Mengapa Bandung jadi begitu penting? Setidaknya begitu lah yang gw rasakan. Gak sekedar bahwa gw kuliah disana, atau gw lahir disana, tapi yang terpenting gw berkembang disana. Disana gw mengenal hitam, putih dan abu-abu. Disana juga gw mendalami merah, hijau, biru, lalu kembali jadi hitam. Setelah hampir 2 tahun secara intensif mengabdi pada peradaban kota, di Jakarta sini. Still, there's a part of my heart which always drive me back to Bandung. Kalo Koes Plus menyanyikan bahwa ke Jakarta aku khan kembali. Nah, theme song gw ya Ke Bandung aku khan kembali.
Waktu gw masih di Bandung dulu, gw benci banget sama org-org Jakarta yg suka ke Bandung pas weekend, bikin macet jalan aja, bikin transportasi susah, bikin pengap dan cape, eh sekarang gw bergabung dalam barisan mereka, berbondong-bondong ke Bandung setelah hari-hari kerja usai.
Minggu ini begitu penuh dengan kenangan akan Bandung! Minggu ini adalah kenangan akan Jatinangor, akan Dipati Ukur, akan Dago, akan BIP, akan KAU, akan GS, akan Mukti-Mukti, akan Mas Kris dan Rindu Order, akan Gedung Sate, akan KMUP dan Dede, akan Rospita, akan Pak Chandra, akan Dewi, akan Mbak Dhany, akan Tedy, akan CCF, akan Jurang dengan Luken, Bob, Iccang, Tari, Uni, Lulu, Yayan, Wawan, Lu'mank, Unru, AA', Teteh, Rera, Budi, Cuwith, GunX, De Wan, dll., akan Purnawarman, akan Buah Batu, akan Braga, akan cinta dan air mata, akan perjuangan dan kekalahan, akan malam-malam yang begitu dingin.
Minggu ini begitu penuh dengan kenangan akan kenangan. Gw ngejar kereta paling malam untuk mencapai Bandung, mencuci segala kepenatan dan sakit hati, impian-impian yang padam sebelum subuh tiba. Untuk kembali ke lingkaran sirkuler rutinitas lagi. Gw inget sebuah lagu lama dari Bimbo, yang gw senandungkan di atas kereta waktu gw tanpa sadar mulai pindah mukim ke Jakarta.
Jumpa Untuk Berpisah
Walaupun terlalu manis untuk dilukiskan
Dengan kata, untuk kujadikan sebuah syair
Tetapi terlalu pahit untuk dikenang
Kenanganku yang pernah kualami bersamamu
Jangan kau harapkan
Ku akan mencari gantimu
Kini ku pergi
Mencari diriku sendiri
Mengapa waktu itu kita harus berjumpa
Mengapa kini kita harus berpisah lagi
Friday, June 27, 2003
Monday, June 23, 2003
Porno
Pornografi...Pornoaksi...Sekarang naik daun lagi
Banyak orang yang mengomentari
Ada yang berteori, ada pula yang cuma basa-basi
Masalah pornografi ini gak pernah tuntas, sebagian orang menyalahkan kebebasan pers yang memungkinkan orang menikmati pornografi konon tanpa rasa bersalah. Lantas mulai banyak orang yang berkata-kata tentang betapa indahnya kala sensor masih dihalalkan. Walaupun banyak aspirasi, inspirasi dan ekspresi yang terberangus karenanya.
Padahal makin dikekang pornografi, maka makin mahal harganya. Menghentikan perdagangan pornografi? Ah itu cuma mimpi, pernah berhasil gitu usaha membunuh kesukaan orang pada hal yang berbau seks?
Rasanya gak juga deh. Gak Ratu Victoria...gak Jan Pieterzoon Coen, gak Jerry Falwell, gak juga Soeharto. Yang ada justru legalisasi dan formalisasi dengan harga tertentu tapi pada intinya pengumbaran hawa nafsu dasar manusia juga.
Gw sendiri berpendapat bukan pornografinya yang harus diberantas. Biarkan lah pornografi jadi salah satu pilihan, nah sediakan lah juga pilihan lain. Agama, pengetahuan, dan yang terpenting adalah kesadaran. Bak kata Rendra dalam Paman Doblang yang dinyanyikan Kantata Takwa, Kesadaran adalah Matahari. Dengan pilihan kita bisa menempatkan pornografi pada porsinya yang tepat. Cuma diakses kalo dibutuhkan. Yah sebagai alat bantu pada kondisi tertentu.
Kalau mengingat dahsyatnya kesuksesan marketing majalah Play Boy, kendati sex cukup bebas di AS. Kita boleh saja lantas ragu, apa mungkin pilihan-pilihan itu akan bekerja dengan baik. AS cukup terkenal sebagai pelopor free world di dunia. Tapi ternyata pornografi tetap marak dan meluas dimana-mana.
Tapi bukan kah itu berarti pembangunan terhadap aspek-aspek lainnya yang tidak dibangun dengan utuh, tidak ditegakkan pada aras eksistensinya, dalam kasus pornografi di AS saja misalnya sikap yang ada dari pilihan lain bersifat reaksioner (yah sama lah seperti di Indonesia...) akhirnya musuhnya sebatas pornografi dan perang usai ketika pun pornografinya dihambat, sementara itu pilihan lain itu tidak lantas mengembangkan diri secara utuh untuk menjadi filter yang ketat dan mengantar manusia pada peradaban cahaya. Jadi ketika pornografi muncul lagi, ya semarak lagi...Kalau memang begitu, buat apa dilarang?
Ketakutan akan pornographic rules hanya memperlakukan manusia secara tidak manusiawi, karena mengabaikan bahwa manusia dapat berpikir dan berakal sehat, mengabaikan kenyataan bahwa manusia bisa punya kesadaran untuk memilih mana yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk untuk dirinya, mana yang ia butuhkan dan mana yang tidak ia butuhkan.
Waktu kasus Sex, Lies and Video CD's nya Nanda-Adi (alias Anak ITENAS) muncul gw sempat bikin tulisan yang dimuat di Sinar Harapan. Kasusnya sudah out of date tapi mudah-mudahan masih ada yang nyangkut dalam kasus ini:
"Represi Seksualitas, Kapitalisme dan Krisis Keberagamaan", Tulisan gw tentang Seksualitas di Sinar Harapan
Banyak orang yang mengomentari
Ada yang berteori, ada pula yang cuma basa-basi
Masalah pornografi ini gak pernah tuntas, sebagian orang menyalahkan kebebasan pers yang memungkinkan orang menikmati pornografi konon tanpa rasa bersalah. Lantas mulai banyak orang yang berkata-kata tentang betapa indahnya kala sensor masih dihalalkan. Walaupun banyak aspirasi, inspirasi dan ekspresi yang terberangus karenanya.
Padahal makin dikekang pornografi, maka makin mahal harganya. Menghentikan perdagangan pornografi? Ah itu cuma mimpi, pernah berhasil gitu usaha membunuh kesukaan orang pada hal yang berbau seks?
Rasanya gak juga deh. Gak Ratu Victoria...gak Jan Pieterzoon Coen, gak Jerry Falwell, gak juga Soeharto. Yang ada justru legalisasi dan formalisasi dengan harga tertentu tapi pada intinya pengumbaran hawa nafsu dasar manusia juga.
Gw sendiri berpendapat bukan pornografinya yang harus diberantas. Biarkan lah pornografi jadi salah satu pilihan, nah sediakan lah juga pilihan lain. Agama, pengetahuan, dan yang terpenting adalah kesadaran. Bak kata Rendra dalam Paman Doblang yang dinyanyikan Kantata Takwa, Kesadaran adalah Matahari. Dengan pilihan kita bisa menempatkan pornografi pada porsinya yang tepat. Cuma diakses kalo dibutuhkan. Yah sebagai alat bantu pada kondisi tertentu.
Kalau mengingat dahsyatnya kesuksesan marketing majalah Play Boy, kendati sex cukup bebas di AS. Kita boleh saja lantas ragu, apa mungkin pilihan-pilihan itu akan bekerja dengan baik. AS cukup terkenal sebagai pelopor free world di dunia. Tapi ternyata pornografi tetap marak dan meluas dimana-mana.
