Tuesday, February 06, 2007
BAH!!!
Hampir 12 tahun menjadi warga Bandung membuat gw sangat mencintai hujan. Gw suka dengan baunya, warnanya, bentuknya ketika jatuh di dedaunan dan udara yang begitu segar sesudahnya. Kata nyokap, gw juga lahir tepat di penghujung musim panas. Begitu gw terlahir ke bumi, hujan langsung membasahi bumi priangan nan jelita untuk merayakan kehadiran gw hehehe... Di sebuah cerpen gw pernah menyebut kecintaan gw pada Bandung adalah karena 2/3 malamnya diisi dengan hujan. Begitulah, akhirnya gw jadi mencintai hujan.
Ketika akhirnya gw hijrah ke Jakarta lima tahun lalu, gw harus menelan pil pahit. Kota ini sama sekali tidak rainable alias tidak bisa kejatuhan hujan. Atau mungkin hujan di Jakarta memang perangainya buruk. Tidak membawa kedamaian seperti hujan di Bandung. Di Jakarta, hujan sedikit saja, pasti lalu lintas langsung macet total dan orang-orang menggerutu. Makin digerutui, rupanya perangainya makin buruk. Bah!!!
Apalagi kalau berhari-hari hujan dan berhari-hari banjir. Suasana murung, mendung dan semrawut meliputi Jakarta. Sebagian besar wilayah tergenang air. Lewat tayangan televisi bisa dilihat dari udara kota Jakarta seolah tenggelam. Lalu lintas tersendat, jaringan listrik, PAM, telepon dan internet ikut hanyut bersama harta benda para korban. Bencana kelaparan dan wabah penyakit pun mengintai ibukota. Perkantoran dan sekolah pun tak ketinggalan ikut lumpuh. Sekitar 300.000 warga Jakarta mengungsi dari rumah mereka akibat banjir yang tak kunjung surut. Setidaknya 20 orang meninggal dunia karena banjir yang mulai melanda sejak 1 Februari. Bah!!!
Air bah yang menghantam Jakarta sejak Jumat lalu kemarin memecahkan rekor banjir di Jakarta. Amukan Sungai Ciliwung kali ini merupakan yang terburuk dalam sepuluh tahun terakhir. Luapan Ciliwung juga menghantam daerah-daerah yang selama ini tak tersentuh banjir. Hingga hari ini, potensi kerugian karena banjir Jakarta kali ini mencapai Rp 4,1 triliun. Bah!!!
Hujan dan air kiriman dari bagian selatan Jakarta dianggap menjadi penyebab banjir tahunan ini. Namun penyebab lain banjir di ruas-ruas jalan adalah saluran air yang kurang memadai untuk mengalirkan air secara lancar. Salah satunya adalah karena proyek reklamasi pantai dan penyempitan bantaran sungai untuk pembangunan. Semua orang menzalimi Ciliwung. Akhirnya air pun mengalir sampai masuk rumah. Bah!!!
Gubernur Sutiyoso sendiri menyebutkan siklus banjir besar lima tahunan sebagai penyebabnya. Pendapatnya itu disanggah oleh Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) yang mengatakan tidak ada istilah siklus lima tahunan untuk urusan banjir di Jakarta. Well, sepertinya kita cuma bisa menyalahkan hujan saja atas petaka banjir ini. Blame it on the rain, Baby! Bah!!!
Musibah banjir yang dialami rutin setiap tahun membuat sebagian warga Jakarta tidak khawatir. Mereka tidak lagi menganggapnya sebagai musibah, tetapi hiburan sekali setahun. Makanya Gubernur Sutiyoso juga mengatakan kalau mereka terlihat senang-senang saja. Namun, ketika air bah datang jauh lebih tinggi daripada yang mereka perkirakan, mereka pun terperangah. Bah!!!
Amukan Ciliwung tampaknya belum segera mereda. Menurut perkiraan Badan Meteorologi dan Geofisika, hujan akan terus mengguyur Jakarta dan sekitarnya--termasuk kawasan hulu Ciliwung--sampai 7 Februari nanti. Gw pun kembali merindukan hari-hari ketika gw mencintai sang hujan. Bah!!!
Bah!!! Jangan kau datang lagi!
foto dari Erikar Lebang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment