Sunday, December 18, 2005

ABRE LOS OJOS



Tuntaslah sudah petualangan gw seminggu lebih mengarungi Jiffest. Penyelenggaraan kali ini, menurut gw memang paling seru. Alhasil, dalam 8 hari gw berhasil menyaksikan 16 film mancanegara yang rata-rata gw nilai bagus atau bagus sekali. Satu film yang direncanakan gagal ditonton yaitu The Saddest Music in The World dan gw kecewa dengan sikap panitia dalam hal ini.

Hal lain yang gw sesalkan adalah kegagalan menonton film-film pendek dan dokumenter yang gw rencanakan gara-gara jadwalnya jadi bentrok dengan jadwal film yang tiketnya gw beli atau gara-gara ada pekerjaan yang tidak bisa gw tinggalkan. Yang gagal tertonton itu antara lain From The Cabinet of Des Alwi, S Express Philipines dan Indonesia, Commandante, The Decent Company, The punks are Alright, Mad Hot Ballroom, Bride Kidnapping in Kyrgyztan, Prostitution Behind The Veil dan Highway Coutesans. Jadi kalau ada info screening talong kabar-kabari ya! Selain itu gw juga gagal ikut Film Critique Workshop with Tony Rayns. Gagal ketemu orang Binger. Wuihhh ternyata banyak juga kegagalannya ya.

Yang paling menarik dari Jiffest bagi gw bukan sekedar dapat tontonan dengan harga murah, melainkan lebih pada kesempatan untuk menyaksikan berbagai kehidupan di dunia yang lain. Selama ini gw mungkin cukup terbiasa menyaksikan film-film Indonesia, Amerika, Inggris, Spanyol, Meksiko, Perancis, China (dan varian-variannya) dan Irlandia. Walaupun sudah cukup sering menyaksikan film-film dari negara lain tersebut, kadang kala masih juga selalu terselip rasa kagum terhadap bagaimana tiap orang di negara-negara yang berbeda itu memaknai sebuah perjalanan bernama HIDUP.

Namun lewat Jiffest, hobi gw itu seperti diberi ekstra. Maka jadilah gw selalu menyukai Jiffest. Tahun ini gw berhasil menonton film-film dari negara yang tak pernah terpikirkan oleh gw. Gw bisa menyaksikan film dari Chili, Kazakstan, Jerman, Hungaria, Ceko, Belanda, Italia, atau bahkan film yang keliling Amerika.

Begitu serunya menyaksikan negeri-negeri Amerika Selatan terutama Peru lewat petualangan Che Guevara dalam Motorcycle Diaries. Lucunya melihat kediktatoran Korea Selatan jadi bahan banyolan habis-habisan dalam The President's Barber. Atau sebaliknya, pahitnya melihat kediktatoran menjadi pemusnah sebuah persahabatan kanak-kanak dalam Machuca. Atau ironinya menjadi diktator seperti Hitler dalam The Downfall. Tak kalah asyiknya menyimak a lost and found adventure dalam perjalanan darat dari Perancis menuju Mekkah lewat Le Grand Voyage. Plus, dunia-dunia yang tak pernah terpikirkan oleh gw seperti ketulusan dan keteguhan memegang amanah dalam Dunia Cowboy di perbatasan Amerika-Meksiko dalam The Three Burials of Melquiades Estrada dan kehidupan para pekerja transportasi umum seperti dalam Kontroll. Nasih banyak lagi pelajaran yang bisa gw petik.

Intinya, gw senang telah bisa membuka mata selama seminggu ini untuk membangun empati kepada HIDUP dan KEHIDUPAN di beberapa penjuru dunia. Belajar tentang hal-hal besar dalam hidup seperti kepasrahan, kerja keras, ketulusan, kebesaran hati, pengorbanan dan banyak pelajaran lainnya. It made me feel so little. And because of that I am willing to see the world a lot more. Gw ingin selalu dapat kesempatan untuk membuka mata seperti ini.

What A Wonderful World
Louis Armstrong


I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself what a wonderful world.

I see skies of blue and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself what a wonderful world.

The colors of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shaking hands saying how do you do
They're really saying I love you.

I hear babies cry, I watch them grow
They'll learn much more than I'll never know
And I think to myself what a wonderful world
Yes I think to myself what a wonderful world.

No comments:

IBX5899AACD4E772