Friday, October 21, 2005

Sejarah





Banyak hal yang tidak sengaja bisa kita temukan sepanjang jalan. Salah satunya terjadi ketika gw sedang menemani teman-teman Creative SemutApi Colony berbuka puasa di warung Soto Betawi Mayestik.

Awalnya perbincangan menyangkut masalah syariat agama. Lalu, meningkat pada bagaimana awalnya hal-hal syariat itu masuk dan berlaku di Indonesia. Lama kelamaan perbincangan malah berlanjut pada hal-hal berbau sejarah. Lalu kami mulai memperbincangkan berbagai fakta dan pemaknaan atas yang dinamakan fakta sejarah. Obrolan di warung soto itu meluas ke berbagai fakta seputar pertikaian Jawa-Sunda yang seperti masih berbekas sampai saat ini. Sejarah Jawa mulai zaman Ken Arok, Majapahit, kedatangan Portugis, sampai kisah Mangir. Lalu cerita "penculikan" Bung Karno dan Bung Hatta, plus Bu Fat dan Mas Guntur ke Rengasdengklok yang sebenarnya dituturkan di buku sejarah dengan kurang tepat. Obrolan itu jadi sangat bersemangat, karena semua orang ternyata memiliki cerita menarik, pemikiran segar dan ide-ide tentang sejarah.

Gw baru sadar, ternyata gw selalu menikmati perbincangan tentang sejarah. Sejak nyokap suka membacakan cerita-cerita sejarah yang ada di buku kelas 3 SD. Waktu SD itu, gw rasa nggak ada orang yang bisa mengajar soal sejarah sefasih nyokap. Belakangan gw tahu, karena nyokap ternyata suka juga subyek ini. Lalu ketertarikan berlanjut ketika Bu Dewi Anggraeni yang cantik jelita, guru di SMU gw dulu mengajarkan sejarah.

Perkembangan paling luar biasa tentu saja terjadi waktu gw se-kos dengan Bang Anto sekitar tahun 1994-1995 di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat (sumpah, tempat ini dulu rasanya jauuuhhhh banget dan begitu terpencil!). Bang Anto ini sekarang jadi dosen di Fakultas Sejarah SASTRA UNPAD. Dulu, di malam-malam yang sunyi, selain mendengar suara jangkrik atau menangkap kunang-kunang di sawah Ciseke, gw bersama teman-teman kos (Erwin, Iskandar dan Ananto alias Narto) sering berdiskusi tentang sejarah. Atau tepatnya mendengar cerita Bang Anto tentang sejarah. Bang Anto memang jago bercerita. Gw rasa sekarang dia jadi dosen yang hebat. Kami selalu tersirap mendengar kisah-kisah maupun analisisnya terhadap sejarah.

Sebagai remaja yang masih cupu-cupu, kadangkala kami bisa cukup terguncang dengan analisisnya terhadap Sejarah Indonesia. Kami berbincang tentang banyak hal. Tak jarang pengetahuan yang dibagi oleh Bang Anto membuat kami merasa berada di sebuah perahu yang tengah berubah haluan.

Dalam periode ini pula, gw mulai banyak membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Mulai dari tetralogi Bumi Manusia, Gadis Pantai dan tetralogi(trilogi) Arus Balik. Lewat buku-bukunya Pram melakukan banyak reinterpretasi terhadap sejarah. Metode-metode yang digunakannya, plus ajaran dari Bang Anto sedikit banyak membangun kritisisme gw ketika itu. Mengantar transisi dari seorang remaja menjadi... ehm, whatever.

Diskusi-diskusi ini banyak menetap dalam benak gw. Membuat gw pada titik tertentu, mengambil suatu keputusan. Seperti misalnya, memilih aktif di kegiatan politik ketika masih kuliah. Atau hal sepele, misalnya pemilihan nickname sukmolelono buat e-mail gw, gw lakukan karena cerita Mas Anto tentang kisah hidup Ronggowarsito. Sukmolelono adalah salah satu karya Ronggowarsito yang tidak terlalu populer. Entah kenapa gw jadi merasa ada bagian dari diri sang pujangga lawas itu yang tersisa di diri gw. Entah kenapa juga, istilah itu begitu nyangkut di kepala gw. Maka gw pun mengidentifikasikan diri dengan salah satu karya Ronggowarsito, ya Sukmolelono itu... Sekedar info, e-mail Yahoo! yg gw pake memang sekarang sudah berusia 10 tahun.

Ngobrolin sejarah memang menarik. Sejarah sendiri diambil dari Bahasa Arab, Sajarotun. Kalau tidak salah artinya akar. Sementara di dalam Bahasa Inggris disebut History yang diserap dari Bahasa Yunani histor atau istor yang artinya knowing, learned. Jadi nggak bener tuh versinya Michael Jackson yang bilang History itu asal katanya adalah His Story. Itu sih emang dia aja yang mau jualan album.

Well, back to the topic. Hubungan selanjutnya dengan sejarah banyak terjadi ketika gw sedang aktif mengulas pemikiran Mohammad Khatami dari Iran. Dalam wacana Dialogue Among Civilizations yang diluncurkannya sebagai counter atas teori Clash of Civilizations (Samuel P. Huntington), Khatami banyak menitikberatkan pada pengkajian sejarah. Khatami di Majelis Umum PBB menyebutkan, "History is the reflection of the light of Being upon various facets and dimensions of human existence. Thus, it is a unique and universal entity, albeit diverse in nature. Whenever, this unique entity takes on a new guise, a new era is ushered. Our assessment of history indeed emanates from our perception of humanity - its pivot and pillar..."

Dia pun menjabarkan,"The history of humankind is the history of liberty. Only that interpretation which describes history as the arena for manifestation of liberty can provide an opening of the past for the benefit of mankind." Bagi Khatami, penggalian sejarah tiap-tiap peradaban atas kebebasan ini, pada gilirannya akan mengantarkan realisasi universal justice and liberty.

Khatami tak ketinggalan menguji teorinya dengan membaca sejarah. Mulai dari sejarah Amerika, Iran, sampai PBB. Lalu dengan cerdas dia sampai pada kesimpulan yang mengajak dunia untuk berjalin tangan dalam membangun solidarity against genocide, aggression and the humiliation of mankind in various corners of the world. Let us prevent the continuation of shameful tragedies which have tarnished the face of this century in Palestine, Afghanistan, Kosovo and in many other parts of Africa, Asia and Latin America.

Sayang sekali, kendati PBB sudah menetapkan tahun 2001 sebagai Year of Dialogue Among Civilizations, namun cita-cita Khatami itu nampaknya tak terealisasi utuh hingga akhirnya dia lengser dari kepresidenan Iran. Gw mungkin bukan orang yang punya kapasitas cukup untuk menilai sebuah wacana. Tapi bagi gw, wacana yang ditawarkan oleh Khatami sangat kental paradigma normatifnya. Akhirnya dia bisa bergulir di ruang-ruang diskusi, di antara orang-orang yang mau membicarakannya. Namun alirannya tidak menetes kepada ribuan tentara Amrik yang harus menumbangkan Saddam Hussein di Baghdad. Bahkan agaknya George W. Bush aja kurang mudeng. Meta-narasi yang diajukan Khatami mungkin bertemu dengan sistem normatif warga dunia, akan tetapi terlalu umum untuk bertemu dengan berbagai pengalaman unik individual yang melahirkan pembacaan sendiri-sendiri.

Okelah, Khatami boleh saja melakukan pembacaan atas sejarah dengan caranya. Hari ini, setelah beberapa jam perbincangan tentang sejarah itu terjadi dengan teman-teman. Gw mulai mempertanyakan banyak hal lagi. Begitu banyak fakta yang simpang siur, begitu banyak versi pemaknaan. Ada yang bilang sejarah adalah fakta yang dipersepsikan oleh orang-orang yang menang. Banyak pula teori lain.

Gw mulai penasaran dan cari-cari bahan bacaan. Di blognya Roby Muhammad, gw menemukan kutipannya terhadap Paul Cohen dalam buku History in Three Keys. Paul Cohen memperlihatkan paling sedikit terdapat tiga versi sejarah. Pertama adalah sejarah sebagaimana yang ditulis oleh ahli sejarah, yaitu sejarah sebagai peristiwa dan karya sejarah adalah hasil rekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lalu. Kedua adalah sejarah menurut orang-orang yang langsung mengalami peristiwa tersebut, yaitu sejarah sebagai pengalaman. Yang ketiga adalah sejarah sebagai mitos. Mitos ini bukan berarti sesuatu yang salah atau tidak nyata. Sejarah sebagai mitos dimaksudkan sebagai sejarah yang dipakai untuk justifikasi tindakan masa kini.

Tiap-tiap versi ini kemudian bekerja dengan caranya masing-masing, lalu menemukan konsekuensi dan logikanya sendiri. Karena itulah mungkin, Khatami dengan cerdas dari 'pembacaannya' akan sejarah bisa menyimpulkan hal sedemikian. Akan berbeda halnya jika ahli lain atau bahkan gw atau orang lain lagi yang melakukan 'pembacaan' itu. Lantas yang mana yang benar?? Ketika sudah bicara mana sejarah yang benar atau salah, gw mulai ketemu dead end.

Namun tak lama kemudian gw pun mulai sadar. Pertanyaan yang seharusnya muncul bukan lagi soal mana yang benar atau yang salah. Pada titik ini, gw mau tidak mau kembali kepada pemikiran Khatami. Sejarah tidak lagi menuntut kita menemukan mana atau siapa atau apa yang benar atau salah. Sejarah adalah pengenalan masa lalu untuk keuntungan umat manusia. Kalimat ini sendiri bagi gw akhirnya bergema ke dalam diri sendiri. Gw bisa saja melakukan 'pembacaan' sejarah untuk membangun world view gw, membangun karakter gw, membangun prinsip-prinsip gw, lalu mengambil keputusan dan menguji langkah-langkah gw.

Greatest Love of All
written by Michael Masser and Linda Creed
performed by Whitney Houston


I believe that children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be


Everybody's searching for a hero
People need someone to look up to
I never found anyone who fulfilled my need
A lonely place to be and so I learned to depend on me


I decided long ago never to walk in anyone's shadow
If I fail, if I succeed at least I'll live as I believe
No matter what they take from me, they can't take away my dignity
Because the greatest love of all is happening to me
I found the greatest love of all inside of me
The greatest love of all is easy to achieve


Learning to love yourself, it is the greatest love of all

And if by chance that special place that you've been dreaming of
Leads you to a lonely place, find your strength in love

No comments:

IBX5899AACD4E772