Tuesday, March 01, 2005

BENSIN

BBM naik lagi! Orang-orang geram lagi, mahasiswa demo lagi dan antrian di pom bensin panjang lagi. Sialnya, gw gak denger sama sekali bahwa BBM akan naik tepat pukul 00.00 dini hari tadi. Jadi ketika tanpa perasaan bersalah, semata-mata karena bensin sudah sangat kosong gw pun menuju pom bensin Menteng. Namun apa hendak dikata, antrian begitu panjang membludak hingga memaceti jalan Lombok. Gw pun memutuskan untuk berbalik arah memotong jalan Lombok dan melupakan mengisi bensin. Sampai di sekitar Hotel Setiabudi, tungky pun mogok. Gw pun panik. Gw pikir si tungky yang tua renta itu kembali sakit-sakitan seperti sebelumnya. Namun kemudian gw cek ke dalam tangki bensin. Memang ternyata isinya sudah kering kerontang. Tungky pun harus didorong sekitar setengah kiloan. Untuk saja ada penjual bensin eceran yang sebenarnya tidak gw percayai. Namun ternyata di saat seperti itu dia menjadi dewa penyelamat. Bayangkan dari orang yang kita curigai menjadi dewa penolong, what a twist of fate! What a life!

Sesampainya di kos, ternyata televisi menyiarkan siaran pers pemerintah tentang kenaikan BBM yang akan diberlakukan tepat tengah malamnya. Mahfumlah gw akan sebab musabab padatnya pom bensin sore itu. Tetapi yang gw tetap tidak bisa mahfum, buat apa sih orang berebutan mengisi bensin seburu-buru itu. Paling lama mereka bisa menikmati bensin harga lama itu hanya dua hari ke depan, sesudahnya realitas kenaikan harga BBM harus tetap dihadapi juga.

Hari ini, ada pemotretan telenji di Hotel Sparks Mangga Besar. Sialnya kami salah ambil jalur. Dari Menteng, kami memilih belok kiri lewat Istana Merdeka yang ternyata telah dipadati ratusan pengunjuk rasa kenaikan BBM. Saya lagi jalan sama Oom H, si manager model dan B, si fotografer. Mereka menggerutu sepanjang jalan tentang ketidakbergunaan demo. Dalam hati gw teringat beberapa artikel yang pernah gw tulis pada saat kuliah dulu. Ketika itu gw dengan sangat gigih membela pernyataan agar kita tetap demo. Siang itu, berbekal gerutuan B dan Oom H, gw merenungkan kembali tulisan-tulisan gw sebelum menjadi penulis gaya hidup dan hidup gaya seperti sekarang. "Ah, saya tidak merasa terwakili oleh mereka, hanya memacetkan jalan saja!" keluh mereka. "Benar juga" kata saya dalam hati. Tetapisebenarnya layakkah kenaikan bensin ini? Ya layak! Lantas mengapa demo segala? Dalam kemacetan gw pun tertidur. Dalam tidur gw pun bermimpi, mahasiswa-mahasiswa itu berteriak kepada gw,"Bukan kenaikan yang kami masalahkan? Tetapi sebab kenaikan itu. Tidak pernah ada pertanggungjawaban yang jelas terhadap subsidi BBM yang selalu dikampanyekan. Bahkan berbagai penyelewengan menyangkut urusan petro rupiah ini sejak zaman dahulu tidak pernah dibereskan." Begitu kata mereka dalam mimpi gw. Gwpun mengangguk kepada mereka. Dan dalam mimpi gw, tiba-tiba gw turut merapatkan barisan bersama mereka. Gw jadi ingat, perkara bensin pulalah dulu yang awalnya membakar tahta the smiling general. Kejatuhan yang akhirnya disyukuri semua orang.

Sayang hanya di dalam mimpi...

Gw terbangun sejenak kemudian, gwpun merasa berdosa. Karena sementara gw setuju dengan pertimbangan-pertimbangan demonstran itu. Gw malah sedang enak-enakan duduk dalam mobil ber-AC. Tetapi kemudian gw berpikir lagi. Biarlah terjebak dalam kemacetan ini menjadi kontribusi terhadap suara hati gw yang diwakili mereka. Gw malah merasa lebih baik daripada orang yang mengutuki demo itu tetapi kemarin malam ikut-ikutin memadati pom bensin, sehingga si tungki yang benar-benar haus tidak dapat jatah minum dan sampai mogok di jalan. Begitulah, begitulah...

No comments:

IBX5899AACD4E772