Tapi bukan kah itu berarti pembangunan terhadap aspek-aspek lainnya yang tidak dibangun dengan utuh, tidak ditegakkan pada aras eksistensinya, dalam kasus pornografi di AS saja misalnya sikap yang ada dari pilihan lain bersifat reaksioner (yah sama lah seperti di Indonesia...) akhirnya musuhnya sebatas pornografi dan perang usai ketika pun pornografinya dihambat, sementara itu pilihan lain itu tidak lantas mengembangkan diri secara utuh untuk menjadi filter yang ketat dan mengantar manusia pada peradaban cahaya. Jadi ketika pornografi muncul lagi, ya semarak lagi...Kalau memang begitu, buat apa dilarang?
Ketakutan akan pornographic rules hanya memperlakukan manusia secara tidak manusiawi, karena mengabaikan bahwa manusia dapat berpikir dan berakal sehat, mengabaikan kenyataan bahwa manusia bisa punya kesadaran untuk memilih mana yang baik untuk dirinya dan mana yang buruk untuk dirinya, mana yang ia butuhkan dan mana yang tidak ia butuhkan.
Waktu kasus Sex, Lies and Video CD's nya Nanda-Adi (alias Anak ITENAS) muncul gw sempat bikin tulisan yang dimuat di Sinar Harapan. Kasusnya sudah out of date tapi mudah-mudahan masih ada yang nyangkut dalam kasus ini:
"Represi Seksualitas, Kapitalisme dan Krisis Keberagamaan", Tulisan gw tentang Seksualitas di Sinar Harapan
Friday, June 20, 2003
Sahabat
Sahabat datang dan pergi tanpa dapat tertebak, kadang kala seorang sahabat yang telah berbagi cerita bertahun-tahun, berbagi impian, cita-cita, suka dan duka, lantas walk away hanya karena sesuatu yang sangat sepele. Lantas kita cuma bisa menyenandungkan 2 baris dari lagu Burung Camar-nya Vina Panduwinata
Tiada teman berbagi derita
Bahkan untuk berbagi cerita
Pada suatu ketika dulu, gw sering banget ngerasa kenapa harus terjadi? tapi sekarang setelah berkali-kali sahabat datang dan pergi, ternyata dah jadi biasa aja. Once, Mariza pernah bertanya, lo gak punya sahabat yang selalu bersama ya sejak kecil? Dulu pertanyaan begitu memukul banget, tapi sekarang gw dah bisa angkat kepala dan bertanya, kenapa hal itu jadi masalah banget?
Tapi ternyata semua orang mengalaminya. Bahkan kalo mau jujur, tanya aja ke diri lo sendiri, benarkah loe punya sahabat yang bener-bener sahabat sejak lo kecil. Tempat loe bisa berbagi segala hal dalam sisa perjalanan hidup loe.
Jadi gak usah khawatir, ternyata tiap orang punya sisi kesepian dalam dirinya. Kalau sudah gitu, nikmati aja lagi. Kali aja loe bisa lebih kreatif dan menghasilkan banyak karya dalam kesendirian itu. Inget aja yang penting tuh bukan durasi tapi kualitas hubungannya. Kembali ke masalah sahabat, Gordie Lachance dalam film Stand by Me karya Rob Reiner, berkata di akhir film, It happens sometimes. Friends come in and out of our lives like busboys in a restaurant.
Nah khan....
jadi biasa aja. Tapi apa jadinya hidup tanpa seorang sahabat? Mark Renton dalam Trainspotting aja akhirnya berani meninggalkan sahabatnya untuk kemudian mencari hidup yang menuju cahaya. Gw sih selalu yakin akan selalu ada teman yang berkualitas yang hadir setiap saat. Kalo nanti dia pergi yah gw tingal nyanyi lagu Carole King yang jadi theme songnya A League of Their Own yang sempat jadi lagu favorit gw bertahun-tahun...
