk meraup untung, tetapi berharap meninggalkan bekas yang lebih immaterial. Bahkan di luar bahasa promosinya (i.e. Biggest blockbuster of the year! or Most romantic movie of the summer!), setiap film pasti menawarkan filosofi atau basis intelektual tertentu dalam khazanah kultural kita. Kita tidak bisa menghindar dari kemungkinan terpengaruh pesan-pesan tersembunyi (or not-so-hidden) di film. Films can be entertaining and full of fluff, but they comment upon our world in their method of entertaining or in their very fluffiness.

And beside that, I do admire some aspect of the film, be it the acting, the tight script, or the impressive cinematography. Sebuah karya seni yang pada gilirannya mengasah sensitivitas dan mengendurkan ketegangan akibat kehidupan sehari-hari. But still, if I find a film truly unworthy of viewing, I promise to let you know.
Ilustrasi: Todo Sobre Mi Madre
No comments:
Post a Comment