Beruntung sekali 2 weekend terakhir gw bisa menikmati hari-hari istirahat yang menyenangkan. Gw bisa jalan-jalan ke luar kota dan meninggalkan Jakarta. Berikut sedikit ceritanya, mudah-mudahan gak basi.
BALI SENSATION
Gw berangkat ke Bali hanya bermodalkan pakaian 3 hari and not quite sure akan pergi kemana sebenernya, walaupun udah dapet bocoran juga. Maklum lah nama programnya juga Destination Nowhere dalam rangka ulang tahunnya MTV Trax. Sampe di airport ternyata udah kumpul semua, konon katanya tinggal gw doank yg belum, tapi ternyata ada lagi yang nyusul belakangan. Sampe di airport gw baru tahu siapa aja yang ternyata ikutan di program ini, walaupun kita masih tetap belum tahu akan pergi kemana. Bareng gw udah ada tim wartawan seperti: Intan, Yulin, Popi, Ana, Sandra, Dody, Mas Franz, Zaldy, bang Remy dan beberapa kru Kabar-kabari, Hagi, Avi, Yulia. 3 yang terakhir itu merangkap panitia. Selain itu ada juga anak-anak label; Wita, Linda, Putri Irvi, Yasmine dan orang-orang Sony Music. Ada juga selebritis mulai dari Anya Dwinov, Putri Patrisia, Thomas Nawillis, Jody Superbejo, Ary MTV, Nina Warna dan Ria Warna. Terakhir Cokelat. Satu-satunya acara yang udah diumumin adalah cuma launching album barunya Cokelat, yang judulnya Segitiga. Secara penggemar Cokelat udah pasti lah gw girang bukan alang kepalang. Sampe naik pesawat, MTV Trax berhasil membungkam semua orang tentang tujuan keberangkatan, termasuk pramugari yang ngasih welcoming speech di pesawat gak nyebutin tujuan pesawatnya. Di atas pesawat, Cokelat pun memulai aksinya dengan launching. Wah hebat banget rasanya, Kikan nyanyi lewat microphone pesawat dan anak-anak Cokelat lainnya main akustik di pesawat. Sehabis nyanyi semua penumpang dihadiahi kaset terbaru Cokelat. Kewl...!!!
Pas mau turun kita baru diberi tahu akan mendarat di Bali. Semuanya langsung melonjak kegirangan. Sampai di Bali kita langsung makan di restoran yang pemandangannya indaaaaaaahhhhhh banget. Di sana Hagi diceburin rame-rame ke kolam renang. Habis itu baru check in ke Hotel Grand Mirage Jimbaran. Hotelnya juga kewl banget. Awalnya gw dapet pasangan ama Mas Franz, trus tukeran jadi ama Zaldy, trus tukeran lagi jadi ama Popi. Kami satu-satunya roommate campur dari semua peserta, yah maklum lah secara sama-sama anak mami.
Habis mandi-mandi dan beres-beres kita naik taksi ke Hard Rock Cafe. Karena jumlahnya tanggung dan tarifnya mahal, kita dempet-dempetan bertujuh dalam Taksi, mana gendut-gendut lagi, yang kecil cuma Putri, Wita dan Linda doank, yang lain XL semua. Di sana mulai lah mabuk-mabukan seperti biasa. Sesudahnya berlanjut ke Kamasutra yang isinya kita doank, jadi kaya private party. Pulangnya mampir ke Warung Manado yang enak banget.
Besoknya bangun pagi-pagi masih ngantuk dan lemes. Sesudahnya kirain akan mulai bertugas, ternyata kita malah disewain guru surfing dan surfing sampe puas di Kuta yang terkenal sedunia itu. Siang bolong with so much fun and without any single drop of alcohol at all. Dilanjutkan makan siang di Hard Rock Cafe lagi, terus wisata belanja di Kuta dan mampir ke outlet-outlet sponsor. Pulangnya dah pulang kecapekan, mandi dan harus siap-siap lagi ke Hard Rock buat acara puncak, konsernya Cokelat. Sehabis konser banyak banget yang mabok dan seperti biasa lah jadi petugas CPR. Detil maboknya gak usah dicritain deh kayanya...hehehehe...!!!
Besoknya baru acara bebas dan belanja seharian, sorenya langsung ke airport, wah benar-benar jadwal padat yang menyenangkan !!! Thx Trax! Walaupun akhirnya setelah balik gw dapet masalah karena ketololan luar biasa yang gw lakukan.
NAIK-NAIK KE PUNCAK GUNUNG
Minggu berikutnya adalah long weekend ke-2 sejak gw kerja di FHM dan itu penting. Sejak mau pulang kantor gw dah bersiap-siap menyusun rencana. Malam sabtunya banyak sekali party sampe bingung mo kemana. Akhirnya kita makan dulu di Bale Aer sekalian ada launching kaset (oh iya kasetnya ketinggalan di mobil Dedy) trus jemput Popi dan mo ke Bond The Nation, tapi karena susah parkir jadi batal dan langsung ke BC Bar pas ada Media Gathering Party yang diadain Kang Iyu sekalian launching milis Wartawan Gaul. BC tuh emang salah satu tempat hang out paling asik bagi gw selain MBC apalagi datengnya rame-rame, tambah asik aja. Baru jga mo masuk kita dah disuguhi Tequila sebagai welcome drink. Sebenernya sih jatahnya cuma segelas, tapi dasar pemabok, belom apa-apa gw dah minum 3 gelas...eh doyan..!!Tapi di atas gw gak banyak minum, karena takut lepas kontrol. Pulang dari BC lanjut ke Retro sampe jam 5 trus sarapan di Menteng seperti biasa. Wah niat banget partynya.
Sabtu memang dah rencana gak bakalan party. Rencananya sih mo pacaran dan istirahat. Sorenya masih sempet dateng ke preview film Untukmu (Asun Mawardi, 2003) di PPHUI. Terus si John telepon, ternyata dia jadinya berangkat malam itu ke Villa-nya Wita di Cijeruk dan mami besok belom tentu jadi berangkat. Jadi terpaksalah dengan terburu-buru, gw packing dan ngumpul di Sarinah. Berangkat dengan kloter pertama; Renny dan Wita sebagai Tour Organizer, Gw, John, Dedi, Djoko, Linda, David, Azza dan Daniel. Sampai disana udah after midnight dan langsung pada tepar. Besok pagi, bangun sambil dengerin anak-anak complain soal ngorok gw. Tapi semua langsung terobati demi melihat Mak Reni dan Ce' Wita sedang memasak nasi goreng yang unbelievably delicious tapi karena lagi laper banget enaknya jadi berlipet-lipet deh. Habis makan terus antri mandi. Sesudahnya kita semua siap jalan-jalan ke curug. Nah ini dia... Awalnya masih jalan kampung yang berbatu, lalu masuk ke pematang sawah. Di sana langsung tercium aroma dedaunan yang sama sekali tidak akrab dengan suasana Jakarta. Jalan sambi dorong-dorongan, ketawa-ketiwi dan pastinya foto-foto. Lewat dari pematang sawah, kita harus menyebrangi sungai berbatu lewat jembatan gantung yang udah rapuh banget. Waktu itu kita sempat foto-foto ala Raja Siam di film The King and I atau di film Anna and The King. Melewati jembatan kami memasuki kawasan hutan pinus. Ada anak-anak SMU 68 yang lagi kemah dan membuat Wita yang alumni 68 langsung jerit-jerit kegirangan. Jalan lebih jauh, wah ternyata hutan pinusnya indah sekali. Sambil jalan begitu gw nyanyi-nyanyi lagunya Ebiet G. Ade
pucuk-pucuk pinus, seperti berebut bergesek berdesak berjalin tangan
ranting kering luruh adalah nyanyian selaksa puisi bergayut di dahan
lebur lah disini....
Wah gw jadi bisa ngerasain apa yang sedang dihadapi Ebiet ketika dia menulis lagu romantis itu. Perjalanan kami berujung di sebuah curug yang segar. Udahlah secara tempat seindah itu, udah pasti lah kita semua foto-foto. Gw sempat didaulat untuk berpose ala FHM dan dengan tololnya gw mau aja, sampai sekarang foto-foto itu masih gw sesali. Hehehe... Pulang dari situ, bibinya Wita dah menyiapkan makan siang yang biasa cepatnya tandas. Sesudah itu, kita istirahat sambil nonton DVD, sayang sore itu Linda harus balik ke Jakarta karena ada acara.
Kloter kedua datang sesudah Maghrib. Ada Dirga, Stroo, Ia, Popi, Exo dengan Daniel sebagai pemandu. Mereka datang dengan suplai amunisi tambahan. Akhirnya setelah beberapa semalam tanpa alkohol, akhirnya we're back to da habit, mabuk-mabukkan !!! Sambil menyanyikan ratusan lagu yang gak pernah jelas mulai dan abisnya. Malemnya udah mabuk banget dan cape banget, jadilah gw ngoroknya kenceng banget. Paginya masih sempat jalan-jalan lagi, tapi gw gak ikut. Sorenya pulang dan kembali berkumpul dengan mami dan keponakan-keponakan. Malamnya banget I Like Monday deh yang nampilin Cokelat deh...reuni deh ama anak-anak Destination Nowhere.
Friday, September 26, 2003
Wednesday, September 17, 2003
Friday, September 12, 2003
Thursday, September 11, 2003
Kematian
Fivi telah pergi, 9 September 2003. Malam itu di langit ada bulan purnama dan sebuah bintang mendekati bulan. Malam itu kami merintih bersama.
Pada siang hari itu, gw masih menelpon Fivi pas lunch time, tapi Fivi yang baik sedang sholat. Gw berjanji akan menelpon lagi, tapi gak gw lakukan sampai sorenya. Dan kini gw gak mungkin melakukan itu lagi, karena kini Fivi sudah pergi. Meninggalkan semua kenangan baik tentangnya di benak kami semua. Gw memang baru kenal Fivi sejak 22 Juli 2003, aduh baru banget ya...tapi sekarang dah gak akan ketemu lagi. Duh, Fivi only the good die young, and you're one of them
Kematian memang misteri besar....
Setelah semua terjadi, masih banyak yang tidak percaya. Tiba-tiba hidup jadi pertanyaan besar. Gw jadi inget kata-kata Walter Finch dalam Insomnia (Cristopher Nolan, 2002),"If life is so important, then why is it so fragile?". Ya hidup memang rapuh banget, ternyata yang mengambil keputusan atas diri kita sama sekali bukan kita. Kalau sudah begitu, apa lagi yang masih bisa disombongkan. Sekarang kita cuma bisa menunggu apa lagi yang bisa terjadi tanpa kita punya kendali atas apa yang akan terjadi. Sebuah puisi dari Sapardi Djoko Damono mewakili semua ketidakpastian gw.
METAMORFOSIS
Ada yang sedang menanggalkan pakaianmu
satu demi satu,
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya,
"Tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini?"
ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu,
menimbang-nimbang hari lahirmu,
mereka-reka sebab-sebab kematianmu
ada yang diam-diam berubah menjadi dirimu
Fivi, kami semua kehilangan kamu
Pada siang hari itu, gw masih menelpon Fivi pas lunch time, tapi Fivi yang baik sedang sholat. Gw berjanji akan menelpon lagi, tapi gak gw lakukan sampai sorenya. Dan kini gw gak mungkin melakukan itu lagi, karena kini Fivi sudah pergi. Meninggalkan semua kenangan baik tentangnya di benak kami semua. Gw memang baru kenal Fivi sejak 22 Juli 2003, aduh baru banget ya...tapi sekarang dah gak akan ketemu lagi. Duh, Fivi only the good die young, and you're one of them
Kematian memang misteri besar....
Setelah semua terjadi, masih banyak yang tidak percaya. Tiba-tiba hidup jadi pertanyaan besar. Gw jadi inget kata-kata Walter Finch dalam Insomnia (Cristopher Nolan, 2002),"If life is so important, then why is it so fragile?". Ya hidup memang rapuh banget, ternyata yang mengambil keputusan atas diri kita sama sekali bukan kita. Kalau sudah begitu, apa lagi yang masih bisa disombongkan. Sekarang kita cuma bisa menunggu apa lagi yang bisa terjadi tanpa kita punya kendali atas apa yang akan terjadi. Sebuah puisi dari Sapardi Djoko Damono mewakili semua ketidakpastian gw.
METAMORFOSIS
Ada yang sedang menanggalkan pakaianmu
satu demi satu,
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanya,
"Tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini?"
ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu,
menimbang-nimbang hari lahirmu,
mereka-reka sebab-sebab kematianmu
ada yang diam-diam berubah menjadi dirimu
Fivi, kami semua kehilangan kamu
Subscribe to:
Posts (Atom)