Now And Forever
Carole King
Now and forever you are a part of me
And the memory cuts like a knife
Didn’t we find the ecstasy
Didn’t we share the daylight
When you walked into my life
Now and forever I’ll remember
All the promises still unbroken
And think about all the words between us
That never needed to be spoken
We had a moment
Just one moment
That will last beyond the dream
Beyond the lifetime
We are the lucky ones
Some people never get to do
Oh we got to do
Now and forever I will always think of you
Didn’t we come together
Didn’t we live together
Didn’t we cry together
Didn’t we play together
Didn’t we love together
And together we lit up our world
I miss the tears
I miss the laughter
I miss the day we met
And all that followed after
Sometimes I wish I could always be with you
The way we used to do
(oh)
Now and forever I will always think of you
Now and forever I will always be with you
(oh)
Tapi ingat lah 1 hal lain, seperti kata Iwan Fals,: Jangan tutup dirimu... Jadi teruslah mencari sahabat sebanyak-banyaknya
Tiada teman berbagi derita
Bahkan untuk berbagi cerita
Pada suatu ketika dulu, gw sering banget ngerasa kenapa harus terjadi? tapi sekarang setelah berkali-kali sahabat datang dan pergi, ternyata dah jadi biasa aja. Once, Mariza pernah bertanya, lo gak punya sahabat yang selalu bersama ya sejak kecil? Dulu pertanyaan begitu memukul banget, tapi sekarang gw dah bisa angkat kepala dan bertanya, kenapa hal itu jadi masalah banget?
Tapi ternyata semua orang mengalaminya. Bahkan kalo mau jujur, tanya aja ke diri lo sendiri, benarkah loe punya sahabat yang bener-bener sahabat sejak lo kecil. Tempat loe bisa berbagi segala hal dalam sisa perjalanan hidup loe.
Jadi gak usah khawatir, ternyata tiap orang punya sisi kesepian dalam dirinya. Kalau sudah gitu, nikmati aja lagi. Kali aja loe bisa lebih kreatif dan menghasilkan banyak karya dalam kesendirian itu. Inget aja yang penting tuh bukan durasi tapi kualitas hubungannya. Kembali ke masalah sahabat, Gordie Lachance dalam film Stand by Me karya Rob Reiner, berkata di akhir film, It happens sometimes. Friends come in and out of our lives like busboys in a restaurant.
Nah khan....
jadi biasa aja. Tapi apa jadinya hidup tanpa seorang sahabat? Mark Renton dalam Trainspotting aja akhirnya berani meninggalkan sahabatnya untuk kemudian mencari hidup yang menuju cahaya. Gw sih selalu yakin akan selalu ada teman yang berkualitas yang hadir setiap saat. Kalo nanti dia pergi yah gw tingal nyanyi lagu Carole King yang jadi theme songnya A League of Their Own yang sempat jadi lagu favorit gw bertahun-tahun...
Now And Forever
Carole King
Now and forever you are a part of me
And the memory cuts like a knife
Didn’t we find the ecstasy
Didn’t we share the daylight
When you walked into my life
Now and forever I’ll remember
All the promises still unbroken
And think about all the words between us
That never needed to be spoken
We had a moment
Just one moment
That will last beyond the dream
Beyond the lifetime
We are the lucky ones
Some people never get to do
Oh we got to do
Now and forever I will always think of you
Didn’t we come together
Didn’t we live together
Didn’t we cry together
Didn’t we play together
Didn’t we love together
And together we lit up our world
I miss the tears
I miss the laughter
I miss the day we met
And all that followed after
Sometimes I wish I could always be with you
The way we used to do
(oh)
Now and forever I will always think of you
Now and forever I will always be with you
(oh)
Tapi ingat lah 1 hal lain, seperti kata Iwan Fals,: Jangan tutup dirimu... Jadi teruslah mencari sahabat sebanyak-banyaknya
Blog
Akhirnya berkat kesabaran dan kerja keras serta sedikit bimbingan dari Nabinya Blogger Indonesia --(ssst...You know Him!!!) akhirnya weblog gw menampakan wajah aslinya, maaf masih garink, kebanyakan baru coba-coba
Kantor, Kancut dan Kiamat
Masih belom banyak yang bisa dilakukan di kantor... yang jelas sementara yah menikmati waktu luang dengan chatting dan browsing, tapi gak banyak juga hal baru yang bisa ditemukan.
Tadi malam sempat ke launchingnya Netral dan dapet kancut beneran sebagai marchandise. Freak juga sih! Tapi ternyata emang anak-anak Netral asik-asik orangnya. Album barunya yang berjudul Kancut juga lumayan, musiknya dinamis dan kayanya se-album bisa jadi hits semua.
Setelah Janus meluncur di peta film nasional, malam ini akan ada lagi film nasional terbaru judulnya Kiamat Sudah Dekat karya sutradara Deddy Mizwar, bagus gak ya? Besok deh gw critain
Link pagi ini:
Missheard Lyric-Ayo pada ngaku, suka salah nebak lirik !!!
Masih belom banyak yang bisa dilakukan di kantor... yang jelas sementara yah menikmati waktu luang dengan chatting dan browsing, tapi gak banyak juga hal baru yang bisa ditemukan.
Tadi malam sempat ke launchingnya Netral dan dapet kancut beneran sebagai marchandise. Freak juga sih! Tapi ternyata emang anak-anak Netral asik-asik orangnya. Album barunya yang berjudul Kancut juga lumayan, musiknya dinamis dan kayanya se-album bisa jadi hits semua.
Setelah Janus meluncur di peta film nasional, malam ini akan ada lagi film nasional terbaru judulnya Kiamat Sudah Dekat karya sutradara Deddy Mizwar, bagus gak ya? Besok deh gw critain
Link pagi ini:
Missheard Lyric-Ayo pada ngaku, suka salah nebak lirik !!!
Thursday, June 19, 2003
My Blog
Kayanya gw dah mulai tahu dimana kesalahannya, btw we just have a nice, happy and warm lunch. To finish the day I suggest you to check out this one:
master of psycho test...kalo mo look inside yourself...good luck!
master of psycho test...kalo mo look inside yourself...good luck!
PAGI YANG CERAH, PAGI YANG LELAH
Akhirnya gue pindah kos (again?), dari Kebayoran Baru yang resik, tenteram dan ijo royo-royo ke Cikini yang ramai dan entah...,
It feels like deja vu, seperti waktu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta, gw meninggalkan sebuah kehidupan yang begitu menyenangkan atas nama masa depan, iya gituh?
Anyway, Pagi ini kantor dilanda morning sickness kekeke..., kalo gw emang kurang tidur gara-gara pindahan tadi malam, kalo yang lain mengeluh betapa macetnya jakarta,hari ini semua telat kecuali gw, Rika n' Richard.
Emang macet di Jakarta, susah diduga dan seperti kata Vero, bisa macet aja tanpa sebab musabab atau asal muasal. Kalaupun ada asalnya, bisa apa aja dari mulai keluarga B1 atau B2 lagi jalan-jalan, demo kerusuhan, kecelakaan, sampai Inul bisa bikin macet. Nah, bener khan gw memilih nge-kost?
link pagi ini:...(biasa masih belajar...)
Janus Prajurit Terakhir - Film Nasional terbaru yang dibintangi Jamie Aditya, Reggie Lawalatta dan Derby Romero
When You Have Nothing Better To Do kalo bosen-bosen klik sini aja beberapa diantaranya bener-bener aneeeeh....
Ini kalo mau tau di bidang apa gue bekerja...kekeke
It feels like deja vu, seperti waktu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta, gw meninggalkan sebuah kehidupan yang begitu menyenangkan atas nama masa depan, iya gituh?
Anyway, Pagi ini kantor dilanda morning sickness kekeke..., kalo gw emang kurang tidur gara-gara pindahan tadi malam, kalo yang lain mengeluh betapa macetnya jakarta,hari ini semua telat kecuali gw, Rika n' Richard.
Emang macet di Jakarta, susah diduga dan seperti kata Vero, bisa macet aja tanpa sebab musabab atau asal muasal. Kalaupun ada asalnya, bisa apa aja dari mulai keluarga B1 atau B2 lagi jalan-jalan, demo kerusuhan, kecelakaan, sampai Inul bisa bikin macet. Nah, bener khan gw memilih nge-kost?
link pagi ini:...(biasa masih belajar...)
Janus Prajurit Terakhir - Film Nasional terbaru yang dibintangi Jamie Aditya, Reggie Lawalatta dan Derby Romero
When You Have Nothing Better To Do kalo bosen-bosen klik sini aja beberapa diantaranya bener-bener aneeeeh....
Ini kalo mau tau di bidang apa gue bekerja...kekeke
Wednesday, June 18, 2003
Foreword
Setelah berusaha mempelajari blog dalam 4 tahun ternyata berhasil juga gw posting, ko bisa ya dulu rasanya susah banget ternyata hari ini gampang-gampang aja. semoga aja berhasil
Subscribe to:
Posts (Atom)