Wednesday, August 24, 2005
Shooting Star
Dalam kunjungan ke Bali 30 Juli - 1 Agustus yang lalu, gw sempatkan mampir ke de ja vu di malam pergantian bulan. Tempatnya begitu cozy dengan halaman yang menghadap ke pantai Kuta. Gw berangkat ke sana bareng Nita dan ditemani teman baru, seorang DJ asal Bali bernama Wanti.
Setelah meminum beberapa teguk cocktail, kami bersantai di halamannya menikmati malam penuh bintang, sayang tak ada bulan. Tak berapa lama duduk di halaman yang nyaman itu, kami mulai sedikit terapung. Saat itulah gw baru mulai mengamati bintang-bintang yang rasanya sangat jarang ditemui di langit Jakarta yang selalu tertutup polusi. Ketika sedang menikmati keberuntungan menikmati hamparan bintang yang membentang seluas mayapada itu, gw melihat setitik obyek terang bergerak cepat di langit. Gw terkejut dan otomatis berteriak,"Shooting star!! Shooting Star !!" Nita pun langsung menyabut dengan berteriak, "Make a wish!! Make a wish!!"
Sontak kami terdiam dan berusaha memanjatkan sebuah doa entah pada siapa. Namun ketika harus memanjatkan doa itu gw tertegun. Apa yang kini paling gw harapkan. Gw takut memanjatkan doa yang salah. Sesuatu yang bukan prioritas utama bagi gw. Namun ternyata menemukan prioritas dalam hidup bukanlah pekerjaan gampang yang bisa ditunggu sebuah bintang jatuh. Akhirnya bintang jatuh itu memudar dan tenggelam dalam kegelapan. Gw hanya bisa mengutuk dalam hati, "Damned, I missed the moment!"
Kenyataan itu benar-benar membuat gw bertanya-tanya selama beberapa hari. Ternyata gw tengah menjalani sebuah hidup tanpa tujuan. Tanpa sesuatu pun gw harapkan secara nyata. Hidup gw tengah berjalan acak saja tanpa arah. Apalah artinya sebuah hidup tanpa arah. Rasanya seperti celoteh Chairil Anwar, hidup hanya menanti kekalahan. Di tengah upaya menata kembali hidup gw seperti gw ceritain di beberapa posting sebelumnya, maka hal ini sebenarnya barang haram. Karena deep down inside, gw sadar sesungguhnya gw sangat butuh pertolongan.
Gw pun mulai menyusun prioritas yang akan gw ajukan jika gw mendapat kesempatan lagi untuk memohon sesuatu pada you know who. Butuh beberapa hari bermenung-menung untuk merumuskannya. Syukurlah, gw kemudian mampu menyusun my wish list itu. Tanpa sadar, gw pun acapkali mengulang my wish list itu menjadi my wish di berbagai kesempatan. Sebelum tidur, dalam jalan kaki menuju dan pulang kantor, di kendaraan, di tengah masa-masa suntuk bekerja. Rasa kehilangan moment di Bali itu memotivasi gw untuk berharap pada kekuatan di luar gw itu untuk menata chaos internal.
Minggu lalu 19-20 Agustus yang lalu, gw berkesempatan berangkat ke Bali lagi untuk datang ke rave party Vertigo Goes To Bali di Garuda Wisnu Kencana. Gw bareng Mety dan Mely-Boris Malam itu dalam kondisi mengapung total di bawah kaki patung Garuda, kembali gw melihat sebuah bintang jatuh. Namun kali ini gw hanya sendirian, jadi tak ada yang perlu diteriakan. Kali ini gw sudah punya my wish list untuk dipanjatkan.
It wasn't that I believe all those superstition's crap. It was just worth to try... It's good to re-arrange your life priorities, anyway... Hehehe...
When You Wish Upon A Star
Louis Armstrong
When you wish upon a star
Makes no difference who you are
Anything your heart desires
Will come to you
If your heart is in your dreams
No request is to extreme
When you wish upon a star
As dreamers do
Fate is kind
She brings to those who love
As sweet fullfillment of their secret drowns
Like a boat out of the blue
Fate steps in and see's you through
Moma when you wished upon a star
Your dreams come true
(instrumental break)
Fate is kind
She brings to those who love
As sweet fullfillment of their secret drowns
Like a boat out of the blue
Fate steps in and see's you through
Baby when you wish upon a star
Your dreams come true
When you wished upon a star
Makes no difference who you are
Your dreams come true
